Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL AKUT (GGA)

Dosen Pengampu : Maulidta Karunianingtyas W, Ns., M.Kep

Disusun oleh Kelompok 3:


Dinda Melani Putri (2007018)
Ema Vinadia Dinda Nirmala (2007019)
Fadhilah Azzahro Amalia (2007021)
Feby Nur Hidayah (2007022)
Fifi Della Avista (2007024)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN,BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TA 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Organisasi kesehatan dunia, world health organization
(WHO) secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal akut
(ratnawati, 2014). Prevelensi menurut WHO memperkirakan bahwa prevelensi
gagal ginjal akut lebih dari 356. Angka kejadian pada tahun 2010-2011. Gagal
ginjal akut secara umum adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara
mendadak akibat kegagalan sirkulasi renal, serta gangguan fungsi tubulus
dan glomerulus dengan manifestasi penurunan produksi urine dan terjadi azotemia
(peningkatan kadar nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum, dan retensi
produk metabolik ang harus di ekresikan pada ginjal). Berdasarkan data dari riset
kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013 prevelensi gagal ginjal akut di indonesia
sekitar 0,2%. Prevelensi kelompok umur 75 tahun dengan 0,6% lebih tinggi
dari kelompok umur lainnya. Di indonesia kebanyakan pasien yang
melewati gagal ginjal akut dapat sembuh dengan fungsi ginjal semula dan
dapat melanjutkan hidup seperti biasanya. Namun 50% kasus memiliki
gangguan fungsi ginjal sublinis atau dapat ditemukan bekas luka residual
pada biopsi ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Acute Renal Failure?
2. Apa fisiologi dari Acute Renal Failure?
3. Apa etiologi dari Acute Renal Failure?
4. Apa Manifestasi dari Acute Renal Failure?
5. Bagaimana paofisiologi dari Acute Renal Failure?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Acute Renal Failure?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Acute Renal Failure?
8. Apa saja komplikasi dari Acute Renal Failure?
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan klien dengan Acute
Renal Failure (Gagal Ginjal Akut)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

9. Gangguan ginjal akut


(GGA) atau Acute kidney
injury (AKI) yang
sebelumnya
10. diknal dengan ARF
adalah penurunan fungsi
ginjal yang ditandai
dengan peningkatan
11. kadar kreatinin serum
dibanding dengan kadar
sebelumnya atau
penurunan urine output
12. (UO)(Balqis,
Noormartany,
Gondodiputra, & Rita,
2016).
13. Acute kidney injury
(AKI) adalah penurunan
cepat (dalam jam hingga
minggu)
14. laju filtrasi glomerulus
(LFG) yang umumnya
berlangsung reversible,
diiikuti kegagalann
15. ginjal untuk
mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen
dengan / tanpa
gangguan
16. keseimbangan cairan
dan elektrolit
17. Gangguan ginjal akut
(GGA) atau Acute kidney
injury (AKI) yang
sebelumnya
18. diknal dengan ARF
adalah penurunan fungsi
ginjal yang ditandai
dengan peningkatan
19. kadar kreatinin serum
dibanding dengan kadar
sebelumnya atau
penurunan urine output
20. (UO)(Balqis,
Noormartany,
Gondodiputra, & Rita,
2016).
21. Acute kidney injury
(AKI) adalah penurunan
cepat (dalam jam hingga
minggu)
22. laju filtrasi glomerulus
(LFG) yang umumnya
berlangsung reversible,
diiikuti kegagalann
23. ginjal untuk
mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen
dengan / tanpa
gangguan
24. keseimbangan cairan
dan elektrolit
Gangguan ginjal akut (GGA) atau Acute kidney injury (AKI) yang
sebelumnya diknal dengan ARF adalah penurunan fungsi ginjal yang
ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan
kadar sebelumnya atau penurunan urine output(UO)(Balqis, Noormartany,
Gondodiputra, & Rita, 2016).
Acute kidney injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga
minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung
reversible, diiikuti kegagalann ginjal untuk mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen dengan / tanpa gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.

25. Gangguan ginjal akut


(GGA) atau Acute kidney
injury (AKI) yang
sebelumnya
26. diknal dengan ARF
adalah penurunan fungsi
ginjal yang ditandai
dengan peningkatan
27. kadar kreatinin serum
dibanding dengan kadar
sebelumnya atau
penurunan urine output
28. (UO)(Balqis,
Noormartany,
Gondodiputra, & Rita,
2016).
29. Acute kidney injury
(AKI) adalah penurunan
cepat (dalam jam hingga
minggu)
30. laju filtrasi glomerulus
(LFG) yang umumnya
berlangsung reversible,
diiikuti kegagalann
31. ginjal untuk
mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen
dengan / tanpa
gangguan
32. keseimbangan cairan
dan elektrolit
B. Etiologi
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal
ginjal akut dengan 3 kategori meliputi : prarenal, renal, dan pascarenal.
1. Faktor Prarenal
Penyebab prerenal (terjadi hipoperfungsi ginjal) akibat kondisi
yang menyebabkan berkurangnya aliran darah tinggi dan
menurunnya filtrasi glomelurus. Keadaan penipisan volume
(hypovolemia seperti luka bakar dampen darahan atau
kehilangan cariran melalui saluran pencernaan),
vasodilatasi(sepsis dan anavilaksis), gangguan fungsi jantung (infark
miokardium, CHF, atausyok kardiogenik), dan terapi diuretik.
Hal ini biasanya ditandai dengan penurunan turgor kulit, mukosa
membran kering penurunan berat badan, hiptensi,oliguri, atau anuria.
2. Faktor Renal
Penyebab renal kerusakan aktual jaringan ginjal akibat trauma
jaringan glomerulus atau tubulus ginjal. Keadaan yang
berhubungan dengan iskemia intrarenal, toksin, proses imunologi,
sistematik, dan veskuler. Pemakaian obat antiinflamasi nonstreroid
(NSAID), terutama pada pasien lansia karena mengganggu
prostaglandin yang melindungi aliran daerah renal. NSAID
menyebabkan iskemik ginjal. Cedera akibat terbakar dan benturan
menyebabkan pembebasan hemoglobin dan myoglobin (protein
yng dilepaskan dari otot ketika cedera,sehingga terjadi toksik
renal iskemik, atau keduanya). Cedera akibat benturan daninfeksi serta
agen nefrotogsik menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN).
Selain,rekasi tranfusi menyebabkan gagal intrarenal dimana
hemoglobin dilepaskanmelali mekanisme hemolisis melewati
membrane glomerulus dan terkonsentrasiditubulus ginjal. Hal ini
biasanya ditandai dengan demam, kemerahan pada kulit,dan edema.

3. Faktor Pascarenal
Penyebab pascarenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine
melaluisaluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan
ditubulus meningkatsehingga laju filtrasi glomerulus meningkat.
Hl ini biasanya ditandai denganadanya kesulitan dalam
mengosongkan kandung kemih dan perubahan alirankemih.

C. Manifestas Klinis

D. Menurut (Wati, N.
A. 2018)
E. 1. Pasien tampak
sangat menderita dan
mual muntah, diare
F. 2. Kulit dan
membaran mukosa
kering akibat dehidrasi
dan nafas mungkin
G. 3. berbau urine
(fetouremik).
H. 4. Manifestasi
system saraf (lemah,
sakit kepala, kedutan
otot dan kejang).
I. 5. Perubahan
pengeluaran produksi
urine sedikit, dapat
mengandung darah.
J. 6. Anoreksia
(disebabkan oleh
akumulasi produk sisa
nitrogen).
K. 7. Sakit dan nyeri
pada tulang dan sendi
(karena kehilangan
kalsium dari ulang)
L. 8. Kelelahan akibat
anemia
M. 9. Hipertensi,
peningkatan BB dan
edema
Menurut (Wati, N. A. 2018)
1. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
2. Kulit dan membaran mukosa kering akibat dehidrasi
3. berbau urine (fetouremik).
4. Manifestasi system saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan
kejang).
5. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung
darah.
6. Anoreksia (disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen).
7. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi (karena kehilangan kalsium dari
ulang)
8. Kelelahan akibat anemia
9. Hipertensi, peningkatan BB dan edema

D. Patofisiologi
Ginjal berperan penting dalam regulasi tekanan darah berkat efeknya
pada keseimbangan natrium, suatu penentu utama tekanan darah.
Konsentrasi natrium didalam tubuh dalam menilai tekanan darah. Melalui
kerja dua sensor, baik kadar natrium yang rendah atau tekanan perfusi
yang rendah berfungsi sebagai stimulasi untuk pelepasan renin. Renin
yaitu suatu protease yang meningkatkan tekanan darah dengan memicu
vasokonstriksi secara langsung dan dengan merangsang sekresi
aldosteron sehingga terjadi retensinatrium dan air. Semua efek ini
menambah cairan ekstrasel utuh kehilangan fungsi ginjalnormal akibat
dari penurunan jumlah nefroen yang berfungsi dengan tepat. Bila
jumlahnefron berkurang sampai jumlah yang tidak adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan homeostatis, terjadi akibat gangguan
fisiologis.
Gagal ginjal melakukan fungsi metaboliknya dan untuk
membersihkan toksin dari darah selain itu gagal ginjalakut disebabkan
dengan berbagai macam keadaan seperti gangguan pada pulmoner
yaitunafas dangkal, kussmaul, dan batuk dengan sputum.
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa.
Gangguan pada kardiovaskuler seperti hipertensi, nyeridada, gangguan
irama jantung dan edema. Edema merupakan tanda dan gejala
yangu mum pada kelebihan volume cairan.Edema merujuk kepada
penimbunan cairan dijaringan subkutis dan menandakan ketidak
seimbangan gaya-gaya starling (kenaikan tekanan intravaskuler atau
penurunan tekanan intravaskuler) yang menyebabkan cairan merembes ke
dalam ruang interstisial. Edema akan terjadi pada keadaan
hipoproteinemiadan gagal ginjal yang parah
E. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan urinalisis
Didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya
darah Hb dan myoglobin. Berat jenis < 1.020 menunjukkan penyakit
ginjal, pH urine > 700 menunjukkan NTA dan GGK. Osmolalatas
kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio
urine:serum sering 1:1
ii. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin
Terdapat peningkatan yang tetap dalam BUN dan laju peningkatannya
bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi
renal, dan masukan protein. Serum kreatinin meningkat pada
kerusakan glomerulus. Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam
pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan penyakit
iii. Pemeriksaan elektrolit
Pasien yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus tidak
mampu mengekresikan kalium. Katabolisme protein menghasilkan
pelepasan kalium seluler kedalam cairan tubuh, menyebabkan
hiperkalemia berat. Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti
jantung
iv. Pemeriksaan Ph
Pasien oliguri akut tidak dapat mengeliminasi muatan metabolik
seperti substansi jenis asam yang di bentuk oleh proses metabolik
normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini di
tunjukkan dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida
darah dan pH darah sehingga asidosis metabolik progresif menyertai
ginjal.

b. Penatalaksanaan Medis
i. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada
gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling
mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar
elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L;SI:5.5mmol/L) perubahan
EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi) dan
perubahan status klinis. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonate
secara oral atau melalui retensi enema.
ii. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan
harian pengukuran tekanan vena sentral konsentrasi urin dan serum
cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan
dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar
untuk terapi pengganti cairan.

c. Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia asidosis
metabolik, hipokalasemia serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada
keadaan hiperkatabolik. Pada oliguria dapat timbul edema kaki hipertensi
dan edema paru yang dapat menimbulkan keadaan gawat.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien
dan identitas penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis. Penyakit Gagal
Ginjal Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang usia
manapun, khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit
serius, terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia. Untuk
pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
melipati nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah miksi terasa sesak dan sedikit-
sedikit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat
menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output
dan apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada
hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar
luas, cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan
infark, adanya riwayat minum obat NSAID atau pemakaian
antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta adanya
riwayat trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab pasca renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada
TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri
sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi
mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, tekanan darah terjadi
perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.

b. Pemeriksaan Pola Fungsi


1) BI (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola
napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap
azotemia dan sindrom akut uremia. Klien bernapas dengan bau
urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini. Pada
beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
2) B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi
akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda
khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada
sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel
darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran Gl.
Adanya penurunan curah jantung sekunder dari gangguan
fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan
tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.

3) B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder
akibat gangguan elektrolit, sakit kepala. penglihatan kabur,
kram otot kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase
oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia
4) B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari,
sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang
menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus Pada pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat gelap.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1.020
menunjukkan penyakit ginjal. pH urine >7.00 menunjukkan ISK.
NTA, dan GGK. Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg
menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio urine: serum sering 1:1.
b. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin
Terdapat peningkatan yang tetap dalakm BUN dan laju
peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan
protein), perfusi renal dan masukan protein. Serum kratinin
meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar kreatinin serum
bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan
penyakit.
c. Pemeriksaan elektrolit
Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus tidak
mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein menghasilkan
pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan
hiperkalemia berat. Hiperkalemia menyebabkan disritmia
dan henti jantung
d. Pemeriksan pH
Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan metabolik
seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik
normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida
darah dan pH darah sehingga asidosis metabolik progresif
menyertai gagal ginjal.

5. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah
komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan,
protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecenderungan perdarahan dan membantu
penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (natrium polistiren sulfonat), secara oral atau
melalui retensi enema, Natrium polistiren sulfonat bekerja dengan
mengubah ion kalium menjadi natrium di saluran intenstinal.
c. Terapi cairan
d. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
e. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialisis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D,0019)
2. Hipervolemia b.d kelebiham asupan cairan (D.0022)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas (D,0005)

C. Intervensi keperawatan
No. DX KEP INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut b.d ketidakmampuan Tingkat nyeri (L.08066) 1. Manajemen nyeri
mencerna makanan (D,0019) Definisi : pengalaman Definisi :
Kategori : psikologis sensori Mengidentifikasi dan
Subkategori: nyeri dan atau emosional yang mengelola pengalaman
kenyamanan berkaitan sensori
Definisi : pengalaman dengan kerusakan atau emosional yang
sensorik atau emosional jaringan berkaitan
yang berkaitan dengan aktual atau fungsional dengan kerusakan jaringan
kerusasakan jaringan dengan atau
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau fungsional dengan onset
onset mendadak lambat dan mendadak atau lambat dan
atau lambat dan berintesitas ringan berintensitas ringan hingga
berintensitas ringan hingga hingga berat berat dan konstan
berat yang berlangsung dan konstan. Tindakan
kurang dari 3 bulan. Kriteria hasil : Observasi
Penyebab : 1. keluhan nyeri menurun 1. identifikasi lokasi,
1. Agen pencedera 2. meringis menuru karakteristik, durasi,
fisiologis(mis, frekuensi, kualitas,
inflamasi, intensitas nyeri.
iskemia,neoplasma) Terapeutik
2. Agen pencedera 1. Berikan tehnik non
kimiawi(mis, terbakar, farmakologis untuk
bahan kimia iritan) mengurangi rasa
3. Agen pencedera nyeri( mis, TENS,
fisik(mis. Abses, hipnosis, akupresure,
amputasi, terbakar, terapi musik,
terpotong, mengangkat biofeedback, terapi
berat, prosedur pijat, aroma terapi,
operasi, trauma, tehnik imajinasi
latihan fisik terbimbing, kompres
berlebihan) hangat/dingin, terapi
Gejala dan tanda mayor bermain)
Subjektif : 2. Kontrol lingkungan
1. Mengeluh nyeri yang memperberat rasa
Objektif : nyeri (mis. Suhu
1. Tampak meringis ruangan, pencahayaan ,
2. Bersikap protektif kebisingan)
(misalnya . Edukasi
waspada, posisi menghindari 1. Jelaskan penyebab,
nyeri) periode, dan pemicu nyeri
3. Gelisah 2. Jelaskan strategi
4. Frekuensi nadi meredakan nyeri
meningkat 3. Ajarkan tehnik non
5. Sulit tidur farmakologis untuk
Gejala dan tanda minor mengurangi rasa nyeri
Subjektif (tidak tersedia) Kolaborasi
Objektif : Kolaborasi pemberian
1. Tekanan darah analgesik,jika perlu
meningkat 2. Pemberian Analgesik
2. Pola nafas berubah Definisi : menyiapkan dan
3. Nafsu makan memberikan agen
berubah farmakologis
4. Proses berfikir untuk mengurangi atau
terganggu menghilangkan rasa sakit.
5. Menarik diri Tindakan
6. Berfokus pada diri Observasi
sendiri -Identifikasi riwayat
7. Diaforesis alergi obat
Kondisi klinis terkait Terapeutik
1. Kondisi -Diskusikan jenis
pembedahan analgesik yang disukai
2. Cedera traumatis untuk mencapai
3. Infeksi analgesik yang optimal.
4. Syndrom koroner Edukasi
akut -Jelaskan efek samping
5. glaukoma obat
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, seusia
indikasi
3. Pemantauan Nyeri
(I.08242)
Definisi : mengumpulkan
dan
menganalisa data nyeri
Tindakan:
Observasi
-Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik
-Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
Kolaborasi
- Tidak tersedia
4. Terapi Murattal
(I.08249)
Definisi: menggunakan
media
Al-Qur`an (baik dengan
mendengar atau membaca)
untuk membantu
meningkatkan
perubahan yang speaifik.
2 Hipervolemia b.d kelebiham Keseimbangan Ciran Manajemen Hipervolemia
asupan cairan (D.0022) (l.03020) l.03114)
Kategori : Fisiologis Definisi :Ekuilibrium Definisi
Sub kategori: Nutrisi dan Cairan antara Mengidentifikasidan
Definisi : Peningkatan volume volume cairan diruang mengelola kelebihan
cairan intravaskuler, interstisial, intraseluler dan volume
dan atau intraseluler. ekstraseluler cairan intravaskuler dan
Penyebab : tubuh ekstraseluler serta
-Gangguan mekanisme regulasi KriteriaHasil : mecegah
-kelebihan asupan cairan Setelah dilakukan terjadinya komplikasi
-Gangguan aliran bilik Vena tindakan Tindakan
-Agen efek farmakologis keperawatanselama 3x Observasi
(mis.kortikosteroid, klorpropamid, 24 jam masalah 1. Periksa tanda dan gejala
tolbutamida, vincristine, Keseimbangan hypervolemia mis.
triptilinescrabamaz epin) cairan diharapakan ortopnea,
Gejala dan Tindakan Mayor menurun dispnea, edema, JVP/CVP
DS : dan teratasi dengan meningkat, reflex
1.Ortopnea indikator: hepatojugular positif,
2.Dispnea 1. Asupan cairan suara
3.Proksismal diapnea malam hari menurun dari nafas tambahan
(PND) skala 5 (meningkat) 2. Identifikasi penyebab
DO : menjadi skala 1 hipervolemia
1.Edema anasarca Perifer (menurun). 3. Monitor status
2.Berat badan meningkat dalam 2. Output urine hemodinamik mialnya
waktu singkat menurun dari frekuensi jantung, tekanan
3.Vena jugularis tekanan (JVP) skala 5 (meningkat) darah, MAP, CVP, PAP,
dan/atau vena sentral tekanan menjadi skala 1 PCWP, CO, CI, Jika
(CVP) meningkat (menurun) tersedia
4.Refleks hepatojagular positif 3. Membrane mukosa 4. Monitor intake dan
Gejala dan Tindakan Kecil lembab ouput
DS : menurun dari skala 5 cairan
(tidak tersedia) (meningkat) menjadi 5. Monitor tanda hemo
Melakukan : skala konsentrasi misalnya kadar
1.Destensi Vena jugularis 1 (menurun). natrium, BUN,
2.Terdengar suara napas badan 4. Asupan makanan Hematokrit,
3.Hepatomegalj menurun berat jenis urine
4.Kadar Hp/HT turun dari skala 5 6. Monitor tanda
5.Oliguria (meningkat) peningkatan
6.Asupan lebih banyak dari output menjadi skala 1 tekanan onkotik plasma
(balance cairan positif) (menurun) misalnya kadar protein dan
7.Kongesti paru 5. Edema menurun dari albumin meningkat
Kondisi Klinis Terkait : skala 2 (cukup 7. Monitor kecepatan infus
1.Penyakit ginjal : gagal ginjal meningkat) secara ketat
akut/kronis, sindrom nefrotik menjadi skala 5 8. Monitor efek samping
2.Hipoalbuminemia (menurun) diuretic misalnya hipotensi
3.Gagal jantung kongsetif 6. Dehidrasi menurun ortortostatik, hypovolemia,
4.Hormon kelainan dari hipokalemia,
5.Penyakir hati (mis serosis, skala 2 (cukup hyponatremia
asites, kanker hati) meningkat) Terapeutik :
6.Penyakit Vena Perifer (varices menjadi skala 5 1. Timbang berat badan
vena, trombus vena, flebitis) (menurun) setiap
7.Imobilitas 7. Asites menurun dari hari pada waktu yang sama
skala 2 2. Baatsi asupan cairan dan
(cukup meningkat) garam
menjadi 3. Tinggikan kepala
skala 5 (menurun) tempatbtidur 30-40 derajat
8. Konfusi menurun dari Edukasi :
skala 1. Anjurkan melapor jika
2 (cukup meningkat) haluaraan urine <0,5
menjadi skala 5 ml/kg/
(menurun) jam dalam 6 jam
9. TTV (Tekanan 2. Anjurkan mlaporkan BB
darah, bertambah >1 kg dalam
frekuensi nadi, sehari
kekuatan 3. Ajarkan cara mengukur
nadi, tekanan arteri dan
rata- mencatat asupan dan
rata) membaik dari haluaran cairan
skala 2 4. Ajarkan cara mengatasi
(cukup memburuk) cairan
menjadi Kolaborasi
skala 5 (membaik) 1. Kolaborasi pemberian
10. Mata cekung diuretic
membaik dari 2. Kolaborasi penggantian
skala 2 (cukup kehilangan kalium akibat
memburuk) diuretic
menjadi skala 5 3. Kolabortasi pemberian
(membaik) continuous renal
11. Turgor kulit replacement therapy jika
membaik dari perlu
skala 2 (cukup Pemantauan Cairan (I.
memburuk) 03121)
menjadi skala 5 Definisi : mengumpulkan
(membaik) dan
12. Berat badan menganalisis data terkait
membaik dari pengaturan keseimbangan
skala 2 (cukup cauran
memburuk) Tindakan
menjadi skala 5 Observasi :
(membaik) 1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi
napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu
pengisian kapiler
6. Monitor elastisistas
atau turgor kulit
7. Monitor jumlah, warna,
dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin
dan protein total
9. Monitor hasil periksaan
serum mis osmolaritas
serum, hemtokrit,
natrium, kalium, BUN
10. Monitor intake dan
output cairan
11. Identifikasi tanda-
tanda
hypovolemia mis.
frekuensi nadi
meningkat, nadi etraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
mrnurun, membrane
mukosa kering, volume
urine menurun,
hematokrtit meningkat,
haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, BB
menurun dalam waktu
singkat
12. Identifikais tanda-
tanda
hypervolemia mis.
dispnea, edema perifer,
edema anasarca, JPV
CPV meningkat, reflex
hepatojugular positif,
BB menurun dalam
aktu singkat
13. Identifikasi factor
resiko
ketidakseimbangan
cairan mis. prosedur
pembedahan mayor,
trauma pendarahan,
luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal,
peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu.
3 Pola nafas tidak efektif Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan hambatan Setelah dilakukan (I.01011)
upaya nafas (D,005) tindakan Definisi
Kategori : Fisiologis keperawatan selama Mengidentifikasi dan
Sub kategori: Respirasi 3x24 jam mengelola kepatenan jalan
Definisi : masalah gangguan pola napas
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang napas Tindakan
tidak memberikan pengukuran tidak efektif dapat Observasi
yang memadai. teratasi 1. Monitor pola napas
Penyebab : dengan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
1.Depresi pusat pernapasan 1. Dispnea dari skala 1 usaha napas)
2.Hambatan upaya napas (mis, meningkat menjadi skala 2. Monitor bunyi napas
nyeri saat bernapas, kelemahan 5 menurun tambahan (mis. gurgling,
otot pernapasan) 2. Penggunaan otot bantu mengi, wheezing, ronkhi
3.Deformutas dinding dada napas dari skala 1 kering)
4.Deformitas tulang dada meningkat menjadi skala 3. Monitor sputum
5.Gangguan neuromuskular 3 sedang (jumlah,
6.Gangguan saraf 3. Frekuensi napas dari 1 warna, aroma)
7.Neurologi immaturitas memburuk menjadi skala Terapeutik
8.Penurunan Energi 5 membaik 1. Pertahankan kepatenan
9.Obesitas jalan napas dengan head-
10.Posisi tubuh yang menghambat tilt dan chin-lift (jaw-
ekspansi paru thrust jika curiga trauma
11.Sindrom hipoventilas survikal)
12.Kerusakan inervasi diafragma 2. Posisikan semi-fowler
(kerusakan syaraf C5 ke atas) atau fowler
13.Cedera di medula tulang 3. Berikan minuman
belakang hangat
14.Agen efek farmakologis 4. Berikan oksigen, jika
15.Kecemasan perlu
Gejala dan Tindakan Mayor Edukasi
Subjektif 1. Anjurkn asupan cairan
1.Dispnea 2000 ml/hari, jika tidak
Objektif kontraindikasi
1.Penggunaan alat bantu 2. Ajarkan teknik batuk
pernapasan efektif
2.Fase ekspirasi memanjang Kolaborasi
3.Pola napas tidak normal (mis, Kolaborasi pemberian
takipnea, bradipnea, bronkodilator ,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne ekspektoran,
stokes) mukolitik, jika perlu
Gejala dan Tindakan Kecil
Subjektif :
1.Ortopnea
Objektif :
1.Pernapasan mengerucut bibir
2.Pernapasan bekam hidung
3.Diameter dada posting anterior
sebelumnya meningkat
4.Ventilasi semenit menurun
5.Kapasitas vital menurun
6.Tekanan ekspirasi menurun
ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait
1.Sistem depresi saraf pusat
2.Cedera kepala
3.Trauma Thoraks
4.Gullian Barre sindroma
5.Sklerosis multiple
6.Myasthenia gravis
7.Stroke
8.Kuadriplegia
9.Intoksikasi alkohol
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak mau mengangkut sampah
metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi
ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi
tubular dan glomerular,ini dimanesfestasikan dengan anuria,oliguliria,atau volume urin
normal.
B. Saran
- Untuk klien dan keluarganya
Terus meningkatkan pengetahuan tentang penyakit gagal ginjal akut dengan cara memberikan
Health Education (HE) pada klien dan juga keluarganya sehingga dapat meminimalisir
terjadinya gagal ginjal akut.

DAFTAR PUSTAKA

Islamy,Nurul, and Ade Yonata. “Tatalaksana Eklampsia dengan Gagal Ginjal


Akut. :JK Unila JURNAL KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 3.1 (2019): 191-
197
Wati, N. A, (2018) Asuhan Keperawatan pada Klien Gagal Ginjal Akut dengan
masalah kelebihan volume cairan di Ruang Hemodialisa RSUD Bangil Pasuruan (Doctoral
dissertation, stikes insan cendekia medika jombang).
Nadhiroh, Indatul. Asuhan Keperawatan pada klien Gagal Ginjal Akut Dengan
masalah kelebihan volume cairan di RSUD Bangil Pasuruan. Diss. Stikes insan cendekia
medika jombang, 2019).

Pengkajian Lengkap
(Comprehensive Assesment)
1. Riwayat Kesehatan yang
lalu
2. Pemeriksaan Fisik Pengkajian Lengkap
(Comprehensive Assesment)1. Riwayat Kesehatan yang lalu 2. Pemeriksaan Fisik :
Disability, Drugs (Obat-obatan
yang saat ini dipakai termasuk
apakah ada alergi
terhadap obat atau makanan
tertentu)
Masalah Kep :
5. Exposure, Equipment
(Adakah alat yang terpasang
pada pasien)
Masalah Ke

Anda mungkin juga menyukai