Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KDP)

OLEH :
ERSA KAROLIN
NIM I4051181018

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI

1. Konsep Dasar
a. Pengertian
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat
akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Beberapa penulis mendefinisikan ketuban pecah dini atau Premature
Rupture of the Membranes(PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum proses persalinan,ada juga yang menyatakan Ketuban Pecah Dini (KPD)
ialah pecahnya selaputketuban secara spontan pada saat belum inpartu, bila diikuti
satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan.Penggunaan istilah
Premature Rupture of the Membranes(PROM) pada beberapa literatur sedikit
membingungkan. Istilah ini cukup tepat jika digunakan pada pasien yang usia
kehamilannya diatas 37 minggu atau aterm, datang dengan ketuban yang pecah
spontan, dan tanpa tanda-tanda persalinan (Wiknyosastro dan Cunningham FG dalam
Kusuma 2011).
b. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksiyang dapatberasal dari vagina dan
serviks.Beberapa hal masih merupakan kontroversi di bidang obstetri. Penyebab
lainnya (Sualman, 2009) adalah sebagai berikut :
a. Serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka olehkarenakelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase, atau tindakan bedah obstetri
lainnya).
b. Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningka tsecara
berlebihan/overdistensi uterus: seperti pada keadaan trauma, kehamilan ganda,
hidramnion).
c. Kelainan letak janin dan rahimmisalnya: letak sungsang dan letak lintang,
sehingga tidak ada bagianterendah yang menutupi pintu ataspanggul (PAP) yang
dapat menghalangitekanan terhadap membranbagian bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul dimanabagian terendah belum masuk PAP
misalnyapada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaputketuban
dalambentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketubanpecah
(Amnionitis/Korioamnionitis).
f. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin Crendah, ataupun
kelainangenetik).
g. Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh trauma dan
setelah fetoskopi atau amniosentesis (iatrogenic) (Devlieger R, Millar LK, Bryant
G, Lewi L, Deprest JA, 2006).
Masa interval sejak ketuban pecah sampaiterjadi kontraksi disebutfase laten.
Makin panjang fase laten, makintinggi kemungkinan infeksi.Makin muda kehamilan,
makin sulit upaya penatalaksanaannya tanpamenimbulkan morbiditas janin.
c. Manifestasi Klinik
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Saefuddin, 2002)
d. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketubn pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh bukan
karena luruh ketuban rapuh (Prawiharjo Sarwono. 2013).
Terdapat keseimbangan antara sintetis dan degradasi ekstrakuler matriks. Perubahan
struktur jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah.selaaput ketuban sangat kuat pada kehamilan
muda trimester ke 3 selaput ketuban pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban
ada hubungannya dengan pembesaran uterus kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada
trimester terakir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban
pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur
sering terjadi pada polihidramnion inkompeten serviks (Prawiharjo Sarwono. 2013)
e. Pathway

KALA 1 PERSALINAN

Gangguan kala 1 persalinan

Kanalis servikalis Kelainan letak Infeksi Genitalia Serviks Gemeli,


terbuka akibatnya janin inkompetent hidramnion
kelainan serviks uteri
(abortus&riwayat Proses
kuretase Tidak ada biomekanik
Dilatasi Ketegangan
bagian terendah bakteri
berlebihan uterus yang
yang menutupi mengeluarkan
serviks berlebih
pintu atas enzim
Mudahnya
panggul yang preteolitik
pengeluaran
air ketuban menghalangi Serviks tidak
Selput
tekana terhadap bisa menahan
ketuban
membrane Selaput tekanan intra
menojol dan
bagian bawah ketuban uteri
mudah pecah
mudah pecah

KETUBAN PECAH DINI

Air ketuban terlalu Tidak adanya


Pasien tidak
banyak pelindung dari
mengetahui penyebab
dunia luar
& akibat KDP
Distosia dengan daerah
(partus kering) rahim
Defisit pengetahuan
Laserasi pada Mikroorganisme
jalan lahir masuk secara
asendens
Kecemasan ibu
terhadap
keselamatan Resiko Infeksi
janin dan
dirinya

Ansietas

Carpenito, 2006
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan
pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning (Sastrawinata, 2005).
a) Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion (Sastrawinata, 2005).
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun
pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana (Sastrawinata, 2005)
Tabel diagnosis
Gejala & Tanda Selalu Ada Gejala & Tanda Kadang- Diagnosis
Keluar cairan ketuban KetubanKadang Ada
pecah tiba-tiba Kemungkinan
Ketuban pecah dini
Cairan tampak di introitus
Tidak ada his dalam 1 jam
Cairan vagina berbau Riwayat keluarnya cairan Amnionitis
Demam / menggigil Uterus nyeri, Denyut
Nyeri perut jantung janin, cepat
Cairan vagina berbau, Gatal, Keputihan, Nyeri Vaginitis / servisitis
Perdarahan per vaginam
Tidak ada riwayat perut,Disuria
Cairan vagina berdarah sedikit
Nyeri perut, Gerak janin, Perdarahan
ketuban pecah
berkurang, Perdarahan antepartum
Cairan berupa darah-lendir Pembukaan & pendataran, Awal persalinan
banya
servik, Ada his aterm
atau preterm
g. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan KPD adalah; memastikan
diagnosis, menetukan umur kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya infeksi maternal
ataupun infeksi janin, serta apakah dalam keadaan inpartu, atau terdapat kegawatan
janin (Sualman, 2009; Cunningham dkk, 2001).
Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah memperpanjang kehamilan
sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau terdiagnosis
khorioamnionitis.
1) KPD Dengan Kehamilan Aterm
a) Diberikan antibiotika prafilaksis, Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari
b) Dilakukan pemeriksaan "admision test" bila hasilnya patologis dilakukan
terminasi kehamilan
c) Observasi temperaturrektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat
lebih atau sama dengan 37,6° C, segera dilakukan terminasi
d) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam.
Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
e) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetrik
f) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS) : a. Bila PS lebih
atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip. b. Bila PS
kurang dari 5, dilakukan pematangan servik dengan Misoprostol 50 µgr setiap
6 jam per oral maksimal 4 kali pemberian.
2) KPD Dengan Kehamilan Pre Term
a) Penanganan di rawat di RS
b) Diberikan antibiotika : Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari.
c) Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk UK kurang
dari 35 minggu) : Deksametason 5 mg setiap 6 jam.
d) Observasi di kamar bersalin :
 Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang obstetri.
 Dilakukan observasi temperatur rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
terjadi peningkatan temperatur rektal lebih atau sama dengan 37,6° C,
segera dilakukan terminasi.
e) Di ruang Obstetri :
 Temperatur rektal diperiksa setiap 6 jam.
 Dikerjakan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju endap darah
(LED) setiap 3 hari
f) Tata cara perawatan konservatif :
 Dilakukan sampai janin viable
 Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam
 Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk
menilai air ketuban:
• Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan.
• Bila air ketuban kurang (oligohidramnion), dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan.
 Pada perawatan konservatif, pasen dipulangkan pada hari ke-7 dengan
saran sebagai berikut :
• tidak boleh koitus.
• tidak boleh melakukan manipulasi vagina.
• segera kembali ke RS bila ada keluar air ketuban lagi
 Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan
melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis atau
peningkatan LED, lakukan terminasi.

2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit /
banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudahkering
3) Riwayat haid
Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4) Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
5) Riwayat Obstetri
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
7) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic
seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
8) Kebiasaan sehari -hari
a) Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b) Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.
d) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah
e) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di
anjurkan untuk bedresh total
f) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
9) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu
b) Head To Toe
 Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi /
lecet
 Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah
palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak,
apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya
ibu hamil konjungtiva anemis
 Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen /
tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak,
bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak
 Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah
terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak
 Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab
atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih /
tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada
umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil
mengalami penurunan kalsium
 Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
 Paru - paru
Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan
kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya
Palpasi : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba
pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak
antara kiri dan kanan Perkusi : bunyi Paru Auskultasi : suara nafas
 Jantung
Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah
terlihat / tidak
Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula Perkusi : bunyi jantung
Auskultasi : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
 Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk
PAP / belum P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
 Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola,
kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI
/belum
 Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema /
tidak
Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
 Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak
pada daerah genitalia klien
Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak

b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko infeksi
2) Ansietas
3) Defisiensi Pengetahuan
c. Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC:
 Immune Status  Infection Control
 Knowledge : Pertahankan teknik aseptif
Infection control  Bersihkan kamar setelah dipakai
 Risk control pasien lain
Setelah dilakukan  Batasi pengunjung bila perlu
tindakan keperawatan  Intruksikan pengunjung untuk cuci
selama…… pasien tidak tangan saat berkunjung dan setelah
mengalami infeksi berkunjung meninggalkan pasien
dengan kriteria hasil:  Gunakan sabun anti mokroba untuk
 Klien bebas dari tanda cuci tangan
dan gejala infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan
 Menunjukkan sesudah tindakan keperawatan
kemampuan untuk  Gunakan baju, sarung tangan
mencegah timbulnya sebagai alat pelindung
infeksi  Pertahankan lingkungan aseptic
 Jumlah leukosit dalam selama melakukan tindakan
batas normal  Ganti letak IV perifer dan dressing
 Menunjukkan sesuai dengan petunjuk umum
perilaku hidup sehat  Gunakan kateter intermiten untuk
 Status imun, menurunkan infeksi kandung
gastrointestinal, kencing
genitourinaria dalam  Tingkatkan intake nutrisi
batas normal  Berikan terapi antibiotik:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
Ansietas NOC : NIC :
 Anxiety self control Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety level kecemasan)
 Coping  Gunakan pendekatan yang
Kriteria hasil : menenangkan
 Klien mampu  Nyatakan dengan jelas harapan
mengidentifikasi dan terhadap prilaku pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dana pa
cemas yang dirasakan selama prosedur
 Mengidentifikasi,  Pahami persepektif pasien terhadap
mengungkapkan dan situasi stress
menunjukan tehnik  Temani pasien untuk memberikan
untuk mengontrol keamanan dan mengurangi takut
cemas  Dorong keluarga untuk menemani
 Vital sign dalam batas anak
normal  Lakukan neck/ back rub
 Postur tubuh, ekspresi  Dengarkan dengan penuh perhatian
wajah, Bahasa tubuh  Identifikasi tingkat kecemasan
dan tingkat aktivitas  Bantu pasien untuk mengenal situasi
menunjukan yang menimbulkan kecemasan
berkurangnya  Dorong keluarga untuk
kecemasan mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Intruksikan pasien menggunakan
tehnik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
Defisiensi pengetahuan NOC: NOC :
 Knowledge : disease  Berikan penilaian tepat tentang
process tingkat pengetahuan pasien tentang
 Knowledge : health proses penyakit yang spesifik
behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Kriteria hasil : dan bagaimana hal ini berhubungan
 Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi,
menyatakan paham dengan cara yang tepat.
tentang penyakit,  Gambarkan tanda dan gejala yang
kondisi, prognosis, dan biasa muncul pada penyakit, dengan
program pengobatan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga  Gambarkan proses penyakit, dengan
mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang  Identifikasi kemungkinan penyebab,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga  Sediakan informasi pada pasien
mampu menjelaskan tentang kondisi, dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan  Hindari jaminan yang tepat
perawatan/tim  Sediakan bagi keluarga informasi
kesehatan lainnya tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan dating dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas local dengan cara yang
tepat
 Intruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J.(2006). Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
(2001).Williams Obstetrics. 21 St Edition. 1647-1649.
Devlieger R, Millar LK, Bryant G, Lewi L, Deprest JA. (2006). Fetal Membrane Healing
After Spontaneous And Iatrogenic Membrane Rupture: A Review Of Current
Evidence. American Journal Of Obstetrics And Gynecology. 195, 1512–20
Kusuma, J. (2011). Ketuban Pecah Dini, Dan Peranan Amniopatch Dalam Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini Preterm. Denpasar: FK UNUD
Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Obstetri, Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Salemba
Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (1997). Ilmu Kebidanan, Edisi III, Penerbit Yayasan Bina Pustaka :
Jakarta.
Saefuddin, Abdul Bari, (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal, Jakarta : YBP-SP,
Sastrawinata, Suliman. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2, FKUP
: Jakarta.
Sualman K. (2009). Penatalaksanaan Ketubanpecah Dini Pada Kehamilan Preterm.
Universitas Riau, Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai