Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

CHEONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB

Disusun Oleh:

Fahma fauzia

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG
A. Definisi

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang menahun dan bersifat progresif, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme atau keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia. Gagal ginjal kronis terjadi apabila Laju Filtrasi
Glomeruler (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama tiga bulan atau lebih.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan serta penurunan fungsi ginjal
dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun proses degenerative
(Pongsibidang, 2016).
B. Etiologi

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gagal ginjal kronik yaitu (Kowalak,
dkk,2011):
a. Glomerulonefritis
b. Infeksi kronis (seperti: pielonefritis kronis dan tuberkulosis)
c. Penyakit polikistik ginjal
d. Penyakit vaskuler (hipertensi)
e. Obstruksi renal (batu ginjal)
f. Penyakit kolagen (lupus eritematosis)
g. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
h. Preparat nefrotoksik ( terapi aminoglikosid yang lama)
Selain itu penyebab gagal ginjal juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup yaitu
merokok, mengkonsumsi minuman suplemen berenergi, mengkonsumsi kopi
(Prandari, 2013).
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut (Suyono,2008) adalah sebagai
berikut;
a. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas akibat dari
perikarditis, efusi perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema
b. Gangguan pulmoner : Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan
riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal : Anoreksia, nausea, fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus,perdarahan pada saluran gastrointestinal,ulserasi
dan perdarahan mulut, nafas bau amoniak
d. Gangguan musculoskeletal : Resiles leg syndrom (pegal pada kaki), burning feet
syndro(rasa kesemutan dan terbakar pada telapak kaki,tremor, miopati
e. Gangguan integument : Kulit berwarna pucat akibat anemia, dan kekuning-
kuningan, gatal- gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin : Gangguan seksual, libido, fertilitasdan ereksi menurun,
gangguan menstruasi dan aminore
g. Gangguan elektrolitdan keseimbangan asam basa : Biasanya retensi garam dan air,
tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis dan hiperkalemia
h. Sistem hematologic : Anemia yang disebabkan berkurangnya produksi eritropoetin,
dapat juga terjadi gangguan trombosis dan trombositopenia

D. Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum


normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
E. PATWAYS
F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Syamsiah (2011) , ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien
Gagagl Ginjal Kronik, antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium

Penilaian pasien dengan GGK yang sudah mengalami gangguan yang serius dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Seperti kadar serum sodium/natrium atau
kalium. pH, kadar serum fosfor, kadar Hb , Hematokrit ,kadar urea nitrogen dalam
darah, dan serum kreatinin.
Pada stadium dua, analisa urin dapat dijadikan untuk data penunjang dan sebagai
indicator untuk melihat kelainan dari fungsi ginjal, batas kreatinin. Analisa urin
dapat dilakukan pada stadium gagal ginjal yang dijumpai produksi urin yang tidak
normal. Pada penderita gagal ginjal yang pregresif dapat terjadi output urin yang
kurang dan frekuensi urin yang menurun, monitor dari kadar BUN dan kadar
kreatinin sangat penting bagi penderita gagal ginjal kronik. Urea nitrogen adalah
produk akhir dari metabolisme protein serta urea yang harus dikeluarkan oleh ginjal.
2. Pemeriksaan Radiologi

Ada beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal
kronik, antara lain :

a Flat-flat radiografi keadaan ginjal, ureter dan vesika urinaria untuk


mengidentifikasi bentuk,ukuran, posisi serta klasifikasi dari ginjal. Pada
keadaan ini mungkin dapat ditemukan bahwa ginjal mengecil dikarenakan
adanya proses infeksi.
b Computer tomography scan yang dapat digunakan untuk melihat secara jelas
bagaimana anatomi ginjal yang penggunaannya dapat dengan memakai kontras.
c Intervenous pyelography yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan dan
fungsi ginjal dengan memakai kontras. Biasanya di gunakan pada kasus
gangguan ginjal yang disebabkan karena trauma, pem,bedahan, anomaly
kongenital, abses pada ginjal, serta obstruksi dari saluran kencing.
G. Penatalaksanaan Klinis

1. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan dilakukan untuk mengendalikan penyakit penyebab gagal
ginjal kronis dan gangguan yang muncul akibat kerusakan ginjal. Jenis obat yang
diberikan antara lain:

- Obat hipertensi

Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal lebih parah dan
mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh. Obat yang dapat diberikan untuk
mencegah ini adalah ACE inhibitor atau ARB.

- Suplemen untuk anemia

Dokter dapat memberikan suntikan hormon eritropoietin dan terkadang


ditambah suplemen besi untuk mengatasi anemia pada penderita GGK.

- Suplemen kalsium dan vitamin D

Kedua suplemen ini diberikan untuk mengatasi kekurangan kalsium dan


vitamin D akibat kerusakan ginjal. Salah satu manfaatnya adalah untuk
mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis) yang bisa meningkatkan risiko
patah tulang.

- Obat diuretik

Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh. Contoh
obat ini adalah furosemide.

- Obat kortikosteroid
Obat ini diberikan pada penderita GGK akibat glomerulonefritis atau penyakit
lain yang menyebabkan peradangan pada ginjal.

b. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan (non farmakologi)

a) Pembatasan protein, jumlah kebutuhan protein dilonggarkan sampai 60


– 80 g/hari, apabila penderita mendapatkan pengobatan dislisis teratur.
Makanan yang mengandung tinggi protein yaitu susu, telur, hati, kacang -
kacangan.
b) Diet rendah kalium, diet yang dianjurkan adalah 40 - 80 mEq/hari. Jika
berlebih mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium dapat
menyebabkan hyperkalemia. Terlalu banyak kalium dalam tubuh dapat
menyebabkan terganggunya aktivitas listrik di dalam jantung yang ditandai
dengan melambatnya detak jantung bahkan pada kasus hiperkalemia berat,
jantung dapat berhenti berdetak dan menyebabkan kematian. Bahan makan
yang tinggi kalium diantaranya seperti pisang, jeruk, kentang, bayam dan
tomat sedangkan makanan yang rendah kalium adalah apel, kubis, buncis,
anggur, dan stroberi.
c) Diet rendah natrium, diet Na yang dianjurkan adalah 40 - 90 mEq/hari atau
tidak lebih dari 2000 mg natrium atau setara dengan 1 – 1,5 sendok teh/hari.
Natrium (sodium) banyak terkandung di dalam garam. Natrium dapat
menahan cairan di dalam tubuh dan meningkatkan tekanan darah. Pada
penderita gagal ginjal, hal ini akan membuat jantung dan paru-paru bekerja
lebih keras. Diet rendah natrium penting untuk mencegah retensi cairan,
edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.
d) Pengaturan cairan, cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut
harus diawasi secara seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data
asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah berat badan
harian. Jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir ditambah IWL
500 ml.
c. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal

H. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (Dermawan, 2012).

a. Identitas Diri

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, suku /


bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
rekam medis, diagnosis medis dan alamat.
b. Keluhan Utama

Biasanya badan terasa lemah, mual, muntah, dan terdapat edema. Hal yang
perlu dikaji pada penderita gagal ginjal kronis adalah tanda atau gejala
seperti pucat, hiperpigmentasi, hipertensi, kardiomegali, edema, nefropati
perifer, mengantuk, bau nafas uremik. Dilihat dari penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) tanda dan gejala yang timbul yaitu laju filtrasi
glomerulus 60%, pasien masih belum merasakan keluhan, namun sudah
terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Kemudian pada LFG sebesar
30%, pasien mulai mengalami nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang dan penurunan berat badan (Suwirta,2009).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia,
hiperkalemia, anoreksia, turgor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit,
asidosis metabolik.
d. Riwayat kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, dan prostattektomi. Kaji adanya
riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes militus, dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk mengkaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit vascular hipertensif,


penyakit metabolik, riwayat keluarga mempunyai penyakit gagal ginjal
kronis, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum klien biasanya lemah dan terlihat sakit berat, tingkat kesadaran
menurun. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan pola pernafasan
meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
2. Sistem Pernafasan (Braething) B1

Klien bernafas dengan bau urine sering didapat pada fase ini. Pola nafas cepat dan
dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbondioksida yang
menumpuk di sirkulasi.

3. Sistem Kardiovaskuler (Blood) B2

Didapat tanda dan gejala gagal jantung kongestif. Tekanan darah meningkat, akral
dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas. Gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung
akibat hiperkalemi. Pada hematologi sering didapat adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoetin.
4. Sistem Persarafan (Brain) B3

Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, difungsi serebral, seperti perubahan


proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, kram otot, dan
nyeri otot.

5. Sistem Perkemihan (Bladder) B4

Penurunan pengeluaran urine < 400 ml/hari, sampai anuri, terjadi penurunan libido
berat.
6. Sistem Pencernaan (Bowel) B5
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, bau mulut ammonia,
peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di
dapatkan penurunan intake dari kebutuhan.
7. Sistem Muskuloskeletal (Bone) B6
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum dari anemia.
J. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Hipervolemia b.d COP menurun Hipervolemia
kelebihan asupan cairan
Aliran darah ginjal menurun
Gejala dan tanda mayor
Ds : Ortopnea, Dispnea,
RAA menurun
Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND) Retensi NA dan H2O

Hipervolemia
Do: Edema anasarka,
Berat badan meningkat
dalam waktu singkat,
Jugular Venous Pressure
(JVP)/Cental Venous
Pressure (CVP)
meningkat, Refleks
hepatojugular positif

Gejala dan tanda minor


Ds : -

Do : Distensi vena
jugularis, Terdengar suara
nafas tambahan,
Hepatomegali, Kadar
Hb/Ht turun, Oliguria,
Intake lebih banyak dari
output (balans cairan
positif), Kongesti paru
2. Nyeri akut b.d agen Suplai O2 jaringan menurun Nyeri akut
pecedera fisiologis d.d
Metabolisme anaerob
Gejala dan tanda mayor
Ds: Mengeluh nyeri
Asam laktat naik
Do: Tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi Fatigue nyeri sendi
meningkat, sulit tidur
Nyeri akut

Gejala dan tanda minor

Ds: -

Do: Tekanan darah


meningkat, pola nafas
berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir
terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri,
diaforesis
3. Defisit nutrisi b.d Sekresi protein terganggu Defisit nutrisi
kurangnya asupan
makanan d.d Sindrom uremia

Gejala dan tanda mayor tgn keseimbangan asam basa

Ds : - Produksi asam lambung

Do : Berat badan menurun Neusea, vomitus


minimal 10% dibawah
rentang ideal Defisit nutrisi

Gejala dan tanda minor


Ds : Cepat kuat setelah
makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan
menurun

Do : Bising usus
hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa
pucat, sariawan, serum
albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare
4. Intoleransi aktivitas b.d Produksi hb menurun Intoleransi aktivitas
kelemahan d.d
Suplai nutrisi dalam darah
menurun
Gejala dan tanda mayor
Ds : Mengeluh lelah Oksihemoglobin menurun

Do : frekuensi jantung Suplai O2 kasar menurun


meningkat >20% dari Intoleransi aktivitas
kondisi sehat

Gejala dan tanda minor


Ds : Dispnea saat/setelah
aktivitas, Merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas, Merasa
lemah

Do : Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat,
Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas,
Gambaran EKG
menunjukan iskemia,
Sianosis
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan

2. Nyeri akut b.d agen pecedera fisiologis.

3. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan. .

4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan.


L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Aktivitas


1. D.0022 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia Observasi
berhubungan dengan
keperawatan selama 1x24 - Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
gangguan mekanisme Ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat,
regulasi, kelebihan jam, L.03020 Cairan dengan refleks hepatojugular positif,
asupan cairan, Ekspektasi : meningkat suara npas tambahan)
kelebihan asupan
natrium.
kriteria hasil: - Identifikasi penyebab hipervolemia
- Asupan cairan - Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi
meningkat jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
Gejala dan tanda mayor PCWP, CO, CI), jika tersedia
Subjektif: - Haluaran urin
- Monitor intake dan output cairan
1. Ortopnea meningkat - Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar
2. Dispnea - Kelembaban membran natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine)
3. Paroxysmal mukosa meningkat - Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
plasma (mis. kadar protein dan albumin
nocturnal dyspnea - Asupan makanan
meningkat)
(PND) meningkat - Monitor keceptan infus secara ketat
Objektif: - Edema menurun - Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi
- Dehidrasi menurun ortostatik, hipovolemia, hipokalemia,
1. Edema hiponatremia)
anasarka dan/atau - Ansietas menurun
Terapeutik
edema perifer - Konfursi menurun
2. Berat badan - Timbang berat badan setiap hari pada waktu
- Tekanan darah
meningkat dalam yang sama
membaik - Batasi asupan cairan dan garam
waktu singkat
- Denyut nadi radial - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
3. Jugular
Venous membaik Edukasi
- Tekanan arteri rata- - Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5
Pressure
rata membaik mL/kg/jam dalam 6 jam
(JVP) dan/atau - Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg
- Membran mukosa
Central Venous dalam sehari
membaik - Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
Pressure - Mata cekung dan haluaran cairan
(CVP) membaik - Ajarkan cara membatasi cairan
meningkat - Tugor kulit membaik Kolaborasi
4. Refleks - Keseimbangan - Kolaborasi pemberian diuretik
hepatojugular membaik - Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
positif
- Kolaborasi pemberian continous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu

Gejala dan tanda minor


Subjektif: (tidak I.03121 Pemantauan Cairan Observasi
tersedia) - Monitor frekuensi dan kekuatas nadi
Objektif: - Monitor frekuensi napas
1. Distensi vena - Monitor tekanan darah
jugularis
- Monitor berat badan
2. Terdengar - Monitor waktu pengisian kapiler
suara napas - Monitor elastisitas atau turgor kulit
tambahan - Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
3. Hepatomegali
- Monitor kadar albumin dan protein total
4. Kadar Hb/Ht
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
turun
osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
5. Oliguria kalium, BUN)
6. Intake lebih
banyak dari output - Monitor intake dan output cairan
(balans cairan - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
positif) frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Kongesti paru tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis.
dispnea, edema perifer, edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
- Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. D.0077 Nyeri akut L.08066 Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Observasi


berhubungan dengan Ekspektasi: menurun Kriteria - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
agen pencedera hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis. - Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktifitas - Identifikasi respons nyeri non verbal
Gejala dan tanda mayor meningkat - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Subjektif: memperingan nyeri
- Keluhan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
1. Mengeluh menurun nyeri
nyeri Objektif: - Meringis menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
1. Tampak - Sikap protektif nyeri
meringis menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
2. Bersikap protektif - Gelisah menurun sudah diberikan
(misal waspada, - Kesulitan tidur - Monitor efek samping penggunaan analgetik
posisi menghindari menurun Terapeutik
nyeri)
3. Gelisah
- Menarik diri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis yntuk
4. Frekuensi nadi - Berfokus pada diri mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
meningkat akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
5. Sulit tidur sendiri menurun pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
- Diaforesis menurun kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Gejala dan tanda minor - Perasaan depresi
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
Subjektif: (tidak (tertekan) menurun kebisingan)
tersedia) Objektif: - Perasaan takut - Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Tekanan darah mengalami cidera tulang - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
meningkat pemilihan strategi meredakan nyeri
2. Pola napas berubah menurun
Edukasi
3. Nafsu makan - Anoreksia menurun
berubah - Perineum terasa - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
4. Proses - Jelaskan strategi meredakan nyeri
tertekan menurun
berpikir terganggu - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Uterus teraba
5. Menarik diri - Anjurkan menggunakan analgetik secara
membulat menurun tepat
6. Berfokus pada
diri sendiri - Ketegangan otot
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
Diaforesis
- Pupil dilatasi menurun Kolaborasi
- Muntah menurun - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Mual menurun
- Frekuensi nadi
membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah
membaik
- Proses berpikir
membaik
- Fokus membaik
- Fungsi berkemih
membaik
- Perilaku membaik
- Nafsu makan
membaik
Pola tidur membaik
3. D.0019 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi status nutrisi
kurangnya asupan :
makanan. - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
I.03030 Status Nutrisi - Identifikasi makanan yang disukai
Ekspektasi : membaik - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Gejala dan tanda mayor nutrient
Subjektif: (tidak
Kriteria hasil :
- Porsi makan yang - Monitor asupan makanan
tersedia) Objektif:
- Monitor berat badan
1. Berat badan dihabiskan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menurun minimal makanan/minuman sesuai Teraupetik
dengan tujuan kesehatan - Lakukaoral hygiene sebelum makan, jika
10% di bawah
meningkat perlu
rentang ideal
- Perasaan cepat kenyang - Fasilitasi menentukan pedooman diet (mis.
menurun Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
Gejala dan tanda minor - Nyeri abdomen menirun yang sesuai
Subjektif: - Sariawan menurun - Berikan makanantinggi serat untuk
1. Cepat kenyang - Rambut rontok menurun mencegah konstipasi
setelah makan - diare menurun - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
2. Kram/nyeri - berat badan protein
abdomen
3. Nafsu makan - indeks masa tubuh - Berikan makanan rendah protein
L.03020 Edukasi
menurun Objektif:
1. Bising usus Keseimbangan membaik - Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
hiperaktif - Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
2. Otot pengunyah
lemah - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
3. Otot menelan makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
lemah - Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan
4. Membran jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
mukosa pucat
5. Sariawan jika perlu
6. Serum
albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

5. D.0056 Intoleransi L.05047 Toleransi Aktivitas I.05178 Manajemen Energi


Ekspektasi: meningkat Kriteria Observasi
aktivitas
hasil: - Identifikasi gangguan fungsi
berhubungan dengan - Frekuensi nadi meningkat tubuh yang mengakibatkan Observasi
- Saturasi oksigen kelelahan - Agar mengetahui gangguan fungsi tubuh
ketidakseimbangan
meningkat - Monitor kelelahan fisik dan yang mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan emosional - untuk memantau penyebab kelelahan fisik dan
- Kemudahan emosional
kebutuhan oksigen. - Monitor pola dan jam tidur
dalam melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan - untuk mengetahui pola dan jam tidur
seharihari meningkat selama melakukan aktivitas - Agar mengetahui lokasi dan ketidaknyamanan
- Kecepatan meningkat Terapeutik selama melakukan aktivitas
Gejala dan tanda mayor Terapeutik
Subjektif: - Jarak berjalan - Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat rendah stimulus (mis. cahaya, suara, - Agar pasien merasa nyaman
1. - Kekuatan tubuh kunjungan) - Agar tidak terjadi cedera
Mengeluh bagian atas meningkat - Lakukan latihan rentang gerak pasin
- Kekuatan tubuh dan/atau aktif Edukasi
lelah Objektif: - Berikan aktivitas distraksi yang
bagian bawah - Agar dapat mengontrol tanda dan gejala
2. meningkat menenangkan kelelahan tidak berkurang
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, - untuk mengurangi kelelahan
Frekuensi - Toleransi dalam jika tidak dapat berpindah atau
menaiki tangga Kolaborasi
jantung meningkat berjalan
meningkat Edukasi - untuk meningkatkan asupan makanan
>20% dari kondisi - Keluhan lelah
- Anjurkan tirah baring
istirahat menurun
- Anjurkan melakukkan aktivitas secara
- Dispnea setelah bertahap
aktivitas menurun - Anjurkan menghubungi perawat jika
Gejala dan tanda minor - Perasaan lemah tanda dan gejala kelelahan tidak
Subjektif: menurun berkurang
1. Dispnea - Aritmia saat - Ajarkan strategi koping untuk
saat/setelah beraktivitas menurun mengurangi kelelahan
aktivitas - aritmia setelah Kolaborasi
2. Merasa tidak beraktivitas menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
nyaman setelah
- sianosis menurun cara meningkatkan asupan makanan
beraktivitas
- warna kulit membaik
3. Merasa lemah
- tekanan darah I.05186 Terapi Aktivitas
Objektif:
membaik Observasi
1. Tekanan darah - frekuensi napas - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
berubah >20% dari membaik - Identifikasi kemampuan berpartisipasi
kondisi istirahat
- EKG iskemia dalam aktivitas tertentu
2. Gambaran EKG
membaik - Identifikasi sumber daya untuk
menunjukkan
aktivitas yang diinginkan
aritmia saat/setelah
aktivitas - Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukkan - Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
iskemia bekerja) dan waktu luang
Sianosis - Monitor respons emosional, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan,
buka defisit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
- Fasilitasi ativitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
- Tingkatan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komonen
memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia
- Libatkan dalam permainan kelompok
yang
tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan (mis.
vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana,
permainan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
- Fasilitasi mengembangkan motivasi
dan penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
- Jadwalkan aktvitas dalam rutinitas
seharihari
- Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjutkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Ppni. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia : definisi dan indikator diagnostik, edisi1. Jakarta : dpp ppni

Ppni. 2018. Standar luaran keperawatan indonesia : definisi dan kriteria hasil keperawatan, edisi 1. Jakarta : dpp ppni

Ppni. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia : definisi dan tindakan keperawatan, edisi 1. Jakarta : dpp ppni

Indri Jayanti, 2020 KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS DI

RUMAH SAKIT SAMARINDA, Samarinda, J Indri. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id

https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis%2Fpengobatan

Anda mungkin juga menyukai