Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap

dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap

dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar

tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.

Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan

sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).

Pada keadaan hipertensi, tekanan darah dapat meningkat karena darah

dipompa secara berlebih melalui pembuluh darah. Hipertensi merupakan

suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan

140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg setelah dua kali

pengukuran terpisah (Bianti, 2015).

2. Klasifikasi

Tabel II.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VIII:

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <85
Pre Hipertensi 120-139 85-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 >160 100-109
Sumber: National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) (2013)

6
Selain klasifikasi diatas klasifikasi lain dari hipertensi adalah

berdasarkan penyebabnya itu (Smaltzer & Bare, 2002):

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi yang tidak diketahui pasti penyebabnya merupakan

90%-95% dari kasus hipertensi. Menurut Rohaendi tahun 2008, faktor

yang paling mungkin berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial

adalah faktor genetik, karena hipertensi sering turun temurun dalam suatu

keluarga. Hipertensi esensial biasanya timbul pada individu usia pada

akhir 30-an dan awal 50-an secara bertahap dan menetap.

b. Hipertensi renal atau sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan penderita

hipertensi sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obatan tertentu yang

dapat meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal

kronis atau penyakit renovaskuler adalah penyebab sekunder yang paling

sering. Obat-obatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat mengakibatkan hipertensi bahkan memperberat

hipertensi. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi dengan

menghentikan obat atau mengobati penyakit yang menyertai merupakan

tahap awal penanganan hipertensi sekunder.

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

dan relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor pada medula otak. Dari

sini bermula jarak simpatis yang berlanjut ke bawah. Rangsangan pusat

7
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah ke

ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah

dimana dengan dilepaskannya norepinephrine akan mengakibatkan kontrisi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

mempengaruhi sensitivitas atau respon pembuluh darah terhadap

norepinephrin (Smeltzer & bare, 2002).

Pada saat yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar tiroid juga

terangsang menyebabkan tambahan vasokontriksi dengan melepas

epinephrin, kortisol dan steroid lainnya. Ini mengakibatkan penurunan aliran

darah ke ginjal sehingga menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan Angiotensin I yang kemudian menjadi Angiotensin II

(vasokonstriktor kuat) yang merangsang sekresi aldosteron oleh kortek

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal yang menyebabkan volume intravaskuler meningkat sehingga tekanan

darah meningkat (Smeltzer & bare, 2002).

Pertimbangan gerontologis, perubahan struktur dan fungsi sistem

pembuluh darah perifer seperti ateroskelorosis, hilangnya elastisitas jaringan

ikat dan penurunan relaksasi oot polos pembuluh darah yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Akibatnya aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi jumlah darah yang dipompa jantung (volume sekuncup)

8
ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer (Smeltzer & bare, 2002).

4. Faktor risiko

Menurut Casey dan Benson (2006) faktor risiko dibagi menjadi dua

kategori utama, yaitu tidak dapat diubah dan dapat diubah.

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Genetik

Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung

menderita hipertensi, maka peluang untuk menderita hipertensi

semakin besar. Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus

hipertensi esensial dalam keluarga mempunyai dasar genetik.

2) Usia

Walaupun penuaan tidak selalu memicu terjadinya hipertensi, tekanan

darah tinggi terjadi pada usia yang lebih tua. Pada usia antara 40 dan

65 tahun, tekanan sistolik meningkat rerata sebanyak 20 mmHg dan

terus meningkat setelah usia 70 tahun.

3) Jenis kelamin

Pria sering mengalami gejala hipertensi pada usia akhir tiga puluhan,

sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause.

4) Ras

Penduduk Afrika – Amerika cenderung menunjukkan tingkat

hipertensi lebih tinggi dibanding populasi lain dan cenderung

berkembang lebih awal dan agresif. Hipertensi merupakan penyebab

9
kematian nomor satu pada penduduk Afrika – Amerika.

b. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Merokok

Ketika beberapa peneliti menguji tekanan darah perokok, mereka

menemukan bahwa waktu lima menit pengisapan, tekanan sistolik

meningkat secara dramatis, rata-rata lebih dari 20 mmHg, kemudian

secara bertahap menurun ke tekanan darah sebelumnya setelah 30

menit.

2) Kurang olahraga

Dibandingkan dengan orang yang aktif secara fisik, orang yang

sering duduk lebih berisiko hipertensi dan serangan jantung.

Seperti otot lain, jantung semakin kuat dengan olahraga, jantung

yang kuat akan memompa darah lebih efisien.

3) Penggunaan alkohol

Minum alkohol secara berlebihan yaitu sekitar tiga kali atau lebih

dalam sehari meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

4) Kelebihan garam

Natrium bersama klorida yang terkandung dalam garam dapur dalam

jumlah yang normal dapat membantu tubuh mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun,

natrium dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan retensi

(menahan air), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya

jantung akan bekerja lebih keras dan meningkatkan tekanan darah.

10
5) Stres

Stres dapat meningkatkan pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Jika stres

menurun maka tekanan darah juga menurun. Beberapa studi

menyatakan bahwa stres turut mempengaruhi kejadian hipertensi.

6) Obesitas

Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan,

karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih

keras.

5. Manifestasi klinis

Gejala hipertensi sangat bervariasi, pada sebagian penderita hipertensi

tidak menimbulkan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah. Sebagian besar gejala klinis timbul seperti nyeri

kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur karena kerusakan

retina akibat hipertensi, gerakan kaki yang tidak seimbang karena kerusakan

saraf pusat, nokturia akibat peningkatan aliran darah ke ginjal (Crowin,

2013).

6. Komplikasi

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu

lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),

jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila

tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.

11
Penyakit hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hipertensi

mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri serebral dan arteriol,

yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai

komplikasi jangka panjang (Zaenurrohmah, 2017).

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di

seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45%

kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit

stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama

penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat

mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (Zaenurrohmah, 2017).

Beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh hipertensi adalah sebagai

berikut :

1. Stroke dapat timbul akibat tekanan darah yang tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah non otak yang

terkena tekanan darah. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri yang menyuplai darah ke otak menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya berkurang. Arteri otak

yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (suatu dilatasi

dinding arteri, akibat kongenital atau perkembangan yang lemah pada

dinding pembuluh) (Artiyaningrum, 2015).

2. Infark miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

12
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh tersebut (Artiyaningrum, 2015).

3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya

glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomelurus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan

edema (Artiyaningrum, 2015).

4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi

maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang

interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Artiyaningrum, 2015).

7. Penatalaksanaan

Smeltzer & Bare (2002), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap

program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah

mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai

dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Menurut

Kurniawan (2006), menyatakan penatalaksaan pasien hipertensi dapat

dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan

farmakologis yaitu

13
a. Penatalaksaan non-farmakologis

Dalimartha (2008) menyatakan terapi nonfarmakologis yang dapat

dilakukan pada penderita hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan

berhenti merokok.

1) Terapi diet

a) Diet rendah garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr

garam dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan

garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan, terasi, minuman dan

makanan yang mengandung ikatan natrium. Tujuan diet rendah

garam adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan)

air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan

darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam

melakukan diet ini adalah komposisi makanan yang harus tetap

mengandung cukup zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun

vitamin yang seimbang.

b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding

pembuluh darah. Endapan kolesterol yang berlangsung lama maka

dapat menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran

darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan

14
secara tidak langsung memperparah hipertensi. Diet ini bertujuan

untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat

badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai

berikut:

(1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega,

terutama makanan yang digoreng dengan minyak.

(2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya

serta seafood (udang, kepiting), minyak kelapa, dan santan.

(3) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream.

(4) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam

seminggu.

c) Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah yang ringan. Peningkatan masukan

kalium (4,5 gram atau 120-175mEq/hari) dapat menurunkan

tekanan darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk

mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.

2) Olahraga

peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik

sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur

terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap

15
stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah

lainnya.

3) Berhenti merokok

Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan

darah. Berdasarkan penelitian terdapat hubungan yang linear antara

jumlah alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan darah

sistolik.

b. Penatalaksanaan farmakologis

Penatalaksaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian

antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi

hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah

obat yang tidak mengganggu gaya hidup atau menyebabkan

simptomatologi yang bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan

arteri. Penurunan tekanan arteri dapat mengurangi risiko morbiditas dan

mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap

hipertensi ringan dengan obat belum banyak memperlihatkan harapan

dalam mengurangi risiko penyakit koroner.

8. Pencegahan

Leavell et al. (2012), mengembangkan sebuah kerangka kerja yang

disebut sebagai tingkat pencegahan. Tingkat pencegahan tersebut mencakup

seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai

untuk masing-masing tingkat. Ketiga tingkat pencegahan tersebut yaitu :

16
a. Pencegahan primer

Pencegahan primer meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan

preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari

penyakit dan cedera. Pencegahan primer berupa kegiatan untuk

menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit

hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui berbagai

upaya, seperti promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup

sehat, yakni diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah,

rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan suatu upaya pencegahan dan

menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan memberikan

pengobatan sejak awal. Deteksi dini dilakukan dengan screening. Tingkat

pencegahan sekunder merupakan upaya manusia untuk mencegah orang

yang telah sakit agar tidak lebih parah, menghambat progresifitas

penyakit, mencegah komplikasi. Pencegahan sekunder dilakukan pada

masa individu mulai sakit yaitu merupakan diagnosis dini dan

pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan

pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk :

1) Mendeteksi dan melakukan intervensi segera guna menghentikan

penyakit pada fase awal.

17
2) Mencegah penyebaran penyakit dan menurunkan intensitas penyakit

bila penyakit tersebut merupakan penyakit menular.

3) Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan

orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.

Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang

terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi

berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih

buruk lagi.

Dalam proses pencegahan penyakit secara sekunder, ada beberapa

upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah suatu penyakit. Upaya

tersebut antara lain :

1) Penegakkan diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan

tepat (early diagnosis and prompt treatment) sehingga akan

mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan penderita kembali

pada kondisi kesehatan yang normal sedini mungkin. Dapat dilakukan

dengan cara :

a) Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan.

Misalnya pemeriksaan tekanan darah.

b) Menelusuri riwayat keluarga penderita hipertensi untuk diawasi

agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.

c) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.

d) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

18
2) Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat

pelayanan kesehatan lain yang memiliki fasilitas memadai.

c. Pencegahan tersier

Mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang untuk

meminimalkan ketidakmampuan penderita dan memaksimalkan tingkat

fungsinya (Friedman, 1998). Pencegahan tersier dilaksanakan agar

penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut, serta

untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan

hidup. Dalam pencegahan tersier, kegiatan difokuskan kepada

mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tersier

dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang

tepat, serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan

tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan

jantung. Penanganan respons yang cepat juga menjadi hal yang utama

agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat

terkendali dengan baik.

B. Gaya Hidup

1. Pengertian

Pengertian gaya hidup sehat bukan saja kondisi sehat secara fisik

melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk

menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam

menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama

yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (H.L Blum, 1974).

19
Kondisi sehat sebaiknya meliputi tidak hanya bio-psiko-fisik saja,

melainkan juga sehat dalam aspek sosio-budaya-spiritual (WHO, 1947).

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life

style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan

kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).

Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan

perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut

faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan

paling sukar ditanggulangi (H.L Blum, 1974).

2. Macam Gaya Hidup

Yang termasuk gaya hidup yaitu pola makan yang baik, aktivitas

fisik, olahraga, istirahat atau tidur malam 7-8 jam perhari, tidak

merokok, tidak minum-minuman beralkohol (Watson, 2003). Menurut

Muhammadun (2010), gaya hidup yang dapat memicu terjadinya

hipertensi antara lain yaitu aktivitas fisik, pola makan, pola pikir,

kebiasaan istirahat dan riwayat merokok.

a. Aktivitas fisik

Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu

dari

sekian banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non

farmakologis. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat

membantu menurunkan tekanan darah. Pada zaman sekarang,

dengan

20
berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan

fisik

dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab mengapa

hipertensi

lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada

masyarakat

di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan

berbagai

fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan

aktivitas fisik mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk

mengendalikan tekanan darah. Aktivitas yang cukup dapat

membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu

dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha.

Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada

pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun

(Merliani, 2007).

Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi

adalah

aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang

terbakar

sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang biasa dilakukan

adalah

aerobik. Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun

21
olahraga,

dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan kerja

jantung,

paru-paru, dan otot (Merliani, 2007).

Aktivitas fisik sebaiknaya dilakukan selama kurang lebih 30

menit perhari dengan baik dan benar. Salah satu manfaat dari

aktivitas fisik yaitu menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas

normal. Contoh dari aktivitas fisik yang dapat menjaga kestabilan

tekanan darah 20 menit berjalan atau membersihkan rumah selama

10 menit, dua kali dalam sehari ditambah 10 menit bersepeda

(Karim, 2002). Melakukan olahraga secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah sistolik 4-8 mmHg. Di usia tua, fungsi

jantung dan pembuluh darah akan menurun, demikian juga

elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur,

maka sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal dan tetap

terpelihara (Karyawan, 2009).

Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanagn fisik

terutama

karena aktivitas fisik akibatnya timbul penyakit yang sering diderita

antara lain diabetes mellitus atau kencing manis, penyakit jantung,

hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada

jaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya

seperti jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat

22
lebih mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang modern

seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin

penyedot debu, bepergian dengan kendaraan walaupun jaraknya

dekat dan bias dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu

tidak baik untuk kesehatan karena tubuh kita menjadi manja,

karena kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi rentan penyakit

(Marliani, 2007).

b. Pola makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang

yang

memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap

pengaruh fisiologi, psiologi, budaya, dan sosial. Pola makan sehari-

hari

merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan

kebiasaan

makan setiap harinya (Sediaoetama, 2006).

Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet),

mencakup

pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang

memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas)

maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan mengkonsumsi garam dan

berlemak dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Pola makan individu

23
meliputi bahan makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk

(sumber protein hewani dan nabati), sayur dan buah. Pola makanan

yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti

kolesterol tinggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula yang

meningkat. Diet kaya buah-buahan, sayuran, mengurangi asupan

natrium, rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah

(Sediaoetama, 2006).

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat diturunkan

jika pola makan seimbang, sebaliknya penyakit degenerative dan

penyakit kanker meningkat jika pola makanan tidak seimbang,

peningkatan tersebut diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola

makan, di kota besar berubah dari pola makan tradisional yang barat

yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, dan

garam tetapi rendah serat (Depkes RI, 2008).

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara

genetik

sensitif terhadap natrium. Berdasarkan panduan umum Gizi

Seimbang

2003, konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6 gram (1 sendok teh)

dalam satu hari atau sama dengan 2300 mg natrium. Asupan garam

sampai 15 gram per hari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik

sebesar 33 mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg. Natrium memiliki

sifat menarik cairan sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau

24
makan-makanan yang diasinkan dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Seseorang yang peka natrium akan lebih mudah

mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan dan

peningkatan tekanan darah. Karena sifatnya yang meretensi air

sehingga volume darah menjadi naik dan hal tersebut secara

otomatis menaikkan tekanan darah (Adrogue & Madias, 2007).

c. Pola pikir

Pola pikir dalam hal ini biasanya adalah stres. Stres dapat

meningkatkan pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan

menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Jika stres menurun maka tekanan

darah juga menurun. Beberapa studi menyatakan bahwa stres turut

mempengaruhi kejadian hipertensi (Muhammadun, 2010).

d. Kebiasaan istirahat

Istirahat yang tidak cukup akan mengakibatkan gangguan fisik

dan

mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk

mempertahankan ksehatannya. Istirahat dan tidur berguna untuk

melemaskan otot setelah beraktivitas dan juga untuk menenangkan

pikiran. Tidur yang cukup di malam hari 6-8 jam akan memulihkan

kelelahan sepanjang hari dan siap untuk bekerja esok hari

(Muhammadun, 2010).

Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang

malam dan sering terbangun pada malam hari. Umumnya seseorang

25
dapat tidur dalam 6-8 jam sehari. Tetapi ada orang yang bisa tidur

dibawah 6 jam sehari dan kurang tidur dapat memberikan dampak

negatif terhadap tubuh kita seperti kurang konsentrasi, lelah dan stres.

Stress memiliki pengaruh besar terhadap tekanan darah khususnya

pada bagian adrenal korteks yang mensekresikan glukokortikoid yang

akan menghasilkan hormone kortisol sehingga dapat memicu kelenjar

pituitari bagian anterior mensekresikan hormon adreno kortikotropin

(ACTH). Adreno kortikotropin berperan dalam menghasilkan

aldosterone yang akan menyebabkan peningkatan penyerapan ion

natrium dan air sehingga dapat terjadi peningkatan tekanan darah

(Maryam, 2008).

e. Riwayat merokok

Merokok menyebabkan vasokontriksi, saat merokok tekanan

darah

akan naik dan akan kembali kenilai dasar dalam 15 menit setelah

berhenti

merokok (Potter & Perry, 2009).

Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru normal, karena

hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida daripada oksigen.

Jika terdapat karbon dioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa

oleh hemoglobin sehingga tubuh memperoleh oksigen yang kurang dari

biasanya. Kandungan nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran

darah dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu mempercepat

26
denyut jantung hingga 20 kali lebih cepat dalam satu menit daripada

dalam keadaan normal (Bustan, 2007).

Merokok juga dihubungkan dengan hipertensi. hubungan antara

rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak

dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung

pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak

rokok sehari menjadi dua kali lebih rentan terjadinya hipertensi dari

mereka yang tidak merokok (Price, 2006).

Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan

darah sebesar 10 mmHg. Berbagai penelitian membuktikan, sesudah

merokok selama kurang lebih 30 menit, tekanan darah akan meningkat

secara signifikan. Rokok meningkatkan tekanan darah lewat zat nikotin

yang terdapat dalam tembakau. Zat nikotin yang terhisap beredar dalam

pembuluh darah sampai ke otak. Otak kemudian bereaksi dengan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon

epinefrin/ adrenalin. Hormon adrenalin ini akan membuat pembuluh darah

menyempit dan memaksa jantung untuk bekerja lebih kuat untuk

memompa darah. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan

darah. Untuk itulah berhenti merokok sangat penting untk menurunkan

dan mngendalikan tekanan darah. Menghindari rokok dapat menjauhkan

dari risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lain (Marliani, 2007).

f. Alkohol

27
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida

yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi kental

sehingga jantung akan dipaksa bekerja lebih kuat agar darah mencukupi

sampai kejaringan. Konsumsi alkohol diakui sebagai salah satu factor

penting yang memiliki hubungan dengan tekanan darah. Semakin banyak

alkohol yang diminum, makan semakin tinggi pula tekanan darah

konsumennya. Mengkonsumsi ≥ 3 gelas alkohol perhari dapat

meningkatkan risiko menderita hipertensi sebesar dua kali, dapat merusak

jantung dan organ-organ lainnya (Komaling dan Wongkar, 2013).

C. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Hipertensi

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suoth et al.

(2014) menemukan bahwa terdapat hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi. Dilihat dari hubungannya maka hipertensi ini dikarenakan sebagian

besar gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup tersebut yaitu pola makan yang

baik, aktivitas fisik dan olahraga yang cukup, istirahat atau tidur selama 6-8

jam perhari, tidak merokok maupun tidak minum-minuman beralkohol

(Watson, 2003).

28

Anda mungkin juga menyukai