Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :

NOVI FITRIANI

NIM. 22149011054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

2022
LAP0RAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI

1. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan
(Manuaba,2009).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung
dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm. (Saifuddin, 2002).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina servik (Sarwono, 2002).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah di tunggu satu jam, belum ada tanda persalinan
(Yulaikhah, 2008). Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim
disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode latern). Kondisi ini merupakan
penyebab terbesar persalinan prematur dengan segala akibatnya. Early rupture
of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.

2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut:
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya
melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada
serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan
nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin
serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
b. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya:
1. Trauma: Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2. Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.  (Saifudin.
2002).
3. Makrosomia: adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane
menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006).
4. Hidramnion: adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion
kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat
tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
e. Korioamnionitis: adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan
oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit Infeksi: adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang
terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik).
h. Riwayat KPD sebelumya.
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu.

3. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.  Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (1999) antara lain:
a. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi .
c. Janin mudah diraba.
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering.
e. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.

5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
- Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
- Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1)
dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
- Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
a. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada
hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi
intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya,
predisposisi infeksi.
6. Pathway Ketuban Pecah Dini

Kala 1 Persalinan

His yg berulang gg. pd kala 1


persalinan
kontraksi &
pembukaan serviks Kanalis servikalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gemeli,
uteri sllu terbuka akibat janin genetali inkompeten hidramion
kelainan serviks (sungsang) a
Mengiritasi uteri (abortus dan
riwayat kuterase Tdk ada bag. Proses Dilatasi Ketegan
nervus pudendalis
terendah yg biomekani berlebih gan
menutupi k bakteri serviks uterus
Stimulus nyeri Mdhnya pengluarn PAP yg mngluarkn
air ketuban menghalangi enzim
Selaput Serviks
tekanan trhdp proteolitik
ketuban tdk bisa
Nyeri akut membrane menonjol menahan
bag.bawah & mudah
Selaput tekanan
ketuban pecah intrauteru
Rasa mulas &
mudah s
ingin mengejan
pecah

Px. Melaporkan
tdk nyaman
KETUBAN PECAH DINI

Gg. rasa nyaman


Air ketuban terlalu Klien tdk Tdk adanya
banyak keluar mengetahui pxbb pelindung dunia
dan akibat KPD luar dg daerah
rahim
Distoksia (partus
kering) Defisit
pengetahuan Resiko infeksi
Laserasi pd jalan lahir

Kecemasan ibu trhdp


Ansietas keselamatan janin &
dirinya
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air
ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil
pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,
darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sedehana.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanan Medis
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan
akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang
kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan
maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur
kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-
paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin
merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin.
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan
lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten.
1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi
KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut
periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan
makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit ketuban yang
pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80
% kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam
setelah kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban
pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan,dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada
ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus
namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada
pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu
dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan
profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses
persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis
meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi
inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten
durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma
obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan
tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif
disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi
Penderita perlu dirawat di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk
mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai
37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan
juga tujuan menunda proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian
kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah
agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau
melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda
infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang
umur kehamilan.
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat
menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak
ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai
mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin
terjadi intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya
diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada
pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya
dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi
seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak,
gawat janin, partus tak maju, dll.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
1. Biodata klien.
Biodata klien berisi tentang; Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan
sedikit/banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban
tidak ada dan air ketuban sudah kering.
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus.
4. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di
derita oleh keluarga.
8. Kebiasaan sehari –hari
1) Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
2) Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada
daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah
mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum)
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan  pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata
rias rambut dan wajah
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedrest total
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
9. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan kesadaran klien, BB / TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
 Head To Toe
- Rambut: warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka
lesi / lecet.
- Mata: sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak,
apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan
nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu
penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis.
- Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu
pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik /
tidak.
- Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak,
apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien
baik / tidak.
- Mulut dan gigi:  bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah
lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan
dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah
klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak.
Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan
karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium.
- Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
- Paru – paru
I  : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan
kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi
pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba
pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris /
tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
- Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah
terlihat / tidak
P :frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS
% Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
- Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah
masuk PAP / belum
P : bunyi abdomen
A : bising usus klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
- Payudara: puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna
aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah
mengeluarkan ASI /belum
- Ekstremitas
 Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada
oedema / tidak.
 Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema /
tidak
- Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema /
tidak pada daerah genitalia klien
- Intergumen: warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik /
tidak

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis proses menghadapi
persalinan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Ansietas Selama dilakukan Anxieti Reduction :
berhubungan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan
dengan faktor 1kali 24 jam yang menenangkan
psikologis proses diharapkan klien 2. Jelaskan semua
menghadapi tidakmengalami prosedur dan apa yang
persalinan kecemasan dengan dirasakan selama
Kriteria Hasil : prosedur
1. Monitor intensitas 3. Dorong keluarga
kecemasan untuk menemani klien
2. Menyingkirkan tanda 4. Identifikasi tingkat
kecemasan kecemasan
3. Menurunkan 5. Berikan informasi
stimulasi untuk faktual mengenai
menurunkan cemas diagnosis, tindakan
4. Mencari informasi prognosis
untuk
menurunkancemas
2 Resiko infeksi Selama dilakukan Infection Control :
berhubungan tindakan keperawatan 1 1. Bersihkan
denganketuban kali 24 jam diharapkan lingkungan setelah
pecah dini (KPD) infeksi tidak terjadi dipakai pasien lain
dengan Kriteria Hasil : 2. Terapkan pencegahan
Risk Control : aseptic
1. Pengetahuan tentang 3. Jaga keseterilan alat
resiko yang digunakan
2. Memonitor faktor 4. Cuci tangan setiap
resiko dan lingkungan sebelum dan sesudah
3. Memonitor faktor
resiko dari perilaku tindakan keperawatan
personal 5. Pertahankan teknik
isolasi
6. Monitor tanda-tanda
vital

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan
yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari pasien.

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA

Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.


Manuaba. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
-------2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC.
Johnson Marion, Maas Meridean, and Moorhead Sue. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Second Edition.USA: Mosby.
McCloskey C. Joanne and Bulechek M. Gloria. 1996. Nursing Interventions
Classification (NIC) Second Edition. USA: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai