Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap


dimana tekanan diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Penyakit darah
tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian
atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah balik yang berupa cuff air raksa (sphymomanometer) ataupun alat
digital lainnya (Suddarth, 2012).
Diseluruh dunia, sekitar 972 juta (26,4%) orang dewasa menderita hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Dari 972 juta orang tersebut, 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang. Sekitar 80%
kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi
1,15 milyar ditahun 2025 R. (Apriliasari, Hestiningsih, & Udiyono, 2018).
Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%
yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensinya telah mencapai 31,7% dari total
penduduk. Dari 31,7%, hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat hipertensi untuk
pengobatan. Pada orang dewasa 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial (RI, Kementerian Kesehatan, 2013).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi antara lain toksin,
faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, kegemukan, nutrisi, merokok, narkoba,
alkohol, kafein, kurang olah raga, kolesterol tinggi (Endar S.dkk, 2015).
Pengobatan farmakologi sering digunakan untuk pengobatan awal hipertensi
yaitu ACE, inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker, antangonis kalsium, diuretik dan beta
blocker, selain itu dikenal juga obat sebagai lini kedua yaitu penghambat syaraf adrenergic
agonis alfa 2 sentral dan fasodilator, namun pengobatan secara farmakologi yang berhasil
diproduksi teknologi kedokteran harganya relative mahal sehingga menjadi kendala pada
penanganan hipertensi dan juga dapat menimbulkan efek samping bila dikosumsi dalam
jangka waktu tertentu. Efek samping sistemik yang paling sering terjadi pada semua obat
adalah hipotensi, sedangkan pada ACE Inhibitor dapat menyebabkan batuk selama
pengobatan, selain itu efek samping dari penggunaan farmakologi dapat merusak hati dan
ginjal jika digunakan dalam waktu yang lama.

B. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. Untuk mempelajari ineraksi obat dengan obat.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para mahasiswa/i tentang interaksi pada
obat hipertensi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI
1. Definisi
Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh darah sangat tinggi.
Pembuluh darah-pembuluh darah yang dimaksud di sini adalah pembuluh darah
yang mengangkut darah dari jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan
organ-organ tubuh. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah
antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut prahipertensi (pre-hypertension)
dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg sudah dianggap tinggi dan disebut
hipertensi. Angka yang diawal merupakan tekanan darah sistolik yang berhubungan
dengan tekanan didalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksidan memompa
darah menuju ke pembuluh darah yang ada. Sedangkan angka selanjutnya adalah
tekanan darah diastolik yang mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika
jantung dalam kondisi istirahat (relax) setelah kontraksi. Tekanan diastolik
mencerminkan tekanan paling rendah yang ada pada pembuluh darah (Susilo &
Wulandari, 2011).
Meningkatnya tekanan darah di dalam pembuluh darah bisa terjadi melalui
beberapa cara, sebagai berikut:
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga lebih banyak mengalirkan cairan pada
setiap detiknya.
b. Pembuluh darah besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
pembuluh darah tersebut. Oleh karena itu, darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang lebih sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut
karena dinding pembuluh darahnya telah menebal dan kaku karena
artheriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokonstriksi yaitu jika pembuluh darah kecil (arterila) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon didalam
darah.
c. Bertambahnya cairan didalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat (Susilo &
Wulandari, 2011).

2. Klasifikasi

Komite eksekutif dan National High Blood Pressure Education Program


merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 profesional, sukarelawan, dan

2
agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and the Treatment of High Blood Pressure)
yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

3. Jenis Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu: a.


Hipertensi essensial atau primer Penyebab hipertensi esensial sampai saat ini
masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi esensial, sedangkan sisanya 10% tergolong hipertensi sekunder. b.
Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain
(Kemenkes RI, 2011).

4. Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala yang
khusus. Meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan
hipertensi. Gejala hipertensi yang dimaksud adalah sakit kepala sebelah, wajah
kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan (Susilo &
Wulandari, 2011).
Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Hipertensi tidak
memiliki keluhan dan tanda yang khas, karena itulah hipertensi disebut sebagai
silent killer atau pembunuh yang diam-diam. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati bisa muncul gejala sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah, sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penderita hipertensi berat
kadang-kadang mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang
memerlukan penanganan segera. Apabila tidak ditangani keadaannya akan
semakin parah dan dapat memicu kematian (Susilo & Wulandari, 2011).
5. Komplikasi
a. Gagal Jantung

3
Istilah „gagal jantung‟ sering disalahartikan dengan „serangan jantung‟,
namun kedua istilah ini memiliki arti yang berbeda.Gagal jantung adalah
istilah untuk suatu keadaan di mana secara progresif jantung tidak dapat
memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien. Jika fungsinya semakin
buruk, maka akan timbul tekanan balik dalam sistem sirkulasi yang
menyebabkan kebocoran cairan kapiler terkecil paru. Hal ini akan
menimbulkan sesak napas dan pembengkakan pada kaki dan pergelangan
kaki.
b. Angina
Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri di dada nyeri dapat menjalar
ke lengan, leher, rahang, punggung, atau perut.Rasa ini timbul akibat otot
jantung tidak mendapat cukup oksigen.Angina biasanya dipicu oleh aktivitas
fisik dan mereda dengan istirahat selama 10-15 menit. Seiring dengan
bertambahnya usia, ditambah dengan pola makan dan gaya hidup yang tidak
sehat serta kurang berolahraga secara teratur,lemak akan terakumulasipada
dinding arteri sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Tekanan
darah tinggi adalah faktor utama yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
kaku.Tekanan darah tinggi juga mengubah aliran darah di arteri menjadi lebih
turbulen.Jika aliran darah ke jantung terganggu saat seseorang membutuhkan
oksigen lebih dari normal, maka jantung tidak dapat cukup oksigen.
c. Serangan Jantung
Serangan jantung dalam dunia medis disebut infark miokard karena
terjadi saat sebagian dari „miokardium‟ atau otot jantung mengalami „infark‟
atau mati. Penyebabnya mirip dengan angina, dan tekanan darah tinggi juga
turut berperan penting.Seranganjantung biasanya dipicu oleh gumpalan darah
yang terbentuk di dalam arteri.
d. Tekanan Darah
Tinggi dan Stroke Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis
stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling
sering (sekitar 80% kasus) adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena
aliran darah di arteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan
gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau
angina.Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.Stroke hemoragik
(sekitar 20% kasus) timbul saat pembuluh darah di otak atau di dekat otak
pecah, penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten.Hal ini
menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak.Walaupun stroke
hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat
menjadi lebih serius. Gejala stroke meliputi:
1. Rasa baal (mati rasa),lemah atau paralisis pada sisi tubuh.
2. Bicara tidak jelas atau sulit menemukan kata-kata atau sulit mengerti
pembicaraan.
3. Hilangnya pandangan atau sebagian lapang pandang secara tiba-tiba,
pusing, kebingungan, tubuh tidak seimbang, atau sakit kepala berat.
e. Tekanan Darah
Tinggi dan Penyakit Ginjal Ginjal bertugas menyaring zat sisa dari darah
dan menjaga keseimbangan cairan dan kadar garam dalam tubuh.Gagal ginjal

4
timbul bila kemampuan ginjal dalam membuang zat sisa dan kelebihan air
berkurang.Kondisi ini cenderung bertambah buruk setiap tahunnya. Penyakit
gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada keadaan yang disebut gagal ginjal
stadium terminal. Keadaan ini bersifat fatal kecuali bila penderitanya
menjalani dialisis (fungsi ginjal dalam menyaring darah digantikan oleh
mesin) atau transplantasi ginjal. Ginjal secara intrinsik berperan dalam
pengaturan tekanan darah, dan inilah sebabnya mengapa tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan penyakit ginjal dan demikian pula sebaliknya.
f. Tekanan Darah Tinggi dan Gangguan Sirkulasi
1. Tungkai, penyakit arteri perifer adalah istilah medis untuk penyakit yang
menyerang arteri yang menyuplai darah ke tungkai. Penyebabnya sama
dengan yang telah dijelaskan untuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit
ginjal yaitu arteri berada dalam keadaan stres berat akibat peningkatan
tekanan darah, dan penyempitan arteri tersebut menyebabkan aliran darah
berkurang. Penyakit arteri perifer menyebabkan nyeri pada tungkai dan
kaki sehingga seseorang akan sulit berjalan.
2. Mata, tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang
sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskuler retina.
Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal
penyakit jantung (Yasmine, 2007).

B. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Sebagian besar (95%) adalah hipertensi
esensial suatu kombinasi antara berbagai faktor genetik dan lingkungan dan
sebagian kecil adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui.

C. GOLONGAN OBAT
1. Diuretik
Obat hipertensi ini adalah diuretik tiazid bekerja pada ginjal untuk
membantu tubuh mengeluarkan natrium (garam) dan air, sehingga mengurangi
volume darah. Dengan begitu, tekanan darah bisa turun.
2. Penghambat Angiotensin-converting enzyme atau ACE inhibitor
Obat hipertensi dari golongan Angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitor contohnya captopril, lisinopril, benazepril dan lainnya. Cara kerja ACE
inhibitor adalah membantu merelaksasi pembuluh darah dengan menghalangi
pembentukan bahan kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.
3. Angiotensin II receptor blockers atau ARB
Angiotensin II receptor blockers (ARBs) adalah obat hipertensi yang
membantu melemaskan pembuluh darah dengan menghalangi aksi bahan kimia
alami yang mempersempit pembuluh darah. Contoh obat hipertensi dari ARB
adalah candesartan, losartan, dan valsartan. Penderita hipertensi dengan penyakit
ginjal kronis akan banyak terbantu dengan mengonsumsi obat hipertensi ARB.

5
4. Calcium channel blocker (CCB)
Sering disbeut pemblokir saluran kalsium. Contoh obat hipertensi golongan
CCB adalah amlodipine, nipedipine, diltiazem dan lainnya. Cara kerja CCB
adalah membantu mengendurkan otot-otot pembuluh darah, dan memperlambat
detak jantung.
Golongan Obat Hipertensi Tambahan
Selain obat hipertensi utama tadi, kadang perlu ditambahkan obat hipertensi
tambahan untuk mencapai target tekanan darah optimal
a. Golongan alpha blocker adalah doxazosin, prazosin, dan lainnya.
b. Alpha beta blocker contohnya carvedilol dan labetalol.
c. Beta blocker contohnya acebutolol, atenolol
d. Aldosteron antagonist
Contohnya obat hipertensi dari golongan ini adalah spironolactone dan
eplerenone
e. Vasodilator Contoh obatnya adalah hydralazine dan minoxidi

D. INTERAKSI OBAT
A. Interaksi Obat dengan obat lain :
1. Sildenafil
Pemberian amlodipine dan sildenafil bersamaan akan meningkatkan efek
penurunan tekanan darah.
2. Simvastatin
Pemberian amlodipine 10 mg dosis multipel dengan simvastatin 80 mg telah
dilaporkan menghasilkan peningkatan 77% dalam paparan simvastatin.
3. Siklosporin
Sebuah studi prospektif pada 11 pasien transplantasi ginjal menunjukkan
peningkatan kadar siklosporin ketika diberikan dengan amlodipine.
4. Tacrolimus
Pemberian amlodipine dengan tacrolimus dilaporkan meningkatkan
konsentrasi tacrolimus hingga 4 kali lipat.
5. Diltiazem
Pemberian bersama diltiazem 180 mg dengan amlodipine 5 mg pada pasien
hipertensi lanjut usia dilaporkan meningkatkan paparan sistemik amlodipine
hingga 60%.
B. Interaksi Obat dengan penyakit :
1. Interaksi obat dengan gizi : Jeruk bali dapat meningkatkan efek
antihipertensi
2. Interaksi obat dengan penyakit : verapamil, diltiazem (hati-hati gagal jantung
dan masalah konduksi kardiaka/blok AV jantung dihidropiridin edema
perifer

6
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tekanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri tubuh
adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah
mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Kontraksi jantung
darah dengan tekanan tinggi ke aorta.
2. Tingginya tekanan darah sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan
oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga pembuluh darah
menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai
akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Apriliasari, R., Hestiningsih, R., & Udiyono, A. (2018). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tb Paru Pada Anak (Studi Di Seluruh Puskesmas Di
Kabupaten Magelang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 6, 298–
307.
Endar S.dkk, 2015. (2015). Efektifitas relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah
pada penderita hipertensi esensial, 2(2).
Notoadmojo, 2010. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Nurlaela, H., Suhadiyah, S., Johannes, E., & Hasyim, Z. (2015). uji efektivitas
ekstrak daun kelor moringa oleifera lamk. terhadap penurunan kadar glukosa
darah pada mencit Mus musculus L. Jf Fik Uinam, 2(3), 115–120.
https://doi.org/10.1152/jn.00127.20 03
Perry, potter dan. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan konsep, proses dan
praktek.
RI, Kementerian Kesehatan, B. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan
Dasar
Rista E, dkk. 2012. (2012). Online di : asupan protein, lemak jenuh, natrium serat
dan IMT terkait dengan tekanan darah pasien hipertensi di rsud tugerejo
semarang, 1, 21–29.
Suddarth. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Konsep Proses dan
praktek.
Wahyudi, I., & nurhaedah. (2017). Ragam Manfaat Tanaman Kelor ( Moringa
oleifera Lamk) Bagi Masyarakat. Balai Litbang Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Makassar, 14(1), 63–75.

Anda mungkin juga menyukai