Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA


DI KELURAHAN BAMBANKEREP RW 4/ RT 2

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Gerontik

Oleh :
Ema Vinadia Dinda Nirmala
2007019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2023/2024
A. KONSEP DASAR TEORI
1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah terus-menerus
meningkatkan tekanan (Putro et al., 2023). Hipertensi merupakan peningkatan lebih dari
atau sama dengan 140 mmHg pada tekanan darah sistolik dan peningkatan lebih dari atau
sama dengan 90 mmHg pada tekanan darah diastolic (Anggraini, 2020).
Hipertensi lansia merupakan penyakit yang disebabkan karena beberapa resiko.
Risiko hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor resiko seperti
yang tidak dapat di kontrol yaitu usia, jenis kelamin dan yang dapat di kontrol ialah gaya
hidup dan nutrisi, obesitas dan stress. Stress dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten, karena kelenjar pituitary akan melepaskan hormone adrenalin yang dapat
memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat sehingga peningkatan tekanan darahpun
terjadi. Saat kondisi stress terjadi cukup lama, tubuh berusaha melakukan penyesuaian
sehingga timbul organis atau perubahan patologis. Gejala yang dapat muncul berupa
hipertensi dan masalah gastrointestinal (Huda, 2022).
2. Klasifikasi hipertensi
Menurut Herlambang (2019) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2
jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang
yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau
bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah
tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor
tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang
yang kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti
gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu
hamil tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu.
Terutama pada wanita yang berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas).
Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg


3. ETIO LOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Penyebab hipertensi sesuai dengan jenisnya meliputi :

a. Hipertensi esensial atau primer


Penyebab hipertensi esensial tidak jelas, dan penyebab sekunder dari hipertensi es
ensial belum ditemukan. Pada hipertensi esensial, tidak ada penyakit ginjal, gagal ginj
al atau penyakit lain, genetik dan etnis merupakan bagian dari penyebab hipertensi es
ensial, termasuk stres, minum sedang, merokok, lingkungan dan gaya hidup yang tida
k aktif (Ilma Fitriana, 2019).
b. Hipertensi sekunder
Penyebab hipertensi sekunder dapat ditentukan seperti penyakit pembuluh ginjal,
penyakit tiroid (hipertiroidisme), hiperaldosteronisme, dan penyakit substansial (Sima
njuntak & Situmorang, 2022).

Faktor resiko

a. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap hiperte
nsi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko menderita hipe
rtensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini karena
disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembulu darah,
hormon serta jantung (Oktaviani et al., 2022).
b. Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stres juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi. Hubu
ngan antara stres dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkata
n akivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten pada pe
nderita (Triandini, 2022).
c. Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan. Penderita obe
sitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yan
g lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Oktaviani et al., 2022).
d. Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin. Katek
olamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
iritabilitas miokardial dan serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekan
an darah (Oktaviani et al., 2022)
e. Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-adenosi
ne (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung dan relaksasi pembu
luh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek rileks) m
enghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus sistem s
araf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah (Triandini, 2022)
f. Genetik
Faktor genetik juga memiliki peran terhadap angka kejadian hipertensi. Penderita
hipertensi esensial sekitar 70-80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) d
ari pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga me
njadi pemicu sseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit
turunan (Triandini, 2022)
g. Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi
primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan g
injal untuk mengeksresikan kadar natrium yang berlebih (Triandini, 2022).
4. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi pembuluh darah peri
fer (tahanan perifer) curah jantung (cardiac output) adalah darah yang dipompa oleh ventr
ikel ke dalam sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit, normalnya satu menit pada dew
asa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi oleh vena sekuncup (stroke perifer) pada
pembuluh darah oleh jari jari ateriol dan viskositas darah stroke volume atau volume seku
ncup adalah darah yang dipompa pada saat ventrikel berkontraksi normalnya pada orang
dewasa kurang lebih 70-75 ml atau dapat diartikan sebagai perbedaan volume darah ventr
ikel pada akhir diastolik dan volume ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau dearajat
denyut jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel permenit. Volume sekuncup dipengaruh
i oleh 3 faktor yaitu volume akhir distolik ventrikel, beban akhir ventrikel (afterload), dan
kontraktilitas jantung (Dewi, 2018).
Tekanan darah gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh. Te
kanan bergantung pada volume darah yang terkadang dalam pembuluh atau distensibilita
s pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut direngangkan). Darah mengalir dalam sa
tu lingkungan tertutup antara jantung dan organ-organ. Arteriol mengatur jumlah darah y
aang mengalir ke masing masing organ. Vena mengembalikan darah dari tingkat jaringan
ke jantung. Pengaturan tekanan arteri rerata bergantung pada kontrol dua pintu utamanya
ke jantung. Pengaturan tekanan atri rerata bergantung pada dua pintu utamanya yaitu cura
h jantung dan retensi perifer total. Kontrol curah jantung sebaiknya bergantung pada regu
lasi keepatan jantung dan isi sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama ditentu
kan oleh derajat vasokontriksiateriol (Shewood, 2019).
Regulasi jangka pendek tekanan darah di tentukan oleh reflek baroreseptor. Baror
eseptor sinus karotis dan arteri aorta secara terus-menerus memantau tekanan arteri rerata.
Jika mendekati penyimpangan dari normal maka kedua baroreseptor akan memberi sinya
l ke pusat kardiovaskuler medula yang berespon dengan menyesuaikan sinyal otonom ke
jantung, dan pembuluh darah untuk memulihkan tekanan darah kembali normal. Kontrol j
angka panjang tekanan darah menimbulkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai me
lalui kontrol ginjal atas keseimbangangaram dan air. Tekanan darah dapat meningkat sec
ara abnormal atau terlalu rendah (hipotensi) hipotensi yang berat dan menetap yang meye
babkan kurang memadainya penyaluran darah secara umum yang dikenal dengan syok sir
kulasi (Shewood, 2019).

5. PATHWAYS
6. MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Tika 2021) tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekan
an darah, selain penentuan tekanan arterioleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti h
ipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang menge
nai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
8. KOMPLIKASI
Menurut (Anshari 2020) komplikasi pada hipertensi yaitu:
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung dan penyakit koroner. Ind
ividu yang menderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung ak
an mengendor dan berkurang elastisitasnya yang disebut dekompensasi. Sehingga me
ngakibatkan jantung tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairan yang ter
tahan di paru dan jaringan tubuh yang menyebabkan sesak napas atau odema. Keadaa
n ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada bagian otak dapat mengakibatkan resiko stroke, apabi
la tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan rusaknya ginjal, sehingga menyebabkan kerusakan
system penyaringan didalam ginjal karena lambat laun ginjal tidak mampu membuan
g zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terja
di penumpukan dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dandapat menyeba
bkan kebutaan
9. PENATALAKSANAAN
Menurut carpenito (2019) pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :
a. Pengobatan non obat ( non farmakologis )
Yang termasuk pengobatan hipertensi non farmakologis antara lain :
1) Mengataasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan.
2) Mungurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
4) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol.
b. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
1) Diuretic, obat-obatan yang bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan yang termasuk golongan
diuretic adalah hidrokloritazid
2) Penghambat simpatetik, bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
contoh obatnya metildopa, klonidin dan reserpine.
3) Beta bloker, melalui penurunan daya pompa jantung dan cara ini tidak dianjurkan
pada penderita yang diketahui menghidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh abatnya metopropol, propranolol dan atenolol.
4) Vasodilator, bekerja lansung pada pembuluh darah dengan relaksasi obat polos.
Contoh obatnya prasosin dan hidralasin.
5) Antagonis kalsium, menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung. Contoh obatnya nefedifin, diltiasem dan verapamil.
6) Penghambat reseptor angiostensin ll, dengan menghalangi penempelan zat
angiostensin ll pada reseptornya yang mengakibatkan ringanya daya pompa
jantung. Contoh obatnya valsartan (diovan).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum tinggal di panti
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal
masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
2) Riwayat keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak)
3) Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
4) Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang y
ang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
5) Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
6) Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan k
esehatan seperti dokter, perawat atau klinik
7) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur Menjelaskan kegiatan yang dilakuk
an sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingg
a dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur
8) Status Kesehatan Saat Ini Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu,
status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, s
erta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
9) Obat-Obatan Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,
atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
10) Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
11) Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola konsums
i makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien dengan hipertensi p
erlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, da
n serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pad
a klien.
12) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasie
n dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis da
ri suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
a. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala, penyebar
an rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetris
an mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketaja
man penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung
dan septum nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang te
linga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatu
m dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut n
adi karotis.
b. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting sus
u), palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kem
udian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
c. Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (b
entuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian voc
al premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskul
tasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
d. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya
pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk menget
ahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambah
an, ada atau tidak bising/murmur)
e. Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit abdom
en, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan nilai no
rmal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/mass
a, pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeri
ksaan asites).
f. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta
perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi
pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
g. Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kuli
t, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.
h. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS), p
emeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan
reflex.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung (D.0009)
Definisi: Ketidak ada kekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Faktor Risiko
1. Hiperglikemia
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Prosedur endovaskuler
6. Trauma
7. Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dyspnea (D.0005)
Definisi: Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Dyspnea
Objektif:
1. penggunaan otot bantu pernapasan
2. fase ekspirasi memanjang
3. pola napas abnormal (mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi kussmaul Cheyne-
stokes)
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Ortopnea
Objektif:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasancuping hidung
3. Diameter toraks anterior prosterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas menurun
6. Tekanan ekspirasi menururn
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipoksia jaringan otak (D.0074)
Definisi:
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
Objektif:
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
Objektif:
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala (D.0055)
Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Mengeluh sering terjaga
2. Mengeluh sulit tidur
Objektif:
1. Mengeluh pola tidur berubah
2. Mengeluh tidak puas tidur
3. Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Mengeluh kemampuan aktivitas menurun
Objektif:
1. Kecemasan
2. Nyeri/kolik
3. Kondisi pasca operasi
4. Hypertirodisme
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (D.0056)
Definisi: ketidak kecukupan energy untuk kegiatan sehari hari
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Mengeluh lelah
Objektif:
1. Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20 persen dari kondisi sehat
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Dyspnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah aktivitas
3. Merasa lemas
Objektif:
1. Tekanan darah berubah 20 persen dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis
f. Defisit pengetahuan dengan kurang terpapar sumber informasi (D.0111)
Definisi: ketidak atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -
Objektif:
1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menujukan persepsi yang keliru terhadap masalah
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif: -
Objektif:
1. Menjalani pemeriksaan yang tepat
2. Menunjukan perilaku yang berlebihan
(mis,apatis,bermusuhan,agitasi,hysteria)
3. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Perfusi perifer tid Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi Perawatan sirkulasi
ak efektif berhub intervensi 3x24 jam (I.02079) (I.02079)
ungan dengan pen diharapkan perfusi Observasi Observasi
urunan curah jant jaringan meningkat 1. Periksa sirkulasi 1. Mengetahui
ung (D.0009) (L.02011) perifer (mis: nadi kemungkinan
Kriteria hasil: perifer, edema, adanya gangguan
1. Kekuatan pengisian kapiler, pada perfusi
nadi perifer warna, suhu, perfier
meningkat ankle-brachial 2. Beberapa
2. Warna kulit index) penyakit seperti
pucat 2. Identifikasi faktor diabetes,
menurun risiko gangguan hipertensi,
3. Pengisian sirkulasi (mis: hiperkolesterol
kapiler diabetes, perokok, dapat
membaik orang tua, menyebabkan
4. Akral hipertensi, dan gangguan
membaik kadar kolesterol sirkulasi perifer
5. Turgor kulit tinggi) 3. Mengetahui
membaik 3. Monitor panas, adanya masalah
kemerahan, nyeri, atau gangguan
atau bengkak yang terjadi pada
pada ekstremitas bagian perifer
tubuh
Terapeutik
Terapeutik
1. Hindari
1. Untuk mencegah
pemasangan
kekurangan/
infus, atau
perubahan
pengambilan
sirkulasi perifer
darah di area
2. Sirkulasi perfier
keterbatasan
yang terganggu
perfusi
dapat
2. Hindari
memperlambat
pengukuran
penyembuhan
tekanan darah
luka pada area
pada ekstremitas
yang cedera
dengan
3. Untuk mencegah
keterbatasan
munculnya
perfusi
infeksi akibat
3. Hindari
invasi
penekanan dan
4. Mencegah
pemasangan
terjadinya luka
tourniquet pada
pada kaki
area yang cidera
5. Mencegah
4. Lakukan
terjadinya luka
pencegahan
pada kaki
infeksi
Edukasi
5. Lakukan
1. Merokok
perawatan kaki
merupakan salah
dan kuku
satu pemicu
Edukasi terjadinya
1. Anjurkan berhenti ganggaun perfusi
merokok perifer
2. Anjurkan 2. Untuk
berolahraga rutin memperlanjar
3. Anjurkan minum sikulasi perfusi
obat pengontrol perifer
tekanan darah 3. Penyakit
secara teratur hipertensi
4. Anjurkan merupakan salah
melakukan satu penyebab
perawatan kulit gangguan
yang tepat (mis: sirkulasi perifer
melembabkan 4. Mencegah
kulit kering pada terjadinya luka
kaki)

2. Pola napas tidak e Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
fektif berhubunga intervensi 3x24 jam (I.02079) (I.02079)
n dengan dyspnea diharapkan pola Observasi Observasi
(D.0005) nafas membaik 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui
(L.01004) napas (frekuensi, apakah ada
Kriteria hasil: kedalaman, usaha gangguan pada pola
1. Dispnea men napas) napas
urun 2. Monitor bunyi 2. Untuk mengetahui
2. Penggunaan o napas tambahan apakah terdapat
tot bantu napa (misalnya: bunyi napas
s menurun gurgling, mengi, tambahan
3. Pemanjangan wheezing, ronchi 3. Untuk mengetahui
fase ekspirasi kering) apakah terdapat
menurun 3. Monitor sputum perubahan warna dan
4. Frekuensi nap (jumlah, warna,
as membaik aroma) aroma pada sputum
5. Kedalaman n Terapeutik
Terapeutik
apas membai 1. Agar kepatenan jalan
1. Pertahankan
k napas tetap terjaga
kepatenan jalan
2. Agar pasien tidak
napas dengan
terlalu merasakan
head-tilt dan
sesak yang di alami
chin-lift (jaw
3. Untuk memobilisasi
thrust jika curiga
dan mengeluarkan
trauma fraktur
sekret
servikal)
4. Untuk mengurangi
2. Posisikan semi-
rasa sakit yang di
fowler atau
rasakan
fowler
5. Pengisapan lender
3. Berikan minum
tidak selalu rutin dan
hangat
waktu harus dibatasi
4. Lakukan
untuk mencegah
fisioterapi dada,
hipoksia
jika perlu
6. Meningkatkan
5. Lakukan
kemampuan otot-
penghisapan
otot pernafasan
lendir kurang dari
Edukasi
15 detik
1. Untuk mengetahui
6. Berikan oksigen,
sputum
jika perlu
Kolaborasi
Edukasi 1. Agar dapat diberikan
1. Ajarkan Teknik obat pernapasan
batuk efektif sesuai anjuran dokter

Kolaborasi
1. Kolaborasi pembe
rian bronkodilato
r, ekspektoran, m
ukolitik, jika perl
u.

3. Gangguan rasa ny Setelah dilakukan Manajemen nyeri Manajemen nyeri


aman berhubunga intervensi 3x24 jam (I.02079) (I.02079)
n dengan hipoksia diharapkan status Observasi Observasi
jaringan otak (D. kenyamanan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
0074) meningkat (L.08064) lokasi, lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, karakteristik,
1. Keluhan tidak durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
nyaman menu kualitas, kualitas dan
run intensitas nyeri intensitas nyeri
2. Gelisah menu 2. Identifikasi skala dari pasien
run nyeri 2. Mengetahui
3. Identifikasi faktor tingkat nyeri yang
yang dirasakan pasien
memperberat dan 3. Mengetahui hal-
memperingan hal yang dapat
nyeri memperberat
4. Identifikasi ataupun
pengaruh nyeri memperingan
pada kualitas nyeri yang
hidup dirasakan pasien
4. Mengetahui
Terapeutik
seberapa besar
1. Berikan Teknik
rasa nyeri
nonfarmakologis
mempengarui
untuk mengurangi
kualitas hidup
nyeri (mis:
pasien
TENS, hypnosis,
Terapeutik
akupresur, terapi
1. Mengurangi
music, tingkat nyeri
biofeedback, pasien/
terapi pijat, mengalihkan
aromaterapi, 2. Mengurangi
Teknik imajinasi tingkat nyeri
terbimbing, pasien/
kompres mengalihkan
hangat/dingin, 3. Mengalihkan dan
terapi bermain) memenuhi
2. Kontrol kebutuhan
lingkungan yang istrahat pasien
memperberat rasa Edukasi
nyeri (mis: suhu 1. Memberikan
ruangan, informasi terkait
pencahayaan, nyeri yang
kebisingan) dirasakan pasien
3. Fasilitasi istirahat 2. Membantu pasien
dan tidur mengatasi saat
rasa nyeri muncul
Edukasi
3. Pasien dapat
1. Jelaskan
mengetahui
penyebab,
sendiri
periode, dan
karakteristik,
pemicu nyeri
penyebak, lokasi
2. Jelaskan strategi
saat nyeri muncul
meredakan nyeri
4. memudahkan
3. Anjurkan
pasien untuk
memonitor nyeri
mengotrol nyeri
secara mandiri
dengan cara
4. Ajarkan Teknik
sederhana
farmakologis
Kolaborasi
untuk mengurangi
nyeri 1. Mengurangi
menghilangkan
Kolaborasi
rasa nyeri yang
1. Kolaborasi
dirasakan pasien
pemberian
analgetik, jika
perlu

4. Gangguan pola ti Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174) Dukungan tidur (I.05174)
dur berhubungan intervensi 3x24 jam Observasi Observasi
dengan sakit kepa diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola 1. Mengidentifikasi
la (D.0055) membaik (L.05045) aktivitas dan tidur pola aktivitas
Kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor tidur
1. Keluhan sulit pengganggu tidur 2. Mengidentifikasi
tidur menuru (fisik dan/atau faktor
n psikologis) pengganggu tidur
2. Keluhan serin 3. Identifikasi 3. Mengidentifikasi
g terjaga men makanan dan faktor
urun minuman yang pengganggu tidur
3. Keluhan tidak mengganggu tidur 4. Mengidentifikasi
puas tidur me (mis: kopi, teh, faktor
nurun alcohol, makan pengganggu tidur
4. Keluhan pola mendekati waktu Terapeutik
tidur berubah tidur, minum 1. Memodifikasi
menurun banyak air lingkungan agar
5. Keluhan istira sebelum tidur) nyaman
hat tidak cuku 4. Identifikasi obat 2. Membatasi waktu
p menurun tidur yang tidur siang
dikonsumsi 3. Agar Stress
berkurang
Terapeutik
4. Menetapkan
1. Modifikasi
jadwal tidur rutin
lingkungan (mis:
pencahayaan, 5. Mengajarkan
kebisingan, suhu, terapi relaksasi
matras, dan otot progresif
tempat tidur) untuk
2. Batasi waktu meningkatkan
tidur siang, jika kualitas tidur
perlu 6. Menjelaskan
3. Fasilitasi pentingnya tidur
menghilangkan selama sakit
stress sebelum Edukasi
tidur 1. Ajarkan waktu
4. Tetapkan jadwal istirahat
tidur rutin tercukupi
5. Lakukan prosedur 2. Menganjurkan
untuk menghindari
meningkatkan makanan dan
kenyamanan minuman yang
(mis: pijat, mengganggu tidur
pengaturan posisi, 3. Menganjurkan
terapi akupresur) penggunaan obat
6. Sesuaikan jadwal tidur yang tidak
pemberian obat mengandung
dan/atau supresor agar
Tindakan untuk waktu tidur
menunjang siklus tecukupi
tidur-terjaga 4. Mengajarkan
faktor-faktor yang
Edukasi
berkontribusi
1. Jelaskan
terhadap
pentingnya tidur
gangguan pola
cukup selama
tidur
sakit
2. Anjurkan 5. Mengajarkan
menghindari relaksasi otot
makanan/minuma progresif untuk
n yang meningkatkan
mengganggu tidur kualitas tidur
3. Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
4. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis:
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
5. Ajarkan relaksasi
otot autogenic
atau cara
nonfarmakologi
lainnya

5. Intoleransi aktivit Setelah dilakukan Manajemen energi Manajemen energi


as berhubungan d intervensi 3x24 jam (I.02079) (I.02079)
engan kelemahan diharapkan toleransi Observasi Observasi
fisik (D.0056) aktivitas meningkat 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
gangguan fungsi pencetus
(L.05047) tubuh yang terjadinya
Kriteria hasil: mengakibatkan kelelahandan
1. Keluhan Lela kelelahan rencana tindakan
h menurun 2. Monitor berikutnya yang
2. Dispnea saat kelelahan fisik dapat dilakukan
aktivitas men dan emosional 2. Untuk
urun 3. Monitor pola dan mengetahui
3. Dispnea setel jam tidur koping klien
ah aktivitas m 4. Monitor lokasi 3. Menghindari
enurun dan kelelahan akibat
4. Frekuensi nad ketidaknyamanan kurang istirahat
i membaik selama 4. Mengetahui
melakukan kemampuan dan
aktivitas batasan pasien
terkait aktivitas
Terapeutik
yang akan
1. Sediakan
dilakukan
lingkungan
Terapeutik
nyaman dan
1. Memberikan rasa
rendah stimulus
aman dan nyaman
(mis: cahaya,
kepada klien
suara, kunjungan)
2. Membantu
2. Lakukan latihan
meningkatkan
rentang gerak
rentang gerak
pasif dan/atau
klien dalam
aktif
beraktivitas
3. Berikan aktivitas
3. Memberikan rasa
distraksi yang
nyaman pada
menenangkan
klien
4. Fasilitasi duduk
4. Mengurangi
di sisi tempat
resiko jatuh/sakit
tidur, jika tidak
dapat berpindah pada klien
atau berjalan Edukasi
1. Istirahat yang
Edukasi
lebih dan
1. Anjurkan tirah
mengurangi
baring
aktivitas dapat
2. Anjurkan
memulihkan
melakukan
energi Kembali
aktivitas secara
2. Melatih kekuatan
bertahap
otot dan
3. Anjurkan
pergerakan pasien
menghubungi
agar tidak terjadi
perawat jika
kekakuan otot
tanda dan gejala
maupun sendi
kelelahan tidak
3. Untuk
berkurang
mengidentifikasi
4. Ajarkan strategi
rencana tindakan
koping untuk
selanjutnya yang
mengurangi
dapat dilakukan
kelelahan
oleh perawat
Kolaborasi 4. Memiliki
1. Kolaborasi denga kemampuan
n ahli gizi tentang mengatasi
cara meningkatka masalah (coping
n asupan makana skill) bermanfaat
n untuk mencegah
komplikasi
kesehatan yang
mungkin nanti
akan timbul
5. Memiliki
kemampuan
mengatasi
masalah (coping
skill) bermanfaat
untuk mencegah
komplikasi
kesehatan yang
mungkin nanti
akan timbul
Kolaborasi
1. Pemberian gizi
yang cukup dapat
meningkatkan
energi klien

6. Defisit pengetahu Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan


an dengan kurang intervensi 3x24 jam (I.12383) (I.12383)
terpapar sumber i diharapkan tingkat Observasi Observasi
nformasi (D.011 pengetahuan 1. Identifikasi 1. Untuk
1) meningkat (L.12111) kesiapan dan mengetahui
Kriteria hasil: kemampuan kesiapan dan
1. Perilaku menerima kemampuan
sesuai informasi untuk menerima
anjuran 2. Identifikasi informas
meningkat faktor-faktor yang 2. Untuk
2. Verbalisasi dapat mengetahui apa
minat dalam meningkatkan saja faktor-faktor
belajar dan menurunkan yang dapat
meningkat motivasi perilaku meningkatkan
3. Kemampuan hidup bersih dan dan menurunkan
menjelaskan motivasi hidup
pengetahuan sehat bersih dan sehat
tentang suatu Terapeutik
Terapeutik
topik 1. Memberikan
1. Sediakan materi
meningkat pengetahuan cara
dan media
4. Kemampuan menjaga
Pendidikan
menggambar Kesehatan
Kesehatan
kan 2. Membantu untuk
2. Jadwalkan
pengalaman mengurangi rasa
Pendidikan
sebelumnya nyeri
Kesehatan sesuai
yang sesuai 3. Untuk
kesepakatan
dengan topik memberikan
3. Berikan
meningkat pengetahuan cara
kesempatan untuk
5. Perilaku menjaga
bertanya
sesuai dengan kesehatan lebih
pengetahuan Edukasi lanjut
meningkat 1. Jelaskan faktor Edukasi
6. Pertanyaan risiko yang dapat 1. Memberi
tentang mempengaruhi pengetahuan
masalah yang Kesehatan resiko yang dapat
dihadapi 2. Ajarkan perilaku mempengaruhi
menurun hidup bersih dan kesehatan pasien
7. Persepsi yang sehat 2. Membantu
keliru 3. Ajarkan strategi keluarga untuk
terhadap yang dapat mejaga
masalah digunakan untuk kebersihan
menurun meningkatkan 3. Untuk
perilaku hidup meningkatkan
bersih dan sehat kualitas kesehatan
melalui proses
penyadartahuan
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2020). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi di Jakarta. JKFT: Universitaas Muhammadiyah Tanggerang, 5(1), 41–47.

Anshari, Z. (2020). Komplikasi Hipertensi Dalam Kaitannya Dengan Pengetahuan Pasien Terhad
ap Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(2), 46-5
1. http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM.
Dewi, S. dan Familia, 2018 D. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus Books. Jakarta.

Herlambang. 2019 Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Huda, M. M. (2022). Intervensi Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir pada Ansietas Lansia Hiperte
nsi dengan Pendekatan Teori Model Adaptasi Roy. Jurnal Keperawatan, 14(1), 207–218. ht
tps://doi.org/10.32583/keperawatan.v14i1.34.

Ilma Fitriana. (2019). Hubungan diabetes melitus dengan profil lipid pada penderita hipertensi u
mur 45-60 tahun.

Musaddas, R., & Utama, Y. A. (2021). Analisis Terapi Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pe
nderita Hipertensi Bagi Lansia Di Palembang. Jurnal.Politasumbar.Ac.Id, 4(2), 529–538. ht
tps://jurnal.politasumbar.ac.id/index.php/jl/article/view/114.

Oktaviani, E., Prastia, T.N., Dwimawati, E., 2022. Faktor-Faktor Yang Berhubungan. Dengan K
ejadian Hipertensi Pada Pra Lansia Di Puskesmas Bojonggede Tahun 2021. PROMOTOR 5,
135-147.

Putro, D. U. H., Jumaiyah, W., & Zuryati, M. (2023). Teknik Relaksasi Napas Dalam dengan Ko
mbinasi Dzikir Asmaul Husna terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kep
erawatan Silampari, 6(2), 1951–1964. https://doi.org/10.31539/jks.v6i2.5755

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia. In Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1 Ce, pp. 1–325). Dewan Pengurus Pusat.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. In Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1 Ce, pp. 1–523). Dewanpengurus Pusat.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Dewan Pengurus
Pusat.

Sherwood L (2019). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem edisi 6Jakarta: Penerbit Buku Kedokter
an EGC.

Simanjuntak, E. Y., & Situmorang, H. (2022). Pengetahuan Dan Sikap Tentang Hipertensi Deng
an Pengendalian Tekanan Darah. INDOGENIUS, 1(1), https://doi.org/10.56359/igj.vlil.57.

Tika, T. T. (2021). Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium polyanthum) Pada Penyakit Hip
ertensi: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Medika, 03(01), 1260-1265. http://www.jurnalmedik
ahutama.com/index.php/JMH/article/download/ 263/177.

Triandini, R. (2022). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesma


s Dua Puluh Tiga Ilir Kota Palembang Tahun 2021. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Ja
mbi, 22(1), 308-313.

Anda mungkin juga menyukai