Anda di halaman 1dari 28

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di

atas 90 mmHg. Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016 :

211). Sedangkan menurut Kushariyadi (2008) menyatakan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Menurut WHO,

batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90

mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis

kelamin (Udjianti, 2010 : 101). Kaplan memberikan batasan hipertensi

dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010 : 101-

102).

a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah

pada waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg.

b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya

> 145/95 mmHg.

c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.


Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan

dan mungkin klien tidak menunjukkan gejala selama

bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan organ yang

bermakna (silent killer). Hipertensi merupakan

penyakit akibat gangguan sirkulasi darah yang masih

menjadi masalah dalam kesehatan di masyarakat.

Semakin tinggi tekanan darah semakin besar

resikonya (Price & Wilson, 2006). Bila klien kurang

atau bahkan belum mendapatkan penatalaksanaan

yang tepat dalam mengontrol tekanan darah, maka

angka mordibitas dan mortalitas akan semakin

meningkat dan masalah kesehatan dalam masyarakat

semakin sulit untuk diperbaiki (Suwardianto, 2011).

B. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut Triyanto (2014)

adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1 Elastisitas dinding aorta menurun

2 Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi


5 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-

data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1 Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi

2 Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

d. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah :

1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

2) Kegemukan atau makan berlebihan

3) Stress

4) Merokok

5) Minum alcohol

6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )


Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis,
Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis.
Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat– obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar, yaitu :

d. Hipertensi Essensial atau Hipertensi Primer

Menurut Ardiansyah (2012) hipertensi primer yaitu hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer terdapat pada

lebih dari 90% klien dengan hipertensi. Meskipun hipertensi primer

belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi, antara lain :


1) Faktor keturunan atau genetik; individu yang mempunyai

riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih tinggi untuk

mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.

2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3) Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit

hipertensi.

4) Berat badan atau obesitas (>25% di atas BB ideal) juga sering

dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat

tersebut tetap diterapkan).

e. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain. Sekitar 5-10% dari klien yang mengalami hipertensi

sekunder. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan

hipertensi jenis ini antara lain :

1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

(mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau

aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah

melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan

tekanan darah di atas area konstriksi.


2) Penyakit parenkim dan vascular ginjal.

Penyakit ini merupakan penyebab utama hipertensi

sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan

penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung

membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada

klien dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau

fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).

Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta

perubahan struktur serta fungsi ginjal.

3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen).

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme rennin-aldosteron-mediate

volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi,

tekanan darah kembali normal setelah beberapa bulan (Udjianti,

2010 : 107).

4) Gangguan endokrin.

Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate

hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol,

dan katekolamin. Kelebihan aldosteron pada aldosteron primer

menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme

primer biasanya timbul dari adenoma korteks adrenal yang

benign (jinak). Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang


paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang

berlebihan (Ardiansyah, 2012 : 61).

5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas

berolahraga).

6) Stress yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah

untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu, maka tekanan

darah biasanya akan kembali normal.

7) Kehamilan

Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah

peningkatan tekanan darah (≥ 140 mmHg pada sistolik; > 90

mmHg pada diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu

pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu

pascapartum (Aspiani, 2016 : 213).

8) Peningkatan volume intravascular

9) Merokok.

Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan
iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian
meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012 : 61-62).
C. Epidemiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Patofisiologi dan Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Aspiani (2016 : 217-218) pemeriksaan penunjang pada

klien hipertensi antara lain :

f. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

2) Kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat


pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)

g. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miokard

3) Peninggian gelombang P

4) Gangguan konduksi

h. Foto Rontgen

1) Bentuk dan besar jantung

2) Pembendungan, lebarnya paru

3) Hipertrofi parenkim ginjal

4) Hipertrofi vascular ginjal

Sedangkan menurut Udjianti (2010 : 109-110), studi diagnostik

yang dilakukan kepada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi

pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan

indicator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. Kimia darah

1) BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin : peningkatan kadar

menandakan penurunan perfusi atau faal renal.

2) Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes melitus adalah

presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar

katekolamin.
3) Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque

atheromatus.

4) Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme primer.

5) Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang

berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.

6) Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko

hipertensi.

c. Elektrolit

1) Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan

adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).

2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

d. Urine

1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

2) Urine VMA (Vanillylmandelic acid) : peningkatan kadar

mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

3) Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,

Sindrom Cushing’s; kadar rennin juga meningkat.

e. Radiologi

1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis,


Benign Prostate Hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup

jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

EKG (Elektrokardiogram) : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau
disritmia.
G. Penatalaksanaan

Menurut Padila (2013 : 363), tujuan pengobatan hipertensi tidak

hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan

mencegah komplikasi akibat hipertensi agar klien bertambah kuat.

Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup klien.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,

penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat

digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan

klien dan penyakit lain yang ada pada klien.

Menurut Ardiansyah (2012 : 68-69), langkah awal secara

nonfarmakologis biasanya adalah dengan mengubah pola hidup klien,

yakni dengan cara :

i. Menurunkan berat badan sampai batas ideal,

j. Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes, kegemukan,

atau kadar kolesterol darah tinggi,


k. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan

kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup),

l. Mengurangi konsumsi alkohol,

m. Berhenti merokok, dan

n. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (klien dengan hipertensi

essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan

darahnya terkendali).

Pengaturan menu bagi klien dengan hipertensi selama ini dilakukan dengan empat cara, yakni diet rendah
garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi (bagi yang
kegemukan). Kini, bertambah satu cara diet pada klien hipertensi yang disebut dengan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension). Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makanan dengan gizi
seimbang yang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging
unggas, biji-bijian, dan kacang- kacangan (Puspitorini, 2009 : 55).
H. Konsep Asuhan Keperawatan

2. Pengkajian

Proses kesehatan fungsional menurut Gordon dalam Aspiani (2016)

yaitu:

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.


Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala :

1) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung koroner/katup, dan penyakit serebrovaskuler.

2) Episode palpitasi

Tanda :

1) Peningkatan tekanan darah

2) Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia

3) Murmur stenosis valvular

4) Distensi vena jugularis

5) Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokonstriksi perifer)

6) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda

c. Integritas Ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress

multiple (hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,

tangisan meledak, otot muka tegang, menghela napas, peningkatan

pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat

penyakit ginjal pada masa lalu.


e. Makanan/caira

n Gejala :

1) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,

lemak, serta kolesterol

2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini

(meningkat/turun)

3) Riwayat penggunaan

diuretik Tanda :

1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya edema

3) Glikosuria

f. Neurosensor

i Gejala :

1) Keluhan pusing/pening, berdenyut, sakit kepala, suboksipital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam)

2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,

epistaksis) Tanda :

1) Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara, efek, proses pikir

2) Penurunan kekuatan genggaman tangan

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit

kepala

Deskripsi verbal tentang nyeri

Klien merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan

karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat

tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri

klien dalam beberapa cara yang berikut :

1) Intensitas nyeri. Klien dapat diminta untuk membuat tingkatan

nyeri pada skala verbal (misal : tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri

hebat, atau sangat hebat; atau 0 sampai 10 dimana 0 = tidak

ada nyeri, 10 = nyeri sangat hebat).

2) Karakteristik nyeri. Termasuk letak (untuk area di mana nyeri

pada berbagai organ mungkin merupakan alih), durasi (menit,

jam, hari, bulan, dsb), irama (terus-menerus, hilang timbul,

periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau

keberadaan dari nyeri) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk-tusuk,

seperti terbakar, sakit, nyeri seperti digencet).

3) Faktor-faktor yang meredakan nyeri. (misal gerakan, kurang

bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dsb),

dan apa yang dipercaya klien dapat membantu mengatasi

nyerinya. Banyak orang yang mempunyai ide-ide tertentu

tentang apa yang akan menghilangkan nyerinya. Perilaku ini

sering didasarkan pada pengalaman atau trial and error.


4) Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (misal tidur,

nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan

fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai). Nyeri akut sering

berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.

5) Kekhawatiran klien tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai

masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis,

pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer,

2013 : 217).

h. Pernapasa

n Gejala :

1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,

ortopnea, dispnea

2) Batuk dengan atau tanpa sputum

3) Riwayat merokok

Tanda :

1) Distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan

2) Bunyi napas tambahan (crackles/mengi)

3) Sianosis

i. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan, hipotensi postural

j. Pembelajaran/penyuluha

n Gejala :

1) Faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal
2) Faktor lain; risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone,

penggunaan alkohol atau obat

k. Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantau dan tekanan darah/perubahan dalam terapi obat.


I. Diagnose Keperawatan

i. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban

kerja jantung (after load), vasokonstriksi, iskemia miokardia, dan

hipertrofi/rigiditas (kekakuan ventrikuler).

Definisi : ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Batasan Karakteristik :

Perubahan Frekuensi/Irama Jantung

1) Bradikardia

2) Palpitasi jantung

3) Perubahan elektrokardiogram (EKG)

4) Takikardia

Perubahan Preload

1) Distensi vena jugular

2) Edema

3) Keletihan

4) Murmur jantung

5) Peningkatan berat badan

6) Peningkatan tekanan vena sentral / CVP (Central Venous


Pressure)
7) Peningkatan PAWP (Pulmonary Artery Wedge Pressure)

8) Penurunan PAWP

9) Penurunan tekanan vena sentral (CVP)

Perubahan Afterload

1) Dispnea

Kulit lembab

Oliguria

Pengisian kapiler memanjang

Peningkatanresistansivascularparu/PVR (Pulmonary

Vascular Resistance)

6) Peningkatan resistansi vascular sistemik / SVR (Systemic

Vascular Resistance)

7) Penurunan nadi perifer

8) Penurunan resistansi vascular paru (PVR)

9) Penurunan resistansi vascular sistemik (SVR)


10) Perubahan tekanan
darah
11) Perubahan warna kulit

Perubahan Kontraktilitas

1) Batuk

2) Bunyi napas tambahan

3) Bunyi S3

4) Bunyi S4
5) Dispnea paroksimal nocturnal

6) Ortopnea

7) Penurunan fraksi ejeksi

8) Penurunan indeks jantung

9) Penurunan left ventricular stroke work index (LVSWI)

10) Penurunan stroke volume index (SVI)

Perilaku/Emosi

1) Ansietas

2) Gelisah

Faktor yang Berhubungan :

1) Perubahan afterload

2) Perubahan frekuensi jantung

3) Perubahan irama jantung

4) Perubahan kontraktilitas

5) Perubahan preload

6) Perubahan volume sekuncup

j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, seperti

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Definisi : intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi

psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang

ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik :
1) Dispnea setelah beraktivitas

2) Keletihan

3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

4) Perubahan elektrokardiogram (EKG)

(misal aritmia, abnormalitas konduksi,

iskemia)

5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

6) Respons tekanan darah abnormal

terhadap aktivitas Faktor yang

Berhubungan :

1) Gaya hidup kurang gerak

2) Imobilitas

3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4) Tirah baring

J. Luaran Keperawatan
K. Intervensi Keperawatan
L. Daftar Pustaka
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Luaran Keperawatan
E. Intervensi Keperawatan
BAB III INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)

A. Masalah Keperawatan
B. Intervensi by Evidence Based Nursing
C. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai