Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL AKUT (GGA)

RUANG HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

OLEH:
RISKA FITIRIANA SULISTYOWATI, S.KEP
NPM. 19149011100067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL AKUT (GGA)

A. Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang
biasanya, tidak dapat seluruhnya, reversibel (Arief Mansjoer, 2009).

Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan
mendadak (dalam beberapa jam bahkan beberapa hari) laju filtrasi glomerolus (LFG),
disertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin) (Sarwono, 2011).

Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai
dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya hitungan dalam
beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi
glomerolus (LFG) yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin
serum meningkat sebanyak 0,5 mg/ dl/ hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/
dl/ hari dalam beberapa hari (Medicastore, 2013).

B. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
1. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume
(hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis
atau anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung
kongestif, atau syok kardiogenik)
2. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus
atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, dan infeksi
serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan
berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan
pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot ketika
cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau keduanya. Reaksi tranfusi yang
parah juga menyebabkan gagal intrarenal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme
hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi
faktor pencetus terbentuknya hemoglobin. Penyebab lain adalah pemakaian obat-obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada pasien lansia. Medikasi ini
mengganggu prostaglandin yang secara normal melindungi aliran darah renal,
menyebabkan iskemia ginjal.
3. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat
dari obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju
nfiltrasi glomerulus meningkat. Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan
oligoria belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab.
Beberapa factor mungkin reversible jika diidentifikasi dan ditangani secara tepat
sebelum fungsi ginjal terganggu.
Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan
fungsi ginjal:
a. Hipovolemia
b. Hipotensi
c. Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif
d. Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah, atau batu
ginjal.
e. Obstrusi vena atau arteri bilateral ginjal. ( Sarwono, 2011).

C. Manifestasi Klinis
Gagal ginjal akut (GGA /ARF) biasanya ditandai dengan :
1. Meningkatnya urea darah dan kreatinin serum semasa pengawasan bersiri
2. Berkurangnya pengeluaran air kencing
3. Ciri-ciri kelebihan cairan, seperti feriferal dan oedema pulmonari
4. Hiperkalemia, asidosis dan anemia
5. Kadang-kadang mungkin terdapat gejala dan ciri-ciri perikarditis
Manakala oliguria (isipadu kecing <400 mls/24J) adalah biasa, ARF bukan
oligurik pula didapati bertambah dan lebih kerap, terutamanya bagi pesakit
yang mengalami luka terbakar teruk dan bagi pesakit yang cedera ginjal
disebabkan oleh agen nefrotoksik (Shaukat, 2009)

D. Komplikasi
1. Infeksi : pneumonia, septikemia, infeksi nosokomial.
2. Gangguan elektrolit : uremia, hiperkalemia, hiponatremia, asidosis metabolik.
3. Neurologi : kejang uremik, flap, tremor, koma, iritabilitas neuromuskular, gangguan
kesadaran.
4. Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan GIT.
5. Hematologi : hipertensi, anemia, diatesishemoragik.
6. Jantung : Payah jantung, edema paru, aritmia, efusi perikardium (Sarwono, 2011).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi : ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat komplikasi yang
terjadi.
a. Foto polos abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi).
Dehidrasi dapat memperburuk keadaan ginjal, oleh karena itu penderita diharapkan
tidak puasa.
b. USG : untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) : untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini beresiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu. Misal : DM,
usia lanjut, dan nefropati asam urat.
d. Renogram : untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan.
e. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
2. EKG : untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
3. Biopsi ginjal
4. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya menunjang kemungkinan adanya GGA :
a. Darah: ureum, kreatinin, elektrolit serta osmolaritas
b. Urin: ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis.Laju Endap Darah
(LED) : meninggi oleh karena adanya anemia dan albuminemia.
c. Ureum dan kreatinin : meninggi.
d. Hiponatremia umumnya karena kelebihan cairan
e. Peninggian gula darah akibat gangguan metabolisme karbihidrat pada gagal ginjal.
Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang menurun,
HCO3 menurun, PCO2 menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik
pada gagal ginjal. (Medicastore, 2013).

F. Penatalaksanaan
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh
karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan
kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG
(tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin
(Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran
tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase
lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk
terapi penggantia cairan.

G. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA, 2015)


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang faktor pemberat
(misal : obesitas dan asupan garam dan imobilitas) (00204)
NOC : Mendemonstrasikan status sirkulasi yang di tandai dengan tekanan systole dan
diastole dalam rentang yang di harapkan
NIC : Monitor adanya tromboplebitis, kolaborasi pemberian analgetik
2. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (00026)
NOC : Terbebas dari edema, efusi, anasarka
NIC : Monitor indikasi retensi /kelebihan cairan (cracles, CVP ,edema, distensi vena
leher,asites), kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi
3. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi (00046)
NOC : integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi dan pigmentasi)
NIC : pemeliharaan akses dialisis
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan
NOC : menunjukan jalan nafas yang paten, TTV dalam rentang normal
NIC : Cek saturasi O2, atur atau siapkan peralatan oksigenasi
5. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi – perfusi
NOC : menunjukan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
NIC : posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
H. Daftar Pustaka

Arief Mansjoer, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Publishing. Jakarta
Corwin Elizabeth J. 2014. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi
Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC
Docterman dan Bullechek. 2015. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press
Guyton, Arthur C, 2013. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2010. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:
EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

Banjarmasin, 19 November 2019


Preseptor Akademik, Ners Muda,

Linda, Ns., M.Kep Riska Fitriana Sulistyowati, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai