Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERERAWATAN PADA NY “F” DENGAN POST SECTIO

CAESAREA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI

OLEH KELOMPOK 4 :
ACHMAD CHOIRUS SAHAL ( 0321065B )
FATCHUR RAHMANTO ( 0321064B )
IKA APRILIA SUBIYANTO ( 0321012B )
SITI MUTMAINAH (0321035B)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA


MOJOKERTO
2021
BAB I
TINJAUANPUSTAKA

1.1 Konsep Ketuban Pecah Dini


1.1.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahya atau rupturnya
selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya
dalam pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai
37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2011).
Ketuban pecah dini (KPD) diartikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan serviks pada
primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Sepduwiana, 2011). Sedangkan menurut waktu kapan pecahnya
ketuban, maka KPD adalah sebagai pecahnya ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam dimulainya tanda
persalinan (Aisyah dan Octarina, 2012).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur. Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm
akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
KPD adalah pecahnya ketuban atau selaput amnion sebelum
waktunya persalinan (kurang dari 37 minggu),dengan pembukaan
<3 cm pada primi gravidadan <5cm untuk multipara.

1.1.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini


Menurut Manuaba (2013),penyebab ketuban pecah dini antara lain

1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada


servik uteri dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan
ganda dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan
pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada servik
atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetic.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
disebut fase laten.
a. Makin Panjang fase laten,makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan,makin sulit upaya pemecahannya
tanpa menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang
dan letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang
menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan
panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

1.1.3 Manifestasi Klinis Ketuban Pecah Dini


Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau
atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada,air ketuban sudah
kering.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban
tidak ada dan air ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti
bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi apabila
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi (Nugroho, 2011)
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini,
antara lain:
1. Terjadi pembukaan premature servik.
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membrane ketuban makin
berkurang
d. Melemah nya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi
yang mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

1.1.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini


Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung
sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka
selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas,
jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intra partum:
a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya
ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang
intraamnion dengan dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang
amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding
uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi
intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi
fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene
buruk,misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering,dan
sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo, 2010).
Pathway Ketuban Pecah Dini
KetubanPecahDini(KPD)

Kehamilanprematur
Kehamilanaterm

Kehamilanobstetric:distress,
Letak kepala
letak sungsang, cpd

Indikasiinduksi:infeksi, waktu

Gagaluterustidakada,kelainan Berhasilpersalinan
kepala, fase laten dan aktif vaginal
memanjang

SECTIONCAESARI

Postanastesi Penurunan Lukapost Jaringan Postpartum nifas


kerjapons operasi terbuka

Penurunan
Penurunan Jaringan Proteksi Penurunan
medulla
kerja otot terputus kurang progesterone
oblingata
dan estrogen
Penurunanreflek Penurunan Merangsang Invasi
batuk peristaltic areasensorik bakteri Kontraksi
eliminasi uterus

Akumulasisekret Gangguan Resiko Infeksi


rasanyaman Involusi bakteri
Konstipasi

BersihanJalan
Napas Tidak NyeriAkut
Tidak adekuat Adekuat
Efektif

Pengeluaran
Perdarahan
lochea

Hipovolemia KurangO2

ResikoSyok Kelemahan

Hambatan
MobiltasFisik
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan
keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang
khas. Selain keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar
adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah
dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan
ketuban di froniks posterior dan mengambil sampel cairanuntuk
kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati,sehingga tidak
banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi
kemungkinan-kemungkinan infeksi asenden dan persalinan
prematuritas. (Manuaba, 2013)
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah
dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion.

1.1.6 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


1. Penatalaksanaan Medis.
Menurut Ratnawati (2017), penatalaksanaan ketuban pecahdini,
yaitu :
a. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm
dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu
dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya,
bila mungkin dengan posisi bersujud.
c. Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari
agar tali pusat tidak tertekan kepala janin.
d. Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat yang
dilapisi plastik.
e. Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat
rujukan atau KPD lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
f. Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan
beristirahat dengan posisi berbaring miring, berikan
antibiotik.
g. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan
konservatif, yaitu tirah baring dan berikan
sedative ,antibiotik dan tokolisis.
h. Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif
selama 24 jam lalu induksi persalinan.
i. Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin
meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri.
j. Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang
dari 5 atau ketuban pecah dini lebih dari 6 jam dan skor
pelvik lebih dari 5.
k. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri
kehamilan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1) Induksi Induksi adalah proses stimulasi untuk
merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami
terjadi, dengan tujuan untuk mempercepat proses
persalinan. (Alodokter, 2018).
2) Persalinan secara normal/pervaginam Persalinan normal
adalah proses persalinan melalui kejadian secara alami
dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan
pembukaan untuk mengeluarkan bayi (Wikipedia,2018).
3) Sectio caesarea. Menurut (Heldayani, 2009), sectio
caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba
(2013):
a. Konservatif
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg
selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan
memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi
paru janin.
6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada
tanda-tanda persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda
infeksi atau gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak
ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap.
Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan
terminasi kehamilan.
b. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis
tinggi. Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan
gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.
2) Lakukan seksio sesaria bila induksi atau akselerasi
persalinan mengalami kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi
uterus berat ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan
saat terjadi pecah ketuban.
Yang harus segera dilakukan:
1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang
bersih.
2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada
saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi
ada resiko terinfeksi kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana
kemari, karena air ketuban akan terus keluar.
Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih
tinggi.

1.1.7 Komplikasi Ketuban Pecah Dini


Komplikasi paling sering terjadi pada Ketuban Pecah Dini (KPD)
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko
infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu
hamil dengan ketuban pecah dini (KPD) premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya kariomnionitis (radang
pada karion dan amnion). Selain itu, kejadian propels atau
keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini (KPD)
(Rahmawati, 2009).
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban
pecah dini aterm.Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada ketuban pecah dini kejadiannya mencapai hamper
100% apabila ketuban pecah ini terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 23 minggu.
Infeksi intrauterine, tali pusat menumbang, rematuritas, distosia
(Norma, E, dkk, 2012).
1. Komplikasi Ibu: (Rahmawati,2014)
a. Infeksi intrapranatal dalam persalinan Jika terjadi infeksi
dan kontaksi ketuban pecah dini maka bisa menyebabkan
sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan angka
morbilitas dan mortalitas.
b. Infeksi peurperalis/masanifas.
c. Drylabour/partuslama.
d. Perdarahan post partum.
e. Meningkatkan Tindakan operatif obstetric khususnya SC.
f. Morbilitas dan mortalitas maternal.
2. Komplikasi Janin (Rahmawati,2014)
a. Prematuritas Masalah yang dapat terjadi pada persalinan
premature diantaranya adalah respiratori distress sindrom,
hipotermia, neonatal feeding problem.
b. Prolaps funiculli/penurunan tali pusat Hipoksia dan afiksia
sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
c. Sindrom deformitas janin.
d. Morbilitas dan mortilitas perinatal.

1.1.8 Pencegahan Ketuban Pecah Dini


1. Pemeriksaan kehamilan yang teratur.
2. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang
sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok.
3. Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan
benar, yakni dari depan kebelakang,terutama setelah berkemih
atau buang air besar.
4. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak
normal di daerah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau
atau berwarna tidak seperti biasanya.
5. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual
bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini,seperti
mulut rahim yang lemah.
(Hamilton,2009).

1.2 Konsep Sectio Cesarea


1.2.1 Pengertian Sectio Cesarea
Seksio Sesarea merupakan suatu pembedahan guna
melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus
persalinan buatan, sehingga janin di lahirkan melalui perut, dinding
perut dan dinding Rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).
Seksio Sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut;
seksio sesarea juga dapat didenifisikan sebagai suatu histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Amru Sofian, 2013).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan
Seksio Sesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat
sayatan pada dinding abdomen guna mengeluarkan janin dalam
rahim dengan keadaan utuh dan sehat.

1.2.2 Etiologi Sectio Cesarea


1. Etiologi berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi paratua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sevalo pelvik
(disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan buruk, terdapat kesempitan panggul, ada plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat III,
komplikasi kehamilan yaitu pre-eklamsia, eklamsia, atas
permintaan, persalinan ( kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya ).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapses tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forcep ekstraksi
(AminHuda,2015)

1.2.3 Klasifikasi Sectio Cesarea


Menurut Amru Sofian (2013),klasifikasi dari Seksio Sesarea adalah :
1. Abdomen (Seksio Sesarea Abdominalis).
2. Seksio Sesarea transperitonealis.
3. Seksio Sesarea atau corporal dengan insisi memanjang pada
corpus uteri.
4. Seksio Sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan
insisi pada bagian segmen bawah rahim.
5. Seksio Sesarea ekstraperitonealis, yaitu seksio sesarea tanpa
membuka peritoneum parietale; dengan demikian, tidak
membuka kavum abdominis.
6. Vagina (Seksio Sesarea Vaginalis):
a. Sayatan memanjang (Longitudinal) menurut kronig.
b. Sayatan melintang (Transversal) menurut Kert
c. Sayatan huruf T (T-incision).

1.2.4 Indikasi Sectio Cesarea


Menurut Amin Huda (2013),indikasi dari Seksio Sesarea adalah:
1. Plasenta Previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsisevalo pelvis :yaitu ketidak seimbangan antara ukuran
kepala dan ukuran panggul
4. Rupture uteri mengancam
5. Partus lama(prolongedlobar)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosiaserviks
8. Preeklamsia dan hipertensi
9. Malpresentasi janin:
a. Letak lintang
b. Letak bokong
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
d. Presentasi rangkap jiwa reposisi tidak berhasil
e. Gameli.

1.2.5 Komplikasi Sectio Cesarea


Menurut Oxorn dan Forte (2010), komplikasi yang serius pada
operasi Seksio Sesarea adalah:
1. Perdarahan pada Seksio Sesarea terjadi karena adanya Antonia
uteri, pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan plasenta
dan hematoma ligamentum latum.
2. Infeksi
Infeksi Seksio Sesarea bukan hanya terjadi daerah insisi saja,
tetapi dapat terjadi di daerah lain seperti traktus genetalia,traktus
urinaria, paru-paru dan traktus respiratori atas.
3. Thromboplebitis
4. Cidera, dengan atau tanpa fistula bisa terjadi di traktus urinaria
dan usus.
5. Dapat mengakibatkan obstruksi usus baik mekanis maupun
paralitik

1.2.6 Pemeriksaan Diagnostik Sectio Cesarea


Menurut Amin Huda (2015), pemeriksaan diagnostik pada Seksio
Sesarea yaitu :
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Ultrasound sesuai pesanan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI

a) Pengkajian
Menurut Mitayani (2009) pengkajian merupakan tahap awal dan
landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan
ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulandata:
a. Identitas
1) Nama : dikaji untuk mengenal dan mengetahui nama pasien agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur : untuk mengetahui umur pasien, pada ibu yang sangat
rentan terjadi malpresentasi janin yaitu usia 35 tahun keatas
3) Agama : sebagai keyakinan individu untuk proses
kesembuhannya.
4) Suku/bangsa: mengetahui kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat
yang mempengaruhi kesehatan.
5) Pendidikan : dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuanpasien,
semakin tinggi tingkatan pendidikan pasien semakin mudah
pasien menerima informasi dari petugas kesehatan.
6) Pekerjaan : semakin berat pekerjaannya, resiko terjadinya
Ketuban pecah Dini semakin besar.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada perut bekas jahitan atau
tindakan Sectio Caesarea.
c. Riwayat Kesehatan sekarang
Hal yang perlu dikaji adalah kehilangan darah selama prosedur
pembedahan antara 600-800 cc, integritas ego yaitu mengenai
latihan emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau
menarik diri,eliminasi alvi,perlu dikaji adanya bising usus,
Terdengar ada/samar,ada juga mengenai nyeri atau ketidaknyamanan
dari sumber, misalnya trauma bedah atau insisi nyeri. Riwayat
kesehatan sekarang dilakukan pengkajian serta menggambarkan
kejadian sampai terjadi penyakit saat ini, dengan menggunakan
metode P, Q, R, S, T.
P : (Paliatif/provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality/kwantiti), seberapa berat keluhan dan bagaimana
rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region, Radition), lokasi keluhan diraskan dan juga arah
penyebaran keluhan sejauh mana.
S : (Scale/Saverity), intensitas keluhan yang dirasakan apakah
sampai mengganggu atau tidak, dimana hal ini menentukan waktu
dan durasi
T : (Timing), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering apakah
berulang ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi
(Muttaqin, 2010).
d. Riwayat Kesehatan lalu
Riwayat kesehatan lalu perlu ditanyakan mengenai kondisi setelah
melahirkan. Misalnya: perdarahan, hipertensi, preferm, partus dan
tindakan kelainan letak, infeksi uterus, infeksi saluran kencing, dan
lain-lain. Jumlah kehamilan dan persalinan serta jarak kelahirannya,
tempat melahirkan, dan cara melahirkan.
e. Riwayatkesehatankeluarga
Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang sifatnya menurun
(DNA, jantung) dan penyakit menahun (Hipertensi, ginjal) serta
penyakit menular (TBC, hepatitis).
f. RiwayatHaid
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan
menstruasi, siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentukdarah
apakah cair atau menggumpal hari pertama menstruasi serta tanggal
kelahiran dari persalinan
g. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah apakah ini
pernikahan yang pertama sah atau tidak, lamanya pernikahan, umur
saat menikah, dan jumlah anak.
h. Riwayat obstetric
Berapa kali dilakukan pemerikasaan ANC, hasil USG, hasil
laboratorium : darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan
dan pengobatan yang diperoleh. Adanya pembesaran payudara,
adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papilla mamae, putting
susu kanan dan kiri menonjol

i. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji sesuai dengan kasus section caesarea
adalah tentang mutu dari diet yang memberikan kecukupan
kalori. Kecukupan protein cairan serta buah-buahan,metabolisme
perlu dikaji yaitu suhu.
2) Pola istirahat tidur
Post op section caesarea hari 0 pasien dengan kasus ini
memerlukan istirahat yang cukup sedikitnya 8 jam dengan posisi
pasien terlentang. Karena pada pasien post op section caesarea
H-0 sering susah tidur dikarenakan nyeri luka post op section
caesarea.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Breathing (B1)
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas regular atau irregular
biasanya terjadi perubahan akibat anastesi, frekuensi nafas normal
16-24x/menit.
Palpasi:apakah ada nyeri tekan pada dada,vocal premitus snormal
Perkusi : resonan atau tidak
Auskultasi : normal suara nafas vesikuler, bagaimana suaranya
apakah terdapat suara nafas tambahan, tidak ada ronkhi atau
wheezing
b. Blood (B2)
Inspeksi:pasien terlihat pucat,konjungtiva anemis,anemia mungkin
terjadi karena perdarahan selama proses persalinan sehingga ibu
kehilangan darah selama prosedur pembedahan.
Palpasi : pulsasi kuat dibanding ictus cordis, CRT < 2 detik,takikardi
(jika terjadi syok akibat perdarahan post partum)
Perkusi : batas jantung normal tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung
tambahan.Tekanana darah sistol 1110-140 diastol 90 mmHg.
c. Brain (B3)
Inspeksi : kesadaran compos mentis, GCS 456, wajah tampak
menyeringai karena adanya luka bekas operasi, intirahat tidur
terganggu karena adanya nyeri pada luka bekas operasinya.
d. Bladder (B4)
Inspeksi : biasanya terpasang kateter, urine jernih, bau khasamoniak,
pemeriksaan pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlahnya.
Palpasi : nyeri tekan uterus yang mungkin ada, penggunaan alat
bantu kateter untuk membatasi aktifitas pasien ke toilet berhubungan
untuk mengurangi rasa nyeri post op sc.
e. Bowel (B5)
Inspeksi : mukosa bibir lembab atau kering, bentuk simetris, adaluka
post op sc pada abdomen bagian bawah, bentuk luka vertical panjang
luka sekitar 15 cm ditutup dengan kasa steril
Palpasi:ada nyeri tekan pada luka post op sc yaitu pada perut bagian
bawah
Perkusi : normal, didapat timpani apabila terdapat cairan abdomen.
Auskultasi:bising usus menurun1-5x/menit akibat efek anastesi
sehingga terjadi konstipasi.
f. Bone (B6)
Inspeksi : ada fraktur atau tidak, ada edema apa tidak, warna kulit
kemerahan atau tidak. Pergerakan pasien bebas atau terbatas.
Palpasi : ada nyeri tekan pada luka post op sc. Skala kekuatan otot :
adanya penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah.
g. Pengindraan (B7)
Inspeksi : normal, pupil isokor atau tidak, konjungtiva merah muda,
dan didapati seluruh panca indra tidak menggunakan alat bantu
pendukung.
h. Endokrin(B8)
Inspeksi : ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, tidak ada
pembesaran kelenjar.

b) Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif.A.H & Kusuma. H, (2015) diagnose keperawatan yang
dapat muncul pada kasus sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah
dini, antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post
sc
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan tubuh
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
c) IntervensiKeperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Outcome
Nyeri akut b/d agen cedera Dukungan nyeri akut:Pemberian Setelah dilakukan
fisiologis (prosedur Analgesik tindakan keperawatan
operasi) diharapkan tingkat
Observasi: nyeri menurun dan
 Gejala dan tanda - Identifikasi karakteristik nyeri (mis. kontrol nyeri
mayor: pencetus, pereda, kualitas, lokasi, berkurang.
Subjektif: intensitas, frekuensi, durasi)
- Mengeluh nyeri - Identifikasi Riwayat alergi obat Kriteria hasil:Tingkat
Objektif: - Identifikasi kesesuaian jenis nyeri.
- Tampak meringis analgesik (mis. narkotika, non-
- Bersikap protektif narkotika, atau NSAID) dengan - Keluhannyeri(4)
(mis. waspada, tingkat keparahan nyeri. - Meringis(4)
posisi menghindari - Monitor tanda-tanda vital sebelum - Sikap protektif(3)
nyeri) dan sesudah pemberian analgesik. - Gelisah(4)
- Gelisah - Monitor efektifitas analgesik - Kesulitan tidur(3)
- Frekuensi nadi - Berfokus pada diri
meningkat Terapeutik: sendiri(4)
- Sulit tidur - Diskusi jenis analgesic yang disukai - Perasaan takut
 Gejala dan tanda untuk memcapai analgesik optimal, mengalami cidera
minor: jika pelu. berulang(4)
Subjektif: - Pertimbangkan penggunaan infus - Anoreksia(4)
(tidaktersedia) kontinue, atau bolus oploid untuk - Frekuensi nadi(4)
Objektif: mempertahankan kadar dalam - Tekanan darah(4)
- Tekanan darah serum
meningkat - Tetapkan target efektivitas
- Pola napas berubah analgesik untuk mengoptimalkan
- Nafsu makan respon pasien
berubah - Dokumentasikan respon terhadap
- Proses berfikir efek analgesik dan efek yang tidak
terganggu diinginkan
- Menarik diri
- Berfokus pada diri Edukasi:
sendiri - Jelaskan efek terapi dan efek
- Diaforesis samping obat

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi

Dukungan nyeri akut:


Manajemen nyeri:

Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik
durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
tehadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgesic

Terapeutik:
- Berikan nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:
- Jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik
asecara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu.
Gangguan mobilitas fisik DukunganAmbulasidanDukungan Setelah dilakukan
b/d nyeri pada abdomen Mobilisasi perawatan diharapkan
post sc. masalah keperawatan
Observasi: gangguan mobilitas
 Gejala dan tanda - Identifikasi adanya nyeri atau fisik terhadap pasien
mayor keluhan fisik lainnya dapat teratasi
Subjektif : - Identifikasi toleransi fisik melakukan
- Mengeluh sulit ambulasi Mobilitasfisik:
menggerakkan - Monitor frekuensi jantung dan - Pergerakan
ekstremitas tekanan darah sebelum memulai ekstremitas(3)
Objektif: ambulasi - Kekuatan otot(4)
- Kekuatan otot - Monitor kondisi umum selama - Rentang gerak
menurun melakukan ambulasi/ mobilisasi (ROM)(3)
- Rentang gerak - nyeri (3)
(ROM) menurun Terapeutik: - Kecemasan(4)
 Gejala dan tanda - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan - Kaku sendi (3)
minor alat bantu (mis. tongkat, kruk) - Kelemahan fisik(4)
Subjektif : - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
- Nyeri saat bergerak jikaperlu
- Enggan melakukan - Libatkan keluarga untuk membantu
pergerakan pasien dalam meningkatkan
- Merasa cemas saat ambulasi
bergerak
Objektif: Edukasi:
- Sendikaku - Jelaskan tujuan dan prosedur
- Gerakan tidak ambulasi/ mobilisasi
terkoordinasi - Anjurkan melakukan ambulasi/
- Gerakanterbatas mobilisasi dini
- Fisiklemah - Anjurkan ambulasi/ mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan(mis.
berjalan dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat tidur
kekamarmandi,berjalansesuai
toleransi)
Defisit perawatan diri b/d Dukungan Perawatan Diri Setelah dilakukan
Penurunan kekuatan tubuh. perawatan diharapkan
Observasi: masalah keperawatan
 Gejala dan tanda -Identifikasi kebiasaan aktivitas Deficit perawatan diri
Mayor Perawatan diri sesuai usia Terhadap pasien dapat
Subjektif : -Monitor tingkat kemandirian teratasi
- Menolak melakukan -Identifikasi kebutuhan alat bantu
Perawatan diri Kebersihan diri,berpakaian,berhias, Perawatan diri:
Objektif: Dan makan -Kemampuan mandi
- Tidak mampu mandi/ (3)
mengenakan Terapeutik: -Kemampuan
pakaian/makan/ke -Sedia kan lingkungan yang terapeutik Mengenakan pakaian
toilet/berhias secara (mis.suasana hangat,rileks privasi (3)
mandiri -Siapkan keperluan pribadi,(mis. -Kemampuan makan
- Minat melakukan parfum,sikat gigi,dan sabun mandi) (4)
perawatan diri -Dampingi dalam melakukan -Kemampuan ketoilet
kurang Perawatan diri sampai mandiri (3)
 Gejala dan tanda - Fasilitasi untuk menerima keadaan - Mempertahankan
minor ketergantungan kebersihan diri (3)
Subjektif : - Fasilitasi kemandirian, bantu jika - Mempertahankan
(tidaktersedia) tidak mampu melakukan perawatan kebersihan mulut
Objektif : diri (4)
(tidaktersedia) - Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi:
-Anjurkan melakukan perawatan diri
Secara konsisten sesuai kemampuan
FORMAT PENGKAJIAN POST NATAL UNIT
KEPERAWATAN MATERNITAS

Tanggal Masuk : 16-12-2021 Jam masuk : 21:21


Ruang / kelas : Ruang Nifas NO kamar : -
Pengkajian tanggal : 17-12-2021 Jam : 17:30

A. PENGKAJIAN
I. Identitas

Nama Pasien : Ny. F Umur : 13-07-1994


Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Merak, Bendungan Jati, Pacet
Status : Kawin
Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini (G1P0-0)

Nama Suami : Tn. S


Umur : 04/08/1993
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Merak, Bendungan Jati, Pacet
Status : Kawin
Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini (G1P0-0)

II. Riwayat Keperawatan


A. Keluhan Utama
Nyeri Luka Post Ops
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS S u m b e r G l a g a h pd tgl 16- 1 2 - 2021
diantar oleh pegawai PKM, pasien adalah rujukan dari PKM Pacet,
ketuban sudah pecah spontan. Pasien mengatakan kenceng- kenceng
sejak jam 15.00 wib, datang ke PKM jam 21.00 hasil
pemeriksaan pembukaan 7-8 cm. Pada saat dilakukan pengkajian di
ruang perawatan didapatkan pasien mengelu nyeri pada area bekas
operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada
perut bagian bawah, nyeri dirasakan hilang timbul, TD 120/70
0
mmHg, Nadi 90x/menit, Pernapasan 21 x/menit, Suhu 36,2 C.
Pasien selama di Rumah Sakit tidak melakukan aktivitas sama sekali,
pasien masih takut untuk melakukan miring kanan dan kiri
dikarenakan rasa sakit yang dirasakannya.

C. Riwayat Obstetry
1. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13 tahun Siklus : teratur
- Banyaknya : ± 50 ml/ hari Lamanya: 8 hari
- HPHT : 30 – 01 – 2021 Keluhan : Disminore
- HPL : 27 – 11 – 2021

2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu:


G1 P 0-0
Anak Ke- Kehamilan Persalinan
Umur
No Umur Kehamilan Penyulit Jenis Penolong Penyulit
Ketuban Ketuban
Dokter
1 1 hari 41 minggu pecah SC spesiali
dini pecah dini

Komplikasi Nifas Anak


Jenis
Laserasi Infeksi Perdarahan Kelamin BB PJ Hidup/mati

Tidak 2800 50
Tidak ada ada Tidak ada Perempuan gr cm Hidup
3. G
e
nogram

Keterangan:
: Ibu pasien dan mertua pasien
: Ayah Pasien dan mertua pasien
: Pasien
: Suami pasien
: Adik perempuan suami pasien
: Anak laki-laki pasien
: Tinggal satu rumah
4. Rencana Perawatan Bayi : () sendiri ( ) orang tua ( ) lain

a) Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi : Pasien


mampu merawat bayinya sendiri
b ) Breast Care : Pasien masih belum mengetahui cara
perawatan payudara dengan benar
c) Perineal Care : Pasien mengetahui cara merawat daerah
genitalia dan anus
d) Nutrisi : Pasien mengetahui tentang nutrisi yang
baik untuk bayinya
e) Senam nifas : Tidak pernah melakukan f. KB : Pasien
melakukan KB
f) Menyusui : Pasien mengetahui cara menyusui

5. Riwayat Keluarga Berencana


a) Melaksanakan KB : () ya ( ) tidak
b) Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : KB suntik
c) Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah melairkan
anak pertama usia 8 bulan
d) Masalah yang terjadi : Tidak ada masalah
6. Riwayat Lingkungan
a) Kebersihan : Pasien mengatakan dirumah selalu
membersihkan pagi dan sore hari
b) Bahaya : Tidak ada
c) Lainnya. Sebutkan : Tidak ada
7. Riwayat Keluarga
a) Penyakit yang pernah dialami ibu : Tidak ada
b) Riwayat penyakit keluarga
- Penyakit diabetes mellitus (-)
- Penyakit jantung (-)
- Penyakit HT (-)
8. Aspek Psikososial
a) Persepsi ibu setelah bersalin :

- Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan


terhadap kehidupan sehari – hari ?
(Iya, karena pasien sibuk dengan mengurus bayinya)
b) Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : Bisa merawat
bayinya dengan baik
c) Ibu tinggal dengan siapa : Pasien tinggal dengan suami
d) Siapa orang yang terpenting bagi ibu : Pasien mengatakan
semua keluarga sangat penting
e) Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Keluarga
sangat mendukung
f) Kesiapan mental untuk menjadi ibu : () Ya ( ) Tidak
9. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola nutrisi
- Frekuensi makan : 3 x / hari
- Nafsu makan : () baik ( ) tidak nafsu, alasan
- Jenis makanan rumah : Nasi putih, sayur dan lauk pauk.
- Makanan yang tidak disukai / alergi / pantangan : Tidak
ada

b. Pola eliminasi
- BAK
 Frekuensi 5 kali
 Warna : Kuning jernih
 Keluhan saat BAK : Tidak ada
- BAB
 Frekuensi 1 kali
 Warna : Kuning kecoklatan
 Bau : Bau Khas feces
 Konsistensi : Padat
 Keluhan : Tidak ada c. Pola Personal Hygiene
- Mandi
 Frekuensi : Selama di rumah mandi 2 x / hari, saat di
Rumah Sakit hanya di seka oleh keluarganya.
 Sabun : () Ya ( ) tidak
- Oral hygiene
 Frekuensi : 2 x / hari
 Waktu : () Pagi () sore ( ) setelah makan
- Cuci rambut
 Frekuensi : 3 x / minggu
 Shampo : () Ya ( ) tidak d. Pola istirahat dan
tidur

- Lama tidur : Siang 1-2 jam / hari, Malam 6 jam/ hari


 Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
 Keluhan : Sering terbangun ketika
malam hari

- Pola aktifitas dan latihan


 Kegiatan dalam pekerjaan : Pasien tidak
melakukan aktivitas apapun
 Waktu bekerja : (-) Pagi (-) Sore (-) Malam
 Olah raga : ( ) Ya () Tidak
 Jenisnya : Tidak ada
 Frekuensi : Tidak ada
 Kegiatan waktu luang : Meneteki bayinya
 Keluhan dalam aktifitas : Nyeri pada area operasi
- Pola kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan
 Merokok : Tidak
 Minuman keras : Tidak
 Ketergantungan obat : Tidak

10. Pemeriksaan Fisik


- Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 90 x/menit Respirasi : 21 x/menit
- Suhu : 36,2 0C
- Berat badan : 55 kg
- Tinggi badan : 157 cm

11. Pemeriksaan Head Toe To


A. Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan
- Kepala :
 Bentuk : Bentuk kepala bulat, penyebaran rambut
merata
 Keluhan : Tidak ada
- Mata:
 Kelopak mata : Kedian mata secara normal yaitu
dengan kecepatan 1 detik
 Gerakan mata : Normal
 Konjungtiva : Warna merah muda
 Sklera : Tidak icterus
 Pupil : Isokor
 Akomudasi : Pasien mampu melihat dengan jarak ± 25
cm
 Lainnya sebutkan : Tidak ada

- Hidung :
 Reaksi alergi : Tidak ada
 Sinus : Normal
 Lainnya sebutkan : Tidak ada
- Mulut dan tenggorokan
 Gigi geligi : Tidak ada caries, tidak ada gigi palsu
 Kesulitan menelan : Tidak ada
 Lainnya sebutkan : Tidak ada

B. Dada dan Aksila

 Mammae: membesar () Ya ( ) Tidak


 Areolla mammae : Terdapat hyperpigmentasi
 Papila mammae : Menonjol
 Colostrum : Keluar
- Pernafasan
 RR : 21 x/menit
 Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
 Jalan nafas : Tidak ada sumbatan
 Suara nafas : Vesikuler
 Menggunakan otot – otot bantu pernafasan : Tidak
ada
 Lainnya sebutkan : Tidak ada

- Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apical 90 x / menit
 Tekanan darah : 120/70 mmHg.
 Nadi 90 x/menit
 Irama : Kuat dan regular
 Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
 Sakit ada : Tidak ada
 Timbul : Tidak ada
 Lainnya sebutkan : Tidak ada
C . Abdomen
 Mengecil : Iya
 Linea & Striae: Striae albican
 Luka bekas operasi : Luka SC melintang ± 10 cm
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : Baik, konsistensi bulat keras
 Lainnya sebutkan : Tidak ada
D. Genitourinary
 Perineum : Tidak ada episiotomy dan jahitan
 Lokhea : Rubra (Merah kehitaman)
 Vesika urinaria : Terpasang kateter
 Lainnya sebutkan : Tidak ada
E. Ekstremitas (Integumen / Muskuloskeletal)
 Turgor kulit : Kembali < 2 detik
 Warna kulit : Sawo Matang
 Kontraktur pada persendian ekstremitas : Tidak ada
 Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada
 Lainnya sebutkan : Tidak ada

12. Data Penunjang


a. Laboratorium
 Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan medis :
Laboratorium
tanggal 06 – 12 – 2021
NAMA PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Gula Darah Sewaktu 145 mg/dl <200
DARAH LENGKAP 5 DIFF
L: 13.0-17.0/P:
Hb 12.3 gr/dl 12.0-
LED 40 mm/jam 16.0
L: 1-15/P: 1-20
Leucocyte 18810 sel/μ drh 4700-10000
Diff Count
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Stab 0 % 2-8
Segment 83 % 50-70
Lymphocyte 11 % 20-40
Monocyte 6 % 2-6
PCV 38.9 % L: 37-43/P: 40-48
Trombocyte 374000 sel/μ drh 150000-440000
MCV fL 80-100
MCH pg 26-34
MCHC gr/dl 32-36
Golongan Darah/ Rhesus O
FAAL HEMOSTATIK
BLEEDING TIME 1.5 Menit 1-3
CLOTTING TIME 12 Menit 9-15
Tanggal 17-12-2021
NAMA PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
DARAH LENGKAP 3 DIFF
L: 13.0-17.0/P:
Hb 11.3 gr/dl 12.0-
LED mm/jam 16.0
L: 1-15/P: 1-20
Leucocyte 25350 sel/μ drh 4700-10000
Diff Count
Lymphocyte 5 % 20-40
Mixed 5 % 3.0-15.0
Granulocyte 90 % 50.0-70.0
PCV 34.8 % L: 37-43/P: 40-48
Trombocyte 392000 sel/μ drh 150000-440000
MCV fL 80-100
MCH pg 26-34
MCHC gr/dl 32-36
b. Terapi Yang Didapat
No Nama Obat Dosis Pemberian
1 Infus RL : D5 14 tpm
2 Injeksi Ketorolac 3 x 1 amp
3 Injeksi vitamin C 1 x 1000 mg
4 Paracetamol 3 x 500
ANALISA DATA

Nama pasien : Ny. F


Umur :28 Tahun
No. Register : 18057446

Kemungkinan
No. Data Penunjang Masalah
Penyebab

1 Data Subjektif :
- Pasien mengeluh Agen cedera Nyeri Akut
nyeri fisiologis
area luka operasi (prosedur
P: Nyeri pada luka operasi)
operasi
Q: Nyeri
dirasakan seperti
tertusuk- tusuk
R: Nyeri pada perut
bagian bawah
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri
dirasakan hilang
timbul

Data Objektif :
- Keadaan umum
cukup
- Kesadaran
composment
is
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien
tampak memegangi
area perut
- Tampak terdapat
luka operasi dibagian
bawah pusat
tertutup kasa
steril sepanjang 10
cm
- TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 90 x/mnt
RR : 21
x/mnt
S : 36.1 0C
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. F


Umur : 28 Tahun
No. Register : 18057446

No. Tgl. Muncul Diagnosa Keperawatan Tgl. Teratasi Tanda tangan


1 17 -12-2021 Nyeri akut b/d agen
cedera fisiologis (prosedur
operasi)
Intervensi Keperawatan
Nama : Ny. F
Umur : 28 Tahun
No. Register : 18057446

No. Tgl Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervens TT


1 17-12-2021 Nyeri akut b/d Pasien dapat mengontrol Setelah dilakukan Dukungan nyeri i
agen nyeri tindakan akut: Manajemen
cedera yang dirasakan, dan nyeri keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri:
fisiologis dapat berkurang diharapkan tingkat nyeri pasien
(prosedur operasi) dapat berkurang. Observasi:
- Identifikasi lokasi,
Kriteria hasil: Tingkat karakteristik
nyeri. durasi, frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri.
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
(4) - Identifikasi respon nyeri non
- Meringis verbal
(4) - Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif memperberat dan memperingan
(3) nyeri
- Gelisah - Identifikasi pengaruh nyeri
(4) pada kualitas hidup
- Kesukitan tidur - Monitor efek samping
penggunaan
(3)
analgesic
- Berfokus pada diri sendiri
Terapeutik:
(4) - Berikan nonfarmakologi
- Perasaan takut untuk mengurangi rasa nyeri
mengalami cidera berulang (mis. TENS,
(4) hipnosis, akupresur, terapi
- Anoreksia musik, biofeedback, terapi pijat,
(4) aromaterapi,
- Frekuensi nadi teknik imajinasi terbimbing,
(4) kompres hangat dingin, terapi
- Tekanan d arah
No. Tgl Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervens TT
i
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode,
dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesik asecara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu.
Tindakan Keperawatan

Nama : Ny F
Usia : 28 th
No register : 180574446

No. Tanggal No. DX Jam Tindakan TT


17/12/2021 14.15 1. Mengucapkan salam dengan sopan,
14.20 2. Menjelaskan kepada pasien tentang
penyebab nyeri akibat dari tindakan
pembadahan Post Operasi Sectio
14.25 3. Menganjurkan pasien untuk
mengatur posisi senyaman mungkin
untuk miring kanan/miring kiri

14.30 4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan


distraksi dengan menarik nafas
dalam dan mengajak pasien
mengobrol

14.35 5. Mengkaji karakteristik nyeri dari


skala nyeri

6. Mengobservasi tanda-tanda vital


TD : 120/70 mmhg
N : 90x/menit Rr :
18/12/2021 14.15 1. Mengucapkan salam dengan sopan,
perkenalan diri, menanyakan nama
dan memberitahukan tujuan
pertemuan.
14.20 2. Menjelaskan kepada pasien tentang
penyebab nyeri akibat dari tindakan
pembadahan Post Operasi Sectio
Caesarea
14.25 3. Menganjurkan pasien untuk
mengatur posisi senyaman
mungkin untuk miring
kanan/miring kiri
14.30 4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi dengan menarik nafas dalam
dan mengajak pasien mengobrol

14.35 5. Mengkaji karakteristik nyeri dari


skala nyeri

19/12/2021 14.15 1. Mengucapkan salam dengan sopan,


perkenalan diri, menanyakan nama dan
memberitahukan tujuan pertemuan.
14.20 2. Menganjurkan pasien untuk
mengatur posisi senyaman
mungkin untuk miring
kanan/miring kiri
14.25 3. Mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi dengan menarik nafas
dalam dan mengajak pasien
mengobrol

14.30 4. Mengkaji karakteristik


nyeri dari skala nyeri
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Ny. F


Umur : 28
Tahun

No Tanggal No Dx Jam Evaluasi TT


17/12/2021 15.00 S:
- Pasien menatakan nyeri pada luka
operasi
P : Nyeri pada luka operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk
R : Nyeri pada abdomen region bawah
pusat
S : Skala Nyeri 5
T : Nyeri dirasakan hilang timbul

O:
- Keadaan umum pasien cukup
- Pasien tampak meneringai
- Pasien tampak memegangi area perut
bagian bawah
- Terdapat luka bekas operasi melintang
10 cm tertutup kasa steril
- TTV:
TD : 120/80 mmHg
RR : 19 x/menit Suhu
: 36.7 0C
Nadi : 85 x/menit

A : Masalah Nyeri akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan:
 Identifikasi karakteristik nyeri
dari skala nyeri
 Mengkaji ulang tehnik
relaksasi dan distraksi
 Observasi TTV
 Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
analgesik
18/12/2021 15.00 S:
- Pasien menatakan nyeri pada luka
operasi sudah berkurang
P : Nyeri pada luka operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk
R : Nyeri pada abdomen region bawah
pusat
S : Skala Nyeri 4
T : Nyeri dirasakan hilang timbul

O:
- Keadaan umum pasien cukup
- Pasien tampak meneringai
- Pasien tampak memegangi area perut
bagian bawah
- Terdapat luka bekas operasi melintang
10 cm tertutup kasa steril
- TTV:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20 x/menit Suhu
: 36.3 0C
Nadi : 75 x/menit

A : Masalah Nyeri akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan:
 Identifikasi karakteristik nyeri
dari skala nyeri
 Mengkaji ulang tehnik
relaksasi dan distraksi
 Observasi TTV
 Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian analgesik
19/12/2021 15.00 S:
- Pasien menatakan nyeri pada luka
operasi
P : Nyeri pada luka operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk
R : Nyeri pada abdomen region bawah
pusat
S : Skala Nyeri 3
T : Nyeri dirasakan hilang timbul

O:
- Keadaan umum pasien cukup
- Pasien tampak rileks
- Pasien tampak memegangi area perut
bagian bawah setiap gerak
- Terdapat luka bekas operasi melintang
10 cm tertutup kasa steril
- TTV:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit Suhu
: 36.2 0C
Nadi : 80 x/menit

A : Masalah Nyeri akut teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan:
 Identifikasi karakteristik nyeri
dari skala nyeri
 Mengkaji ulang tehnik
relaksasi dan distraksi
 Observasi TTV
 Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberia
analgesik

Anda mungkin juga menyukai