Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

DIPUSKESMAS MACCINI SOMBALA KEC. TAMALATE MAKASSAR

Oleh:

ISRAWATI PONTOH
14420192188

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS X


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena

termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara

langsung membunuh penderitanya, melainkanhipertensi memicu terjadinya

penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat

meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal

(Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit

degeneratif, umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan

seiring bertambahnya umur. (Triyanto, 2014).

B. Etiologi

Hipertensi mempunyai beberapa faktor yang terjadi pada lansia, menurut

Hard & Bakris,2009) yaitu :

1. Genetik: faktor genetik sudah pasti menyebabkan pengaruh potassium

terhadap sodium individu dengan orang tua dan hipertensi mempunyai

risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang

yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi karena

pengaruh pada potassium dan sodium individu tersebut. Faktor genetik

pada dasarnya sudah mengalami gejala pada usia 20-30 tahun tetapi

muncul pada usai 50 tahun. Contohnya adalah salah satu dari orang tua

mengalami hipertensi sebelum umur 70 tahun maka kemungkinan

2
kejadian hipertensi pada anak 1:3 dan jika kedua orang tua mengalami

hipertensi maka risiko pada anak meningkat 3:5.

2. Obesitas: prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%

untuk wanita. Berat badan yang berlebih mengakibatkan jaringan lemak

berada dalam arteri menumpuk sehingga ketika darah melewati arteri

maka semakin bertambah pula tekanan darah pada tubuh (Korneliani dan

Meida, 2012). Jenis Kelamin: Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria

sama dengan wanita. Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular

sebelum menopous salah satunya adalah penyakit jantung koroner.

Wanita yang belum mengalami menopous dilindungi oleh hormone

estrogen yang meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

3. Stres: stres dapat meningkatkan tekanan darah pada seseorang karena

ketika stres hormon adrenalin akan meningkat ketika kita stres sehingga

membuat jantung memompa dengan cepat sehingga tekanan darah pun

meningkat. Hipertensi dengan stres mempunyai hubungan, ketika stres

terjadi peningkatan saraf simpatis dan mempengaruhi naiknya tekanan

darah yang tidak menentu. Orang yang biasanya mengalami masalah sulit

untuk tidur, ketika stres mengalami dampak depresi, demesia, insomnia,

peningkatan darah tinggi, alergi, mengurangi kesuburan dan strok.

4. Kurang olahraga: ketika melakukan olahraga teratur terjadi penurunan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)

dan melatih otot jantung terbiasa apabila jantung melakukan pekerjaan

yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Latihan fisik adalah

3
termasuk olahraga yang dilakukan secara teratur dan berulang ulang

untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan menghindari berbagai macam

penyakit (Simanjuntak, Engka & Marunduh, 2016). Tidak melakukan

aktivitas fisik menaikan risiko terjadinya hipertensi karena bertambahnya

risiko menjadi gemuk, dan mengalami penyakit kardiovaskular latihan

fisik sangat mempengaruhi keadaan lansia pada orang yang tidak

melakukan latihan fisik maka frekuensi pada denyut jantung akan

menjadi lebih tinggi otot jantung akan bekerja lebih keras mengakibatkan

makin besar otot jantung memompa dan terjadi peningkatan tekanan pada

arteri.

5. Pola asupan garam dalam diet: WHO merekomendasikan pola konsumsi

garam yang dapat mengurangi hipertensi. Orang yang mengonsumsi

natrium terlalu banyak akan meningkatkan tekanan darah karena natrium

menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh sehingga meningkatkan

volume darah, volume darah akan melewati pembuluh darah yang

semakin sempit tekanan darah akan semakin meningkat dan

menyebabkan.

6. Kebiasaan Merokok: Merokok mempengaruhi peningkatan tekanan darah

kerena kandungan dari rokok tersebut adalah karbonmonoksida dan

mengakibatkan kurangnya pasokan O2 di dalam jaringan tubuh.

Karbonmonoksida mengikat hemoglobin yang seharusnya diikat oleh

oksigen sehingga sel sel dalam tubuh akan kekurangan oksigen dan tubuh

melakukan kompensasi tubuh dengan terjadinya spasme pembuluh darah.

7. Spasme yang berlangsung terus menerus maka pembuluh darah akan

mengalami penyempitan dan mengakibatkan hipertensi pada tubuh

(Rahail, 2016). Merokok juga mengandung nikotin yang akan

4
merangsang hormon endorphin dan merangsang otot jantung untuk lebih

cepat berkontraksi sehingga akan merusak lapisan dinding pembuluh

darah. Pembuluh darah akan menyempit mengakibatkan kurangnya

pasokan oksigen ke otak sehingga akan terjadi kompensasi tubuh untuk

meningkatkan pasokan darah ke seluruh tubuh terutama otak sehingga

terjadi hipertensi.

C. Patofisiologi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin

tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini

menyelubungi perjalanan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang

bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non spesifik, misalnya sakit kepala

atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat maka

akan mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokard, stroke

atau payah ginjal. Mekanisme bagaimana hipertensi dapat mengakibatkan

kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung dengan pengaruh pada jantung

dan pembuluh darah.

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap

pemompaan darah dari ventrikel kiri; akibatnya beban kerja jantung

bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan

kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah

jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi

dan payah jantung.jantung semakin terancam oleh semakin parahnya

aterosklerosis koroner, bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai

oksigen miokar berkurang. Kebutuhan miokardium akan meningkat akibat

hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung akhirnya

5
menyebabkan angina atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian

karena hipertensi adalah infark miokard atau payah jantung.

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik juga sejalan dengan

peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang

pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan

volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah

pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan

kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian

diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume

darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan

penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan

diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah keginjal, aktivitas

plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas

sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan

penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada sehingga

berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah

Geriatri , 2008).

D. Klasifikasi

Adapun klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7

terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan

hipertensi derajat 2 (Yogiantoro, 2009).


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80


Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

6
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya,

dari beberapa orang yang mengalami hipertensi 90% sampai 95% kasus

mengalami hipertensi esensial atau primer beberapa faktor yang terkait

dengan kejadian hipertensi esensial adalah asupan alkohol yang berlebih,

aktifitas fisik yang kurang, kelebihan asupan natrium, faktor genetic dan

obesitas (Tjandrawinata, 2011).

Peningkatan tekanan darah setelah umur 45 tahun merupakan perubahan

fisiologis pada tubuh ketika umur seseorang semakin tua maka dinding

pembuluh darah mengalami penumpukan zat - zat kolagen pada lapisan otot

sehingga terjadi penebalan dan penyempitan dipembuluh darah dan ketika

bertambahnya usia maka kelenturan pembuluh darah akan berkurang (Aisyah,

2011).

E. Manifestasi Klinis

Hipertensi biasanya tidak mengalami gejala atau tanda tanda yang sering

di sebut dengan “silent killer”. Hipertensi berat memiliki gejala yang timbul

pada tubuh adalah sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan,

nausea, vomiting, ansietas, keringet, berlebihan, tremor otot, nyeri dada,

epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitius (telinga berdenging), serta

kesulitan tidur (Udjianti, 2010). Beberapa gejala gejala yang muncul pada

penyakit hipertensi yaitu hidung berdarah, wajah memerah, sering buang air

kecil ketika malam hari (Situmorang ,2015).

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala, bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada otak

dan jantung, gejala yang sering ditemukan yaitu:

1. Nyeri kepala hebat saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan intrakranium.

7
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

4. Telinga berdengung

5. Berat ditengkuk (kaku kuduk)

6. Sukar tidur

F. Pemeriksaan Diagnostik (Penunjang)

Yogiantoro 2006, Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:

1. Glukosa darah (sebaiknya puasa)

2. Kolesterol total serum

3. Trigliserida serum (puasa)

4. Asam urat serum

5. Kreatinin serum

6. Kalium serum

7. Kalsium Serum

8. Hemoglobin dan hematokrit

9. Urinalisis

10. Elektrokardiogram

G. Komplikasi

Hipertensi yang tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung dalam

waktu yang lama akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi dari

hipertensi menurut Elizabeth J.Corwin (2009) :

1. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang tekanan

tinggi.

8
2. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh tersebut.

3. Dapat terjadi gagal ginjal; karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal.

4. Ensefalopatik (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat).

H. Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi yaitu terdiri dari dua terapi yaitu :

1. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologi dilakukan untuk menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas bagi pada penyakit hipertensi, pemberian terapi

farmakologi dilakukan dengan memberikan dosis yang sangat rendah

perlahan dan meningkat dengan perlahan sesuai keadaan pasien.

Pemberhentian pengobatan hipertensi juga harus bertahap menurunkan

sedikit untuk dosisnya (Chisty, 2010). Golongan pengobatan untuk

hipertensi yang pada dasarnya menurunkan tekanan darah dengan

mempengaruhi jantung atau pembuluh darah atau keduanya,

mengendalikan angka kesakitan dan kematian yaitu obat obatan:

Diuretik, Penghambat Simpatis, Betablocker, Vasodilator.

Pengaruh pengobatan deuretik untuk pengobatan hipertensi

adalah mengeluarkan natrium pada tubuh dan mengurangi volume darah

sehingga menurunkan tekanan darah (Erlyna, 2011).

9
2. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi bisa dilakukan dengan menghindari

faktor resiko hipertensi seperti merokok, hiperlipedemia, stress dan

mengonsumsi alkohol. Terapi non farmakologi adalah diet sehat seperti

diet kegemukan, diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak

terbatas dan diet tinggi serat (Erlyna, 2011). Gaya hidup yang baik

seperti olahraga secara teratur, hidup dengan santai dan tidak stres dan

tidak juga mengonsumsi alkohol (Martuti dalam Sepriyaningsih, 2012).

Latihan fisik yang teratur dapat memperbaiki disfungsi endotel pada

seseorang yang mengalami keluhan kardiovaskular (Purnawarman dan

Nurkhalis, 2014). Pada penelitian Yuliani (2010) menyatakan bahwa

modifikasi gaya hidup mempengaruh penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Joint National Committe (JNC) VII mengemukakan

bahwa modifikasi gaya hidup tidak dibahas secara detail, tetapi ada

beberapa panduan yaitu: penurunan berat badan akan mengurangi

tekanan darah sistolik 5-20 mmHg/ penurunan 10 kg.

Diet yang baik seperti mengonsumsi sayur, buah, produk susu

rendah lemak kaya potassium dan kalcium akan menurunkan darah

sistolik 8-14 mmHg. Restriksi garam harian akan menurunkan tekanan

darah sistolik 2-8 mmHg sangat dianjurkan untuk mengonsumsi rendah

garam selanjutnya aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik

4-9 mmHg yaitu melakukan aktivitas fisik 3 kali dalam seminggu dalam

intensitas waktu sepuluh menit. Pembatasan minum alkohol dapat

menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg dan yang terakhir adalah

berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara

menyeluruh. Salah satu terapi nonfarmaklogi pada lansia yang

10
mengalami hipertensi adalah terapi senam jantung dan senam ergonomis

yang dikombinasikan dengan relaksasi nafas dalam (Friedman, 2010).

11
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status

kesehatan klien (Nursalam, 2001).

1. Identitas

Meliputi Nama, Umur, Pekerjaan, Agama, Suku, Alamat, dsb.

2. Riwayat Kesehatan

Meliputi Keluhan utama, Keluhan saat ini, riwayat penyakit terdahulu,

dan riwayat penyakit sekarang.

3. Riwayat Keluarga

4. Keadaan Umum Pasien

Data dasar pengkajian pasien Hipertensi menurut Doenges, 2002

adalah :
1. Aktivitas /Istirahat

Gejal : Kelemahan, napas pendek, gaya hidup menonton

Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2. Sirkulasi

Gejala  : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner/katup dan penyakit serebosvaskuler, episode palpitasi, perspirasi

Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan TD diperlukan

untuk menegakan diagnosis)

12
Nadi : Denyut jelas dari karotis, jugolaris, radialis:; perbedaan denyutan

femoralis melambat sebagai kompensasi denyutan radialis , denyut

popliteal, tibialisposterior, pedalis tidak teraba atau lemah

Frekwensi : Takikardi , berbagai disritmia

Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar , S3 ( CHF dini ), S4( pergeseran

ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri), Murmur stenosis valvular,

Desiran vaskuler terdengar diatas karotis

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian , ansietas, deprisi, uforia, atau

marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan cerebral)

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinyu perhatian,

tangisan yang meledak

Gerak tangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / Cairan

Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, Mual, muntah, Perubahan berat

badan akhir – akhir ini meningkat

Tanda : berat badan normal atau obesitas, Adanya edema, kongesti vena

6. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/ pusing, Berdenyut sakit kepala suboksipital

( terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa

jam, Episode kelemahan pada salah satu sisi tubuh, Gangguan

penglihatan (diplopia, penglihatan kabur ), Episode epistaksis

13
7. Nyeri / Ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung ), Nyeri

hilang timbul pada tungkai, Sakit kepala oksipital berat seperti yang

pernah terjadi sebelumnya, Nyeri abdomen/ masa

8. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan aktivitas/ kerja, Takipnea, ortopnea

nokturalproksimal, Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, Riwayat

merokok

Tanda : Distress pernapasan / penggunaan aksesoris pernapasan, Bunyi

napas tambahan, sianosis

9. Keamanan

Keluhan / gejala : gangguan kordinasi/ cara berjalan, Episode parestesia

unilateral transien, Hipotensi postural

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan Curah Jantung

Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh

Penyebab :

a. Perubahan irama jantung

b. Perubahan frekuensi jantung

c. Perubahan kontraktilitas

d. Perubahan preload

e. Perubahan afterload

2. Nyeri Akut

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

14
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

3. Pola Napas Tidak Efektif

Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

Penyebab :

a. Depresi pusat pernapasan

b. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot

pernapasan)

c. Deformitas dinding dada

d. Deformitas tulang dada

e. Deformitas tulang dada

f. Gangguan neuromuskular

g. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EEG] positif, cedera

kepala, gangguan kejang)

h. Imunitas neurologis

i. Penurunan energi

j. Obesitas

k. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

l. Sindrom hipoventilasi

m. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

15
n. Cedera pada medula spinalis

o. Efek agen farmakologis

p. Kecemasan

4. Ganggaun Pola Tidur

Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktro

eksternal

Penyebab :

a. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu

lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal

pemantauan/pemeriksaan/tindakan

b. Kurang kontrol tidur

c. Kurang privasi

d. Restraint fisik

e. Ketiadaan teman tidur

f. Tidak familiar dengan peralatan tidur

5. Gangguan Mobilitas Fisik

Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

ektremitas secara mandiri

Penyebab :

a. Kerusakan integritas struktur tulang

b. Perubahan metabolisme

c. Ketidakbugaran fisik

d. Penurunan kendali otot

e. Penurunan massa otot

f. Penurunan kekuatan otot

g. Keterlambatan perkembangan

16
h. Kekakuan sendi

i. Kontraktur

j. Malnutrisi

k. Gangguan muskuloskeletal

l. Gangguan neuromuskuler

m. Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

n. Efek agen farmakologis

6. Defisit perawatan diri

Definisi : Tindakan mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas

perawatan diri

Penyebab :

a. Gangguan muskuloskeletal

b. Gangguan neuromuskuler

c. Kelemahan

d. Gangguan psikologis dan/atau psikotik

e. Penurunan motivasi/minat

7. Ansietas

Definisi : Kondisi emosi pengalaman subyektif individu terhadap objek

yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman

Penyebab :

a. Krisis situasional

b. Kebutuhan tindak terpenuhi

c. Krisis maturasional

d. Ancaman terhadap konsep diri

17
e. Ancaman terhadap kematian

f. Kekhawatiran mengalami kegagalan

g. Disfungsi sistem keluarga

h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

i. Penyalah gunaan zat

j. Kurang terpapar informasi

8. Defisit Pengetahuan

Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu

Penyebab :

a. Keteratasan kognitif

b. Gangguan fungsi kognitif

c. Kekeliruan mengikuti anjuran

d. Kurang terpapar informasi

e. Kurang minat dalam belajar

f. Kurang mampu mengingat

g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

9. Defisit Nutrisi

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

Penyebab :

a. Ketidak mampuan menelan makanan

b. Ketidakmampuan mencerna makanan

c. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

d. Peningkatan kebutuhan metabolisme

e. Faktor ekonomi

18
f. Faktor psikologis

19
C. Intervensi Keperawatan

TANGGAL Diagnosa Keperawatan RENCANA


/JAM Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Observasi Observasi
tindakan ...X 24 jam 1. Identifikasi adanya 1. Mengetahui penyebab
diharapkan klien bisa nyeri/keluhan fisik lainnya aktivitas dan kenyamanan klien
beraktivitas dengan Kriteria 2. Identifikasi aktivitas terganggu
Hasil : mobilisasi dengan alat bantu 2. Mengetahui aktivitas batasan
1. Pergerakan ekstremitas Terapeutik yang dapat dilakukan pasien
meningkat 1. Libatkan keluarga untuk dalam beraktivitas
2. Kekuatan otot cukup membantu pasien dalam Terapuetik
meningkat meningkatkan pergerakan 1. Membantu aktivitas klien
3. Kemampuan aktivitas Edukasi dengan mudah melalui bantuan
meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur keluarga
mobilisasi Edukasi
2. Anjurkan mobilisasi 1. Agar klien memahami tentang
sederhana yang harus dilakukan tindakan yang akan dilakukan
(misalnya duduk di tempat 2. Mencegah tirah baring lama
tidur, pindah dari tempat tidur dan mengetahui batasan dan
ke kursi) kelemahan saat melakukan
aktivitas
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
keperawatan selama .. x24 1. Observasi lokasi, 1. Untuk mengetahui daerah
jam diharapkan nyeri dapat karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri, kualitas, kapan nyeri
berkurang atau hilang kuakitas, intensitas nyeri dirasakan, faktor yang
dengan Kriteria Hasil : 2. Identifikasi Skala nyeri memperberat nyeri
1. Keluhan Nyeri menurun Terapeutik 2. Untuk mengetahui skala nyeri
2. Sikap Protektif menurun 1. Bantu teknik non yang dirasakan
3. Gelisah berkurang/ farmakologis (Terapi Musik) Terapeutik
hilang 2. Fasilitasi istirahat dan tidur 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi 2. Untuk mengalihkan rasa nyeri,
1. Ajarkan teknik non lingkungan yang nyaman dapat
farmakologis untuk mengurangi meningkatkan relaksai sehingga
rasa nyeri pasien dapat beristirahat dengan
Kolaborasi nyaman
1. Pemberian Analgetik, bila Edukasi
perlu 1. Melihat kemampuan pasien
dalam melakukan teknik non

21
farmakologis
Kolaborasi
1. Untuk mengatasi keluhan
nyeri
Ansietas Setelah dilakukan Observasi Observasi
tindakan ...X 24 jam 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Untuk mengetahui penyebab
diharapkan klien bisa Terapeutik ansietas pasien
beraktivitas dengan Kriteria 1. Ciptakan suasana terapeutik Terapeutik
Hasil : untuk menumbuhkan 1. Untuk membina hubungan
1. Kecemasan klien kepercayaan saling percaya
menurun/hilang Edukasi Edukasi
2. Insomnia klien 1. Jelaskan prosedur, termasuk 1. Untuk memberi ketenangan
menghilang sensasi yang akan dialami pada pasien
3. Stress klien menghilang 2. Lakukan teknik relaksasi 2. Untuk mengalihkan rasa nyeri,
Kolaborasi lingkungan yang nyaman
1. Kolaborasi pemberian obat dapat meningkatkan relaksai
antiansietas, jika perlu sehingga pasien dapat
beristirahat dengan nyaman
Kolaborasi

22
1. Untuk mengatasi keluhan
ansietas, jika perlu

23
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doengoes, Maryllin E. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Hard dan Bakri. (2009). Pedoman Klinis diagnosa dan Terapi Hipertensi.
Penerbit Hipokrates.

Korneliani K dan Meida D. (2012). Hubungan Obesitas dan Stress dengan


Hipertensi pada Guru SD Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat: Vol.7.
no. 2.2012.111-115.

Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Simanjuntak, Engka dan Marundah. (2016). Hipertensi Manajemen


Komprehensif. Surabaya: Airlangga University Press.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, Wajan. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai