Disusun Oleh :
Irmayanti
1812011017
TABUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal
progresif yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya
uremia dan azotemia (Bayhakki, 2013).
2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik antara lain :
a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefr osklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (sle,poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal)
f. Penyakit metabolik (dm, gout, hiperparatiroidisme)
g. Nefropati toksik (nefropati obstruktif, batu saluran kemih)
Secara garis besar peyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang
berulang dan nefron yang memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi
pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan
trauma langsung pada ginjal.
3. Fatofisiologi
5. Terapi Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
6. Klasifikasi
Chronic Kidney Disease (CKD) diklasifikasikan berdasarkan CGA sistem
yaitu Cause, GFR category, dan Albuminuria category. Gagal ginjal kronik
merupakan stadium 5 dari CKD atau biasa disebut dengan End-stage Renal Disease
(ESRD). Dikatakan gagal ginjal kronik apabila dari hasil tes nilai eGFR < 15
mL/min/1.73 m2.
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) dalam Kidney Disease: Improving
Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group (2013) KDIGO 2 clinical practice
guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease:
Tabel 2. Kategori GFR (KDIGO 2013)
2. Masalah Keperawatan
a. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal (00203)
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulasi (00026)
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolisme (00046)
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor bologis (00002)
e. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (00092)
f. Pola nafas tidak efektif berhubungan hiperventilasi (00032)(Heardman et al,
2015)
3. Intervensi
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah 1. Sebagai data dasar dalam
dan tipe intake cairan dan menentukan intervensi
eliminasi selanjutnya
2. Tentukan kemungkinan 2. Untuk mengetahui tindakan
faktor resiko dari ketidak yang tepat untuk mengatasi
seimbangan cairan masalah
(hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
3. Monitor berat badan 3. Mengetahui adakah
keleibihan volume cairan
4. Monitor serum dan 4. Mengetahui kadar cairan dan
elektrolit urine elektrolit
5. Monitor adanya distensi 5. Mengetahui adanya
leher, rinchi, eodem kelebihan volume cairan
perifer dan penambahan
BB
6. Monitor tanda dan gejala 6. Edema dapat menjadi tanda
dari odema kelebiihan cairan
Hemodialysis therapy
1. Bekerja secara 1. Terapi hemodialisa sesuai
kolaboratif dengan pasien prosedur dapat mengurangi
untuk menyesuaikan kelebihan cairan dan sisa
panjang dialisis, metabolism di tubuh
peraturan diet,
keterbatasan cairan dan
obat-obatan untuk
mengatur cairan dan
elektrolit pergeseran
antara pengobatan.
Gangguan Tujuan : Pressure management
integritas kulit Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kulit akan adanya 1. Kemerahan dapat
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam kemerahan menjadi tanda kerusakan
dengan diharapkan gangguan integritas kulit.
gangguan integritas kulit teratasi dengan 2. Infeksi dapat
metabolisme 2. Monitor tanda dan gejala menjadikan integritas
Kriteria Hasil: infeksi pada area insisi kulit menjadi rusak
1. Tidak ada tanda –tanda 3. Pakaian yang longgar
infeksi 3. Anjurkan pasien dapat mengurangi rasa
2. Ketebalan dan teksture menggunakan pakaian nyeri pada kulit yang
jaringan normal yang longgar rusak
3. Menunjukan pemahaman 4. Kerutan di tempat tidur
dalam proses perbaikan 4. Hindari kerutan pada dapat menyebabkan
kulit dan mencegah tempat tidur nyeri pada kulit yang
terjadinya cidera berulang rusak
4. Menunjukan terjadinya 5. Menjaga integritas kulit
proses penyembuhan luka 5. Jaga kebersihan kulit agar agar tetap bagus
tetap bersih dan kering 6. Mobilidsasi rutin dapat
6. Mobilisasi pasien (ubah mencegah dekubitus
posisi pasien setiap dua
jam sekali) 7. Lotion dapat
7. Oleskan lotion atau melembabkan kulit
minyak baby oil pada
daerah yang tertekan.
Ketidakseimba Tujuan : Nutritional Management
ngan nutrisi : Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor adanya mual dan 1. Mual dan muntah dapat
kurang dari keperawatan selama 3x24 jam muntah menjadi data untuk
kebutuhan nutrisi seimbang dan adekuat. menentukan status
tubuh nutrisi
berhubungan Kriteria Hasil: 2. Monitor status nutrisi. 2. Mengetahui adanya
dengan faktor Nutritional Status gangguan nutrisi pada
bologis 1. Nafsu makan meningkat klien
2. Tidak terjadi penurunan 3. Monitor adanya 3. Sebagai data penguat
BB kehilangan berat badan untuk mengetahui
3. Masukan nutrisi adekuat dan perubahan status adanya gangguan nutrisi
4. Menghabiskan porsi nutrisi.
makan 4. Monitor albumin, total 4. Hasil lab dapat menjadi
5. Hasil lab normal (albumin, protein, hemoglobin, dan data pendukung
kalium) hematocrit level yang menentukan intervensi
menindikasikan status
nutrisi dan untuk
perencanaan treatment
selanjutnya.
5. Monitor intake nutrisi dan 5. Intake nutrisi yang
kalori klien. adekuat dapat
meningkatkan status
nutrisi
6. Berikan makanan sedikit 6. Makanan sedikit tapi
tapi sering sering dapat
meningkatkan nafsu
makan klien
7. Berikan perawatan mulut 7. Perawatan mulut dapat
sering meningkatkan nafsu
klien
8. Kolaborasi dengan ahli 8. Diet yang sesuai dapat
gizi dalam pemberian diet menyeimbangkan status
sesuai terapi nutrisi klien
9. Monitor masukan 9. Masukan makanan yang
makanan / cairan dan adekuat dapat
hitung intake kalori harian meningkatkan status
nutrisi klien
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.