Oleh :
Ema Vinadia Dinda Nirmala
2007019
Faktor resiko
a. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap hiperte
nsi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko menderita hipe
rtensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini karena
disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembulu darah,
hormon serta jantung (Oktaviani et al., 2022).
b. Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stres juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi. Hubu
ngan antara stres dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkata
n akivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten pada pe
nderita (Triandini, 2022).
c. Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan. Penderita obe
sitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yan
g lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Oktaviani et al., 2022).
d. Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin. Katek
olamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
iritabilitas miokardial dan serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekan
an darah (Oktaviani et al., 2022)
e. Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-adenosi
ne (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung dan relaksasi pembu
luh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek rileks) m
enghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus sistem s
araf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah (Triandini, 2022)
f. Genetik
Faktor genetik juga memiliki peran terhadap angka kejadian hipertensi. Penderita
hipertensi esensial sekitar 70-80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) d
ari pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga me
njadi pemicu sseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit
turunan (Triandini, 2022)
g. Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi
primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan g
injal untuk mengeksresikan kadar natrium yang berlebih (Triandini, 2022).
4. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi pembuluh darah peri
fer (tahanan perifer) curah jantung (cardiac output) adalah darah yang dipompa oleh ventr
ikel ke dalam sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit, normalnya satu menit pada dew
asa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi oleh vena sekuncup (stroke perifer) pada
pembuluh darah oleh jari jari ateriol dan viskositas darah stroke volume atau volume seku
ncup adalah darah yang dipompa pada saat ventrikel berkontraksi normalnya pada orang
dewasa kurang lebih 70-75 ml atau dapat diartikan sebagai perbedaan volume darah ventr
ikel pada akhir diastolik dan volume ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau dearajat
denyut jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel permenit. Volume sekuncup dipengaruh
i oleh 3 faktor yaitu volume akhir distolik ventrikel, beban akhir ventrikel (afterload), dan
kontraktilitas jantung (Dewi, 2018).
Tekanan darah gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh. Te
kanan bergantung pada volume darah yang terkadang dalam pembuluh atau distensibilita
s pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut direngangkan). Darah mengalir dalam sa
tu lingkungan tertutup antara jantung dan organ-organ. Arteriol mengatur jumlah darah y
aang mengalir ke masing masing organ. Vena mengembalikan darah dari tingkat jaringan
ke jantung. Pengaturan tekanan arteri rerata bergantung pada kontrol dua pintu utamanya
ke jantung. Pengaturan tekanan atri rerata bergantung pada dua pintu utamanya yaitu cura
h jantung dan retensi perifer total. Kontrol curah jantung sebaiknya bergantung pada regu
lasi keepatan jantung dan isi sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama ditentu
kan oleh derajat vasokontriksiateriol (Shewood, 2019).
Regulasi jangka pendek tekanan darah di tentukan oleh reflek baroreseptor. Baror
eseptor sinus karotis dan arteri aorta secara terus-menerus memantau tekanan arteri rerata.
Jika mendekati penyimpangan dari normal maka kedua baroreseptor akan memberi sinya
l ke pusat kardiovaskuler medula yang berespon dengan menyesuaikan sinyal otonom ke
jantung, dan pembuluh darah untuk memulihkan tekanan darah kembali normal. Kontrol j
angka panjang tekanan darah menimbulkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai me
lalui kontrol ginjal atas keseimbangangaram dan air. Tekanan darah dapat meningkat sec
ara abnormal atau terlalu rendah (hipotensi) hipotensi yang berat dan menetap yang meye
babkan kurang memadainya penyaluran darah secara umum yang dikenal dengan syok sir
kulasi (Shewood, 2019).
5. PATHWAYS
6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Tika 2021) tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
c. Ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan rusaknya ginjal, sehingga menyebabkan kerusakan
system penyaringan didalam ginjal karena lambat laun ginjal tidak mampu membuan
g zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terja
di penumpukan dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dandapat menyeba
bkan kebutaan
9. PENATALAKSANAAN
Menurut carpenito (2019) pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :
a. Pengobatan non obat ( non farmakologis )
Yang termasuk pengobatan hipertensi non farmakologis antara lain :
1) Mengataasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan.
2) Mungurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
4) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol.
b. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
1) Diuretic, obat-obatan yang bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan yang termasuk golongan
diuretic adalah hidrokloritazid
2) Penghambat simpatetik, bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
contoh obatnya metildopa, klonidin dan reserpine.
3) Beta bloker, melalui penurunan daya pompa jantung dan cara ini tidak dianjurkan
pada penderita yang diketahui menghidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh abatnya metopropol, propranolol dan atenolol.
4) Vasodilator, bekerja lansung pada pembuluh darah dengan relaksasi obat polos.
Contoh obatnya prasosin dan hidralasin.
5) Antagonis kalsium, menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung. Contoh obatnya nefedifin, diltiasem dan verapamil.
6) Penghambat reseptor angiostensin ll, dengan menghalangi penempelan zat
angiostensin ll pada reseptornya yang mengakibatkan ringanya daya pompa
jantung. Contoh obatnya valsartan (diovan).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum tinggal di panti
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal
masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
2) Riwayat keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak)
3) Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
4) Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang y
ang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
5) Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
6) Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan k
esehatan seperti dokter, perawat atau klinik
7) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur Menjelaskan kegiatan yang dilakuk
an sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingg
a dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur
8) Status Kesehatan Saat Ini Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu,
status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, s
erta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
9) Obat-Obatan Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,
atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
10) Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
11) Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola konsums
i makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien dengan hipertensi p
erlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, da
n serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pad
a klien.
12) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasie
n dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis da
ri suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
a. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala, penyebar
an rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetris
an mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketaja
man penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung
dan septum nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang te
linga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatu
m dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut n
adi karotis.
b. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting sus
u), palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kem
udian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
c. Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (b
entuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian voc
al premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskul
tasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
d. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya
pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk menget
ahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambah
an, ada atau tidak bising/murmur)
e. Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit abdom
en, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan nilai no
rmal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/mass
a, pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeri
ksaan asites).
f. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta
perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi
pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
g. Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kuli
t, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.
h. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS), p
emeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan
reflex.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung (D.0009)
Definisi: Ketidak ada kekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Faktor Risiko
1. Hiperglikemia
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Prosedur endovaskuler
6. Trauma
7. Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dyspnea (D.0005)
Definisi: Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Dyspnea
Objektif:
1. penggunaan otot bantu pernapasan
2. fase ekspirasi memanjang
3. pola napas abnormal (mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi kussmaul Cheyne-
stokes)
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Ortopnea
Objektif:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasancuping hidung
3. Diameter toraks anterior prosterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas menurun
6. Tekanan ekspirasi menururn
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipoksia jaringan otak (D.0074)
Definisi:
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
Objektif:
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
Objektif:
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala (D.0055)
Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Mengeluh sering terjaga
2. Mengeluh sulit tidur
Objektif:
1. Mengeluh pola tidur berubah
2. Mengeluh tidak puas tidur
3. Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Mengeluh kemampuan aktivitas menurun
Objektif:
1. Kecemasan
2. Nyeri/kolik
3. Kondisi pasca operasi
4. Hypertirodisme
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (D.0056)
Definisi: ketidak kecukupan energy untuk kegiatan sehari hari
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Mengeluh lelah
Objektif:
1. Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20 persen dari kondisi sehat
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Dyspnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah aktivitas
3. Merasa lemas
Objektif:
1. Tekanan darah berubah 20 persen dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis
f. Defisit pengetahuan dengan kurang terpapar sumber informasi (D.0111)
Definisi: ketidak atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
Gejala dan tanda terdiri:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -
Objektif:
1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menujukan persepsi yang keliru terhadap masalah
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif: -
Objektif:
1. Menjalani pemeriksaan yang tepat
2. Menunjukan perilaku yang berlebihan
(mis,apatis,bermusuhan,agitasi,hysteria)
3. INTERVENSI
2. Pola napas tidak e Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
fektif berhubunga intervensi 3x24 jam (I.02079) (I.02079)
n dengan dyspnea diharapkan pola Observasi Observasi
(D.0005) nafas membaik 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui
(L.01004) napas (frekuensi, apakah ada
Kriteria hasil: kedalaman, usaha gangguan pada pola
1. Dispnea men napas) napas
urun 2. Monitor bunyi 2. Untuk mengetahui
2. Penggunaan o napas tambahan apakah terdapat
tot bantu napa (misalnya: bunyi napas
s menurun gurgling, mengi, tambahan
3. Pemanjangan wheezing, ronchi 3. Untuk mengetahui
fase ekspirasi kering) apakah terdapat
menurun 3. Monitor sputum perubahan warna dan
4. Frekuensi nap (jumlah, warna,
as membaik aroma) aroma pada sputum
5. Kedalaman n Terapeutik
Terapeutik
apas membai 1. Agar kepatenan jalan
1. Pertahankan
k napas tetap terjaga
kepatenan jalan
2. Agar pasien tidak
napas dengan
terlalu merasakan
head-tilt dan
sesak yang di alami
chin-lift (jaw
3. Untuk memobilisasi
thrust jika curiga
dan mengeluarkan
trauma fraktur
sekret
servikal)
4. Untuk mengurangi
2. Posisikan semi-
rasa sakit yang di
fowler atau
rasakan
fowler
5. Pengisapan lender
3. Berikan minum
tidak selalu rutin dan
hangat
waktu harus dibatasi
4. Lakukan
untuk mencegah
fisioterapi dada,
hipoksia
jika perlu
6. Meningkatkan
5. Lakukan
kemampuan otot-
penghisapan
otot pernafasan
lendir kurang dari
Edukasi
15 detik
1. Untuk mengetahui
6. Berikan oksigen,
sputum
jika perlu
Kolaborasi
Edukasi 1. Agar dapat diberikan
1. Ajarkan Teknik obat pernapasan
batuk efektif sesuai anjuran dokter
Kolaborasi
1. Kolaborasi pembe
rian bronkodilato
r, ekspektoran, m
ukolitik, jika perl
u.
4. Gangguan pola ti Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174) Dukungan tidur (I.05174)
dur berhubungan intervensi 3x24 jam Observasi Observasi
dengan sakit kepa diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola 1. Mengidentifikasi
la (D.0055) membaik (L.05045) aktivitas dan tidur pola aktivitas
Kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor tidur
1. Keluhan sulit pengganggu tidur 2. Mengidentifikasi
tidur menuru (fisik dan/atau faktor
n psikologis) pengganggu tidur
2. Keluhan serin 3. Identifikasi 3. Mengidentifikasi
g terjaga men makanan dan faktor
urun minuman yang pengganggu tidur
3. Keluhan tidak mengganggu tidur 4. Mengidentifikasi
puas tidur me (mis: kopi, teh, faktor
nurun alcohol, makan pengganggu tidur
4. Keluhan pola mendekati waktu Terapeutik
tidur berubah tidur, minum 1. Memodifikasi
menurun banyak air lingkungan agar
5. Keluhan istira sebelum tidur) nyaman
hat tidak cuku 4. Identifikasi obat 2. Membatasi waktu
p menurun tidur yang tidur siang
dikonsumsi 3. Agar Stress
berkurang
Terapeutik
4. Menetapkan
1. Modifikasi
jadwal tidur rutin
lingkungan (mis:
pencahayaan, 5. Mengajarkan
kebisingan, suhu, terapi relaksasi
matras, dan otot progresif
tempat tidur) untuk
2. Batasi waktu meningkatkan
tidur siang, jika kualitas tidur
perlu 6. Menjelaskan
3. Fasilitasi pentingnya tidur
menghilangkan selama sakit
stress sebelum Edukasi
tidur 1. Ajarkan waktu
4. Tetapkan jadwal istirahat
tidur rutin tercukupi
5. Lakukan prosedur 2. Menganjurkan
untuk menghindari
meningkatkan makanan dan
kenyamanan minuman yang
(mis: pijat, mengganggu tidur
pengaturan posisi, 3. Menganjurkan
terapi akupresur) penggunaan obat
6. Sesuaikan jadwal tidur yang tidak
pemberian obat mengandung
dan/atau supresor agar
Tindakan untuk waktu tidur
menunjang siklus tecukupi
tidur-terjaga 4. Mengajarkan
faktor-faktor yang
Edukasi
berkontribusi
1. Jelaskan
terhadap
pentingnya tidur
gangguan pola
cukup selama
tidur
sakit
2. Anjurkan 5. Mengajarkan
menghindari relaksasi otot
makanan/minuma progresif untuk
n yang meningkatkan
mengganggu tidur kualitas tidur
3. Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
4. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis:
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
5. Ajarkan relaksasi
otot autogenic
atau cara
nonfarmakologi
lainnya
Anggraini, Y. (2020). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi di Jakarta. JKFT: Universitaas Muhammadiyah Tanggerang, 5(1), 41–47.
Anshari, Z. (2020). Komplikasi Hipertensi Dalam Kaitannya Dengan Pengetahuan Pasien Terhad
ap Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(2), 46-5
1. http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM.
Dewi, S. dan Familia, 2018 D. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus Books. Jakarta.
Huda, M. M. (2022). Intervensi Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir pada Ansietas Lansia Hiperte
nsi dengan Pendekatan Teori Model Adaptasi Roy. Jurnal Keperawatan, 14(1), 207–218. ht
tps://doi.org/10.32583/keperawatan.v14i1.34.
Ilma Fitriana. (2019). Hubungan diabetes melitus dengan profil lipid pada penderita hipertensi u
mur 45-60 tahun.
Musaddas, R., & Utama, Y. A. (2021). Analisis Terapi Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pe
nderita Hipertensi Bagi Lansia Di Palembang. Jurnal.Politasumbar.Ac.Id, 4(2), 529–538. ht
tps://jurnal.politasumbar.ac.id/index.php/jl/article/view/114.
Oktaviani, E., Prastia, T.N., Dwimawati, E., 2022. Faktor-Faktor Yang Berhubungan. Dengan K
ejadian Hipertensi Pada Pra Lansia Di Puskesmas Bojonggede Tahun 2021. PROMOTOR 5,
135-147.
Putro, D. U. H., Jumaiyah, W., & Zuryati, M. (2023). Teknik Relaksasi Napas Dalam dengan Ko
mbinasi Dzikir Asmaul Husna terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kep
erawatan Silampari, 6(2), 1951–1964. https://doi.org/10.31539/jks.v6i2.5755
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia. In Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1 Ce, pp. 1–325). Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. In Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1 Ce, pp. 1–523). Dewanpengurus Pusat.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Dewan Pengurus
Pusat.
Sherwood L (2019). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem edisi 6Jakarta: Penerbit Buku Kedokter
an EGC.
Simanjuntak, E. Y., & Situmorang, H. (2022). Pengetahuan Dan Sikap Tentang Hipertensi Deng
an Pengendalian Tekanan Darah. INDOGENIUS, 1(1), https://doi.org/10.56359/igj.vlil.57.
Tika, T. T. (2021). Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium polyanthum) Pada Penyakit Hip
ertensi: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Medika, 03(01), 1260-1265. http://www.jurnalmedik
ahutama.com/index.php/JMH/article/download/ 263/177.