Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun oleh :
M.HASANAIN
019020956

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL KRONIS

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin dan Sari, 2011).

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis


didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009) Gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain
dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah
metabolisme lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b.
Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).
3. Patofisiologi dan Pathway
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan
reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi
ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya
kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%

jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)

besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung

dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat

disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan

pemekatan urin.

c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron

telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR

(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin

serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang

lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis

cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma

dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
Pathway
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan
GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam
Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir
ini dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran
kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena
berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik
dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan
pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.
7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati
perifer, Hiperuremia
B. Asuhan Keperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi

Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik
atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap
gagal ginjal.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap gagal ginjal.
e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan,
sistem pendukung kurang adekuat.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekasia,

mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet tak enak.
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kreatinin dan BUN serum a)
keperawatan selama 3x24
berhubungan dengan kerusakan 2. Rujuk pasien ke ahli diet untuk 1. Perubahan ini menunjukkan
jam, volume cairan tubuh
fungsi ginjal penyuluhan diet dan bantu dalam kebutuhan dialisat segera
dapat berrkurang dengan
kriteria hasil : merencanakan kebutuhan makanan 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi
1. Nilai elektrolit serum
dengan modifikasi dalam protein, dan dapat menjelaskan alasan
dalam rentang normal
kalium, fosfor, natrium dan kalori. modifikasi diet dan dapat
2. Bunyi nafas bersih
3. Tak ada edema 3. Jangan memberikan obat-obatan membantu pasien merencanakan
4. Tekanan darah sistolik
sampai setelah dialisat, bila tekanan makanan untuk memenuhi
(TD) diantara 90-140
darah tetap di bawah 90/60 mmHg, kebutuhan nutrisi dalam batas
mmHg
5. Peningkatan berat jangan berikan obat anti hipertensi. diet.
badan saat ini dua pon
3. Kebanyakan obat-obatan
dari berat badan tidak
dikeluarkan melalui dialisat
edema.

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan setiap hari, 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
keperawatan selama 3x24
berhubungan dengan anemia kreatinin dan BUN serum, jumlah perkembangan atau
dan nyeri sendi sekunder jam, intoleransi aktivitas makanan yang dikonsumsi dalam penyimpangan dari hasil yang
pasien dapat teratasi
terhadap gagal ginjal. setiap makanan, hasil laporan JDL, diharapkan
dengan kriteria hasil :
terutama hemoglobin dan hematokrit, 2. Ini dapat menandakan kemajuan
1. Berkurangnya keluhan
kadar besi dan feritin serum, nilai kerusakan ginjal dan perlunya
lelah
protein serum, masukan dan haluaran, penilaian tembahan dalam terapi
2. Peningkatan
hasil kalsium serum dan kadar fosfat. 3. Istirahat memungkinkan tubuh
keterlibatan pada
2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan untuk menyimpan energi yang
aktivitas social
menetap digunakan oleh aktivitas
3. Laporan perasaan lebih
3. Mungkin periode istirahat sepanjang 4. Stomatitis dapat terjadi karena
berenergi
hari toksin uremik berlebihan pada
4. Frekuensi pernafasan
4. Bila pasien mengeluh mulut kering, mukosa oral dan penurunan
dan frekuensi jantung
izinkan pasien untuk berkumur masukan cairan. Selain itu
kembali normal setelah
dengan air sedikitnya tiap jam atau anoreksia, ditambah dengan
penghentian aktivitas,
berikan batu es atau permen lemon mulut kering dan lengket.
berkurangnya nyeri
keras. Tindakan ini meningkatkan
sendi.
5. Jamin lingkungan kondusif untuk saliva.
makan selama waktu makan (bebas 5. Meskipun anoreksia akibat dari

bau, makanan disajikan sesuai kombinasi faktor-faktor seperti

kesukaan pasien). kelelahan, toksin uremik

6. Berikan agen ikatan fosfat yang berlebihan dan depresi, penilaian

diprogramkan, suplemen kalsium dan dapat dibuat untuk meningkatkan

suplemen vitamin D. nafsu makan.

7. Bantu pasien dalam merencanakan 6. Defosit kalsium mengakibatkan

jadwal aktivitas setiap hari untuk ketidaknyamanan sendi pada

menghindari imobilisasi dan gagal ginjal, metabolisme

kelelahan. vitamin D berkurang, yang

menyebabkan penurunan

absorpsi kalsium dan saluran GI.

Bila kalsium serum turun

produksi parathormon

meningkat, mengakibatkan

peningkatan resorpsi fosfat dan


kalsium dari tulang meningkat

dan akhirnya demineralisasi

tulang.

7. Imobilisasi meningkatkan

resorbsi kalsium dari tulang.

3a. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Bila mungkin atur untuk kunjungan 1. Individu yang berhasil dalam
keperawatan selama 3x24
kurang pengetahuan tentang dari individu yang mendapat terapi koping terhadap gagal ginjal
jam, ansietas dapat
kondisi, pemeriksaan 2. Berikan informasi tentang : kronik dapat berpengaruh positif
berkurang dengan kriteria
diagnostik, rencana tindakan hasil : (1) Sifat gagal ginjal untuk membantu pasien yang
1. Mengungkapkan
dan prognosis. (2) Pemeriksaan diagnostik termasuk baru didiagnosis memperhatikan
pemahaman tentang
tujuan, deskripsi singkat, harapan dan mulai menilai
kondisi
persiapan yang diperlukan perubahan gaya hidup yang akan
2. Pemeriksaan
sebelum tes. diterima.
diagnosik dan rencana
(3) Tujuan terapi yang 2. Pasien sering tidak memahami
tindakan; sedikit
diprogramkan. bahwa dialisa akan diperlukan
melaporkan perasaan
3. Sediakan waktu untuk pasien dan selamanya bila gagal ginjal tak
gugup dan takut.
orang terdekat untuk membicarakan dapat pulih. Memberi pasien

tentang masalah dan perasaan tentang informasi mendorong partisipasi

perubahan gaya hidup yang akan dalam mengambil keputusan dan

diperlukan untuk memilih terapi. membantu mengembangkan

kepatuhan dan kemandirian

maksimum.

3. Pengekspresian perasaan

membantu mengurangi ansietas,

tindakan untuk gagal ginjal

berdampak pada seluruh

keluarga.

4b. Risiko tinggi kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Kuku pendek kurang mungkin
keperawatan selama 3x24 untuk merobek. Keringat, panas
integritas kulit berhubungan mempertahankan kuku terpotong
jam, risiko kerusakan dan kulit kering meningkatkan
dengan pruritus sekunder pendek, mempertahankan suhu
integritas kulit dapat diatasi pruritus. Toksin urenik
terhadap gagal ginjal. dengan kriteria hasil : ruangan pada keadaan nyaman untuk menyebabkan pruritus. Sabun
1. Tidak ada tanda ringan kurang mungkin untuk
mencegah keringat, mengikuti
garukan pada kulit, pembatasan diet yang diprogramkan, menyebabkan kulit kering dan
mengiritasi kulit.
keluhan pruritus lebih mandi dengan sabun tanpa deodorant
2. Kadar fosfor serum terlalu
sedikit. dan hipoalergik.
tinggi. Karna kalsium dan
2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk fosfor berbanding terbalik
secara proporsional, kalsium
dialisa sesuai program.
serum turun dan pasien menjadi
tremor. Dialisa membuang
toksin dan membantu
menormalkan biokimia.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila
keperawatan selama 3x24 memodifikasi diet yang diprogramkan
ketidakpatuhan berhubungan pasien mengalami efek-efek
jam, ketidak patuhan dapat pada rencana pulang :
dengan kurang pengetahuan, tindakan yang diprogramkan
berkurang dengan kriteria 1). Tinjau kembali rasional untuk
sistem pendukung kurang hasil : menghindari kelebihan yang untuk kondisi mereka
1. Merupakan meningkatkan kadar ureum.
adekuat. 2. Instruksi verbal dapat mudah
2). Pembatasan natrium untuk
pemahaman tentang
dilupakan
mengurangi retensi cairan.
instruksi pulang,
3). Pembatasan kalium 3. Untuk memastikan keamanan
mendemonstrasikan 4). Bila oliguria, pembatasan cairan
pemberian pengobatan
untuk mengurangi edema.
kemampuan untuk
4. Tim pendukung yang tersedia
5). Kalori tinggi untuk menjamin
merawat klien. pengguna protein dan sintesis protein dan konsisten diperlukan
jaringan dan supai energi.
sepanjang hidup pasien
2. Yakinkan bahwa pasien dan orang
terdekat mempunyai hal tertulis
mengenai :
1). Perjanjian untuk instruksi
perawatan lanjut untuk perawatan diri
di rumah.
2). Petunjuk dan nomor telepon pusat
dialisa yang memberikan terapi
pemeliharaan.
3. Berikan instruksi tertulis tentang
semua rencana pengobatan untuk
digunakan di rumah, termasuk nama,
dosis, jadwal, tujuan dan efek
samping yang dapat dilaporkan.
4. Yakinkan pasien mempunyai nomor
telepn orang sumber seperti perawat
dialisa atau koordinator transplantasi,
dokter, ahli diet ginjal, pekerja sosial
ginjal yayasan ginjal Indonesia.
6 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Konsul ahli diet untuk bantu 1. Persepsi diet yang tepat penting
kebutuhan tubuh yang keperawatan selama 3x24 pengkajian nutrisi, mengidentifikasi dalam penatalaksanaan gagal
jam, kebutuhan nutrisi tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi
berhubungan dengan ginjal kronik yang mencegah
pasiendapat teratasi dengan diet dan memberikan nutrisi pada
anorekasia, mual, muntah, toksisitas uremik,
kriteria hasil : klien.
kehilangan selera, bau, 2. Pertegas instruksi diet dan berikan ketidakseimbangan cairan
materi tertulis untuk nstruksi verbal.
stomatitis dan diet tak enak. elektrolit dan katabolisme.
3. Diskusikan tentang pemilihan diet
2. Empati dan penguatan terhadap
dari pada pembahasan pantangan diet.
4. Siapkan dan berikan dorongan oral instruksi diet dapat
hygiene yang baik sebelum dan
meningkatkan kepatuhan
sesudah makan.
terhadap pembatasan diet.
5. Batasi masukan cairan satu jam
sebelum dans esudah makan. 3. Klien dan keluarga akan menjadi
6. Berikan lingkungan yang
tidak berselera bila diet terlalu
menynangkan selama waktu makan
dibatasi dan tidak enak.
dan bantu sesuai kebutuhan.
7. Jelaskan perlunya kebutuhan klien 4. Oral hygiene yang tepat dapat
untuk makan protein maksimum dari
mengurangi mikroorganisme dan
diet yang diizinkan.
membantu mencegah stomatitis
8. Bekerja bersama klien untuk
mengembangkan rencana untuk 5. Pembatasan ini akan mencegah
memasukkan diet yang diresepkan
secara berhasil ke dalam gaya hidup perasaan begah dan mengurangi
sehari-hari klien.
anoreksia.

6. Nafsu makan dirangsang pada

situasi yang relaks dan

menyenangkan

7. Protein adekuat diperlukan untuk

mencegah katabolisme protein

dan penggunaan otot

8. Kolaborasi memberikan

kesempatan bagi klien

melakukan kontrol, yang

cenderung meningkatkan

kepulihan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai