Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL TENTANG PENYAKIT

HIPERTENSI

Disusun oleh :
FITRA LIANA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN LOGOS


Jl. RAYA BOJONGGEDE NO. 53 PABUARAN BOGOR
TAHUN AJARAN 2022/2023
ABSTRAK

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama terjadinya
penyakit kardiovaskular aterosklerotik, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi
termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah
bertahun-tahun. Terapi nonfarmakologis yang wajib dilakukan oleh penderita hipertensi salah
satunya adalah melakukan relaksasi. Slow deep breathing merupakan salah satu jenis relaksasi
yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi.

ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure is a major risk factor for atherosclerotic


cardiovascular disease, heart failure, stroke, and kidney failure. Hypertension is a big and
serious problem because it is often not detected even though it has been for years. One of the
non-pharmacological therapies that must be carried out by hypertension sufferers is relaxation.
Slow deep breathing is one type of relaxation that can be done in patients with hypertension.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia dan sebagai salah satu
faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga disebut sebagai penyakit tidak
menular, karena hipertensi tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular adalah
penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan ke orang lain. Penyakit tidak menular masih
menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Hal ini
dikarenakan munculnya PTM secara umum disebabkan oleh pola hidup setiap individu yang
kurang memperhatikan kesehatan (Riskesdas, 2018). Data yang dikeluarkan oleh WHO (2018)
menujukkan bahwa sekitar 26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data yang telah dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab
kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau
sama dengan 140 mmHg, dan peningkatan tekanan diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, baik faktor yang dapat diubah
maupun tidak. Salah satu faktor yang dapat diubah adalah gaya hidup (life style), dimana gaya
hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya akan suatu penyakit. Dan faktor yang
tidak dapat diubah adalah genetik.
Hipertensi dijuluki sebagai Silent Killer atau sesuatu yang secara diam-diam dapat
menyebabkan kematian mendadak para penderitanya. Kematian terjadi akibat dari dampak
hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang diawali oleh hipertensi. Oleh sebab itu, penderita
berusaha melakukan kepatuhan mendisiplinkan diri terhadap makanan maupun gaya hidupnya.
Penyakit hipertensi juga merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya
terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. (Septianingsih, Dea Gita 2018).
Maka dari itu banyak dari penderita hipertensi mengalami kematian secara mendadak karena
kurangnya kepatuhan menjaga pola makan maupun memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Menurut data WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%
mengidap penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
2021 (Pratama, 2016). Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasi. 333 juta dari 972 juta pengidap hipertensi berada di negara maju dan sisanya
berada di negara berkembang salah satunya Indonesia (Pratama, 2016).
Menurut Riskesdas (2018), prevelensi hipertensi pada umur > 18 tahun didiagnosis
tenaga kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang minum obat hipertensi sebesar 9,5%. Sehingga
terdapat 0,1% penduduk yang tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan tetapi
minum obat hipertensi. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada usia > 18 tahun sebesar 34,11% prevelensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar
44,13% , Jawa Barat sebesar 39,60% Kalimantan Timur sebesar 39,30% dan Kalimantan Barat
sebesar 29,4%. Berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia > 18 tahun pravalensi
hipertensi yang terjadi di Bali sebesar 29,97%.

2. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang artinya tekanan/tegangan, jadi
hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar, 2021).
Seseorang dinyatakan hipertensi apabila seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan ≥ 90 untuk tekanan darah diastolik ketika dilakukan pengulangan
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

3. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M., 2012) :
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi
yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan
penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami
penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang
tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena
reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%
lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral yang memiliki
kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali
normal setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal- mediate hypertension disebabkan kelebihan
primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan
darah untuk sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler
k) Merokok.
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin
mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar
dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5)Meningkatnya resistensi pembuluh darah perife

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut (Merdekawati et al., 2021) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
1. Sistem saraf pusat rusak.
2. Sakit kepala oksipital terjadi saat bangun pagi akibat peningkatan
tekanan intrakranial disertai mual dan muntah.
3. Menderita tekanan darah tinggi akibat kelainan pembuluh darah.
4. Sakit kepala, pusing dan kelelahan disebabkan oleh penurunan perfusi darah yang
disebabkan oleh vasokonstriksi.
5. Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada retina, menyebabkan
penglihatan kabur.
6. Nokturia (peningkatan buang air kecil di malam hari) disebabkan oleh peningkatan
aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi glomerulus.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologiS menurut (Wardana et al., 2020)
yaitu :
1. Pengaturan diet
a. Diet rendah garam dan rendah garam mengurangi rangsangan sistem renin-
angiotensin, sehingga memiliki potensi anti hipertensi. Asupan natrium yang
dianjurkan adalah 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 g / hari
b. Diet tinggi kalium, kandungan kalium yang tinggi dalam makanan bisa
menurunkan tekanan darah, namun mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium
secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang diyakini dimediasi oleh
oksidan di dinding pembuluh darah
c. Diet kaya buah dan sayuran
d. Diet rendah kolesterol dapat mencegah penyakit jantung koroner
2. Penurunan berat badan
Pada sebagian orang, mengatasi obesitas dengan menurunkan berat badan dapat
menurunkan tekanan darah, yang dapat dicapai dengan mengurangi beban kerja
jantung dan jumlah serangan stroke. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan terjadinya hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Oleh
karena itu, penurunan berat badan merupakan cara yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
3. Olahraga teratur
Olahraga teratur (seperti jalan kaki, lari, berenang, bersepeda) sangat bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kondisi jantung. Sangat
disarankan untuk melakukan olahraga rutin selama 30 menit 3-4 kali seminggu.
Olahraga akan meningkatkan kadar HDL dan dapat menurunkan pembentukan
aterosklerosis akibat tekanan darah tinggi
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara erhenti merokok dan tidak
mengkonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi.
Karena asap rook diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan
kerja jantung.
5. Terapi oksigen
6. Pemantauan hemodinamik
7. Pemantauan jantung
8. Obat-obatan : Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,
Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai
diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

KESIMPULAN
Diketahui bahwa pola makan dengan pemilihan makanan yang kurang tepat sangat
berpengaruh terhadap penyakit hipertensi yang terjadi. Pola makan yang dapat
mengakibatkan hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang mengandung
tinggi natrium dan tinggi lemak
Selain pola makan, stress juga berpengaruh terhadap hipertensi. Stress dapat
mengakibatkan tekanan darah naik. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka
dapat mengakibatkan hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai