Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Oleh :

NURRIZKY FIRDAUS

214121019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
A. KONSEP TEORI

1. Definisi

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk memperta

hankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat de

struksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan

sisa metabolik (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 201

1).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu proses patofisiol

ogis dengan etiologi yang beragam, yang mengakibatkan penurunan fu

ngsi ginjal secara irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh

gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan s

erta elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black dan Hawks, 2014).

Gagal ginjal adalah ginjal yang mengalami kehilangan kemampuan

untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam kea

daan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi du

a kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif dan Kusuma 2013).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gagal ginj

al kronis merupakan suatu kegagalan kemampuan ginjal dalam berfung

si yaitu menyaring untuk mempertahankan metabolisme dan keseimba

ngan cairan serta elektrolit.


2. Etiologi

Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkin

kan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan

di luar ginjal.

a. Penyakit dari ginjal

1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.

2) Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis.

3) Batu ginjal: nefrolitiasis.

4) Kista di ginjal: polycstis kidney.

5) Trauma langsung pada ginjal.

6) Keganasan pada ginjal.

7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan.

b. Penyakit umum di luar ginjal

1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.

2) Dyslipidemia.

3) SLE.

4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis.

5) Preeklamsi.

6) Obat-obatan.

7) Kehilangan banyak cairan secara mendadak (luka bakar).

3. Patofisiologi dan Pathway

Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertah

ap fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefro


n yang masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elek

trolit. Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari

nefron yang masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban s

olut dan reabsorpsi tubulus.

Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi d

an beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan

glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidak sei

mbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kema

mpuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi

3 stadium, yaitu :

a. Stadium I

Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cada

ngan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN no

rmal dan pasien asimptomatik.

b. Stadium II

Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 7

5% jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtr

ation Rate) besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai m

eningkat tergantung dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin

serum juga mulai meningkat disertai dengan nokturia dan poliuria s

ebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.


c. Stadium III

Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90% dari mas

sa nefron telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang

masih utuh. GFR (Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari kea

daan normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat. Klien aka

n mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal tidak dapa

t lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tub

uh. Urin menjadi isosmotik dengan plasma dan pasien menjadi olig

urik dengan output urin kurang dari 500 cc/hari (Nurarif dan Kusu

ma, 2013).
Pathway

Glomerulonephritis, pielo
nefritis, hidronefrosis, sin
droma nefrotik, tumor gin GFR ↓
jal

Gagal ginjal kronis

Retensi natrium

CES ↑

Tekanan kapiler ↑

Volume interstisial ↑

Edema

Hipervolemia

4. Manifestasi Klinis

Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :

a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dap

at menurun hingga 25% dari normal.


b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria d

an nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin ser

um dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,

latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan

(volume overloatfd), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perik

arditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR ku

rang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningk

at tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofir

enal, lemah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elekt

rolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2013).

5. Komplikasi

Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer dan Bare (2015)

yaitu :

a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, kata

bolisme dan masukan diit berlebih.

b. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sa

mpah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

renin angiotensin-aldosteron.

d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsiu

m serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadara l

uminium.

f. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal & sepsis, neuropati perifer,

hiperuremia.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari ko

mplikasi yang terjadi.

b. Foto polos abdomen

Untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi). Dehidr

asi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diha

rapkan tidak puasa.

c. IVP (Intra Vena Pielografi)

Untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini me

mpunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misal

nya : usia lanjut, DM, dan nefropati asam urat.

d. USG

Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepa

datan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksim

al, kandung kemih serta prostat.

e. Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (v

askuler, parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.

f. Pemeriksaan radiologi jantung

Untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.

g. Pemeriksaan Radiologi tulang

Untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifika

si metastasik.

h. Pemeriksaan radiologi paru

Untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai ben

dungan.

i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai reversibel.

j. EKG

Untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

k. Biopsi ginjal.

l. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, ke

mungkinan adanya suatu gagal ginjal kronik :

1) Laju endap darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya ane

mia, dan hipoalbuminemia.

2) Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang re

ndah.

3) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara

ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Ingat perbandingan bis


a meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka

bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Pe

rbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari kreatinin, pa

da diet rendah protein, dan tes klirens kreatinin yang menurun.

4) Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.

5) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersam

a dengan menurunnya diuresis.

6) Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangn

ya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.

7) Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,

terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.

8) Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia ; umumnya disebab

kan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

9) Peningkatan gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohi

drat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pad

a jaringan ferifer).

10) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebab

kan karena peningkatan hormon insulin, hormon somatotropik

dan menurunnya lipoprotein lipase.

11) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan

pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, P

CO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam o

rganik pada gagal ginjal (Muttaqin dan Sari, 2011).


7. Penatalaksanaan Klinik

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yai

tu :

a. Konservatif

1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

2) Observasi balance cairan

3) Observasi adanya odema

4) Batasi cairan yang masuk

b. Dialysis

1) Peritoneal dialysis

Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency. Sedangkan d

ialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut

adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).

2) Hemodialisis

Merupakan dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di v

ena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis di

lakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah

maka dilakukan :

a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisas

ike jantung).

c. Operasi

1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal (Smeltzer, dan Bare, 2015)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun la

ki-laki memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan po

la hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari in

sidensi gagal ginjal akut.

b. Keluhan utama

Sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria)

sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada s

istem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napa

s berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu karena penumpukan

zat sisa metabolisme/toksik dalam tubuh karena ginjal mengalami

kegagalan filtrasi.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan u

rine output, penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena ko

mplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiolo

gis kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada

metabolisme, maka akan terjadi anoreksia, nausea, dan vomit sehin

gga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.

d. Riwayat penyakit dahulu


Informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan m

asalah. Kaji penyakit pada saringan (glomerulus) : (glomerulonefrit

is, infeksi kuman), kista di ginjal : (polcystis kidney, trauma langsu

ng pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu, tumor), diabetes melitu

s, hipertensi, kolesterol tinggi.

e. Riwayat Kesehatan keluarga

Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau menurun, sehingg

a silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namu

n pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh t

erhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena penyakit tersebut bersi

fat herediter.

f. Aktivitas/istirahat

Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insom

nia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penu

runan rentang gerak.

g. Sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada (an

gina), hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada

kaki, telapak tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan

hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit co

klat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.

h. Integritas ego

Faktor stress, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada ke
kuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, peruba

han kepribadian.

i. Eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap

lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna

urine, contoh kuning pekat, merah, coklat.

j. Makanan/cairan

Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan

(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik ta

k sedap pada mulut (pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, di

stensi abdomen/asietes, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan t

urgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.

k. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki

gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemaha

n, khususnya ekstremitas bawah, gangguan status mental, contoh pe

nurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilan

gan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, kejang, fa

sikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

l. Nyeri/kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berh

ati-hati/distraksi, gelisah.

m. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan ban

yak, takipnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan

sputum encer (edema paru).

n. Keamanan

Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehid

rasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pas

ien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie,

area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.

o. Seksualitas

Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

p. Interaksi sosial

Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, memper

tahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

q. Penyuluhan/pembelajaran

Riwayat diabetes melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyaki

t polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riway

at terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan

antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang (Muttaqin dan Sari, 2011).

2. Analisa Data
No Data Menyimpang Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Gejala dan tanda mayor Glomerulonephritis, pi Kelebihan volume
DS : elonefritis, hidronefros cairan
- Dispnea is, sindroma nefrotik, t
DO : umor ginjal
- Berat badan meningkat
dalam waktu singkat
- Edema anasarka dan GFR ↓
atau edema perifer

Gejala dan tanda minor Gagal ginjal kronis


DO :
- Oliguria
Retensi natrium
- Intake lebih banyak dari
output (balance cairan
positif) CES ↑

Tekanan kapiler ↑

Volume interstisial

Edema

Kelebihan volume
cairan

3. Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

a. Hipervolemia berhubungan dengan gagal ginjal kronis (D.0022)


4. Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
(Tim Pokja (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
SLKI DPP 2018)
PPNI, 2019)
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
berhubungan tindakan keperawatan Observasi (I.03114)
dengan gagal selama 4 jam maka 1. Periksa tanda dan gejala
ginjal kronis
hipervolemia hipervolemia (edema,
(D.0022)
menurun dengan dispnea, suara napas
kriteria hasil : tambahan)
Status Cairan 2. Monitor intake dan
(L.03028) output cairan
1. Output urin 3. Monitor status
meningkat hemodinamika
2. Edema menurun (mis.tekanan darah)
3. Berat badan menurun Terapeutik
4. Tekanan darah 1. Timbang berat badan
membaik setiap hari pada waktu
5. Turgor kulit yang sama
membaik 2. Batasi asupan cairan dan
6. Oliguria garam
membaik 3. Tinggikan kepala tempat
tidur
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5
Ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor bila
BB bertambah >1 kg
dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasai pemberian
diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu

5. Implementasi

Impelementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana kepera

watan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Manurung, 2018).

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakuka

n untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaima

na rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentik

an rencana keperawatan. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,

atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP/S

OAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien

setelah tindakan diberikan.

O (Objective : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,


penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawa

t setelah tindakan dilakukan.

A (Assessment) : membandingkan antara informasi subjective dan

objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudia

n diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, ter

atasi sebahagian, atau tidak teratasi.

P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil assessment

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen, yaitu:

a. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluative.

b. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terj

adi.

c. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan stand

ar perawat. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

d. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan (Ma

nurung, 2018).

Anda mungkin juga menyukai