Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN NY.

W,
SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DAN LETAK LINTANG
DI RUANG GII OBSGYN RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

AGNES TODING LAYUK


2004068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA 2021HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ketuban pecah dini Diruang Galilea II Obsgyn


Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klink

Yogyakarta, Aprilt 2021

Mengetahui,

Preceptor klinik preceptor akademik

Maddalena Indartiningsih AMD.Kep. Okta Damar


BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medik
1. Definisi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selabut ketuban sebelum ada tanda-
tanda persalinan ( Sukami & Wahyu, 2013)
2. Etiologi
Etiologi ketuban pecah dini belum di ketahui secara pasti. Faktor predisposisi
ketuban pecah dini menurut sukarni (2013) adalah sebagai berikut:
a. Serviks inkompeten
b. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia)
c. Overdistensi uterus(hodramion, kelhamilan ganda)
d. Malposisi atau malpresentase jani (Letak lintang, sungsang)
e. Trauma
f. Ketegangan intra uteri
g. Usia kehamilan

3. Anatomi Fisiologi

a. Selaput ketuban atau amniokorium

Selaput ketuban terdiri atas dua lapisan besar, amnion dan korion. Amnion

adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan langsung dengan

cairan amnion (Likuor Amni). Amnion sendiri merupakan jaringan yang

menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin. Sehingga,

pembentukan komponen-komponen amnion yang mencegah ruptur atay robekan

sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Pada uji kekuatan peregangan,

resistensi terhadapat robekan dan ruptur, didapatkan bahwa lapisan desidua dan

korion laeve sudah robek terlebih dahulu daripada amnion. Selain itu, daya

regang amnion hampir seluruhnya terletak pada lapisan kompak, yang terdiri

dari kolagen interstitium tipe I, III, V dan VI (dalam jumlah lebih sedikit) yang

saling berikatan. Fungsi dari selaput ketuban adalah sebagai pembungkus

ketuban dan menutupi pembukaan dorsal janin (Cunningham, et al, 2009).


Sedangkan korion merupakan membran eksternal yang berwarna putih dan

terbentyj dari vili-vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis.

Korion akan berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus.

Amnion dan korion mulai berkembang dan akan tumbuh terus sampai kira-kira

28 minggu.

Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan karion yang berfungsi

sebagai, antara lain :

1) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.

2) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat

menyebabkan mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui

darah ibu ke janin.

3) Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk

sementara

4) Memungkinkan janin bergerak bebas, membantu sistem pencernaan janin,

sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernafasan janin agar

berkembang dengan baik

5) Menjadi incubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di

sekitar janin

b. Cairan ketuban (Likuor Amni)

Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongaa amnion yang diliputi oleh

selaput janin. Rongga amnion sendiri mulai terbentuk pada hari ke 10-20 setelah

pembuahan. Cairan ini akan menumpuk di dalam rongga amnion yang

jumlahnya meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan sampai

menjelang aterm, di mana terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak

kehamilan normal. Volume air ketuban bertambah banyak dengan makin tuanya
usia kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minggu volumenya ± 50ml, pada usia

20 minggu antara 350-400ml, dan pada saat usia kehamilan mencapai 36-38

minggu kira-kira 1000ml. selanjutnya volumenya menjadi berkurang pada

kehamilan posterm, tidak jarang mencapai kurang dari 500ml. Air ketuban

berwarna putih agak keruh dan berbau khas amis dan agak manis. Cairan ini

mempunyai berat jenis 1,008 yang akan menurun sering bertambahnya usia

kehamilan. Air ketuban terdiri atas 98% air, sisanya terdiri atas garam anorganik

serta bahan organik dan bila diteliti benar terdapat rambut lanogo (rambut halus

berasal dari bayi), sel-sel epitel dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit

bayi). Protein ditemukan rata-rata 2,6 % gram per liter, sebagian besar sebagai

albumin.

Fungsi dari cairan ketuban

1) Melindungi janin terhadap trauma dari luar.

2) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas.

3) Melindungi suhu tubuh janin.

4) Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka.

5) Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan cairan yang steril dan

mempengaruhi keadaan didalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami

infeksi.
Patoflow diagram Etiologi teori yang mendukung perdarahan

Kehamilan (37 -42 minggu)

Tanda tanda inparto

Proses persalinan

Kala I kala II Kala III kala IV

(observasi)

Kontraksi partus pengeluaran plasenta lemas

Uterus tekanan mekanik

Presentasi pelepasan plasenta post partum

Nyeri persalinan kelelahan trauma jaringan laserasi nyeri Kekurangan volume


persalinan cairan
Resiko infeksi
4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban

merembes melalui vagina, aroma ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris

warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering kerana tersu diproduksi sampai

kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah

biasanya mengganjal. Kebocoran untuk sementara, demam, bercak vagina yang banyak,

nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda infeksi yang terjadi

(Nugroho, 2012).

5. Komplikasi ketuban Pecah dini

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.

Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena

kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan

normal (Mochtar, 2011). Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera

disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm

90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28- 34 minggu

50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi

dalam 1 minggu (Mochtar, 2011). Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban

pecah dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,

pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.

Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara

umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya

periode laten (Mochtar, 2011).

Pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan

derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta

hipoplasi pulmonal (Mochtar, 2011). Adapun pendapat yang lain (Mochtar, 2011):

1. Definisi letak lintang

Letak lintang adalah Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang

didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi

yang lain ( Marisah dkk, 2010)

2. Etiliologi

Menurut sukrisno (2010)penyebab terjadinya letak lintang adalah

a. Multipara yang disertai dengan dinding uterus dan perut yang lembek

b. Fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD

c. Hidrocepalus

d. Pertumbuhan janin terhambat atau janin mati

e. Kehamilan premature

f. Kehamilan kembar

3. Patofisiologi

Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih ke

depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan

lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang. Dalam persalinan terjadi dari

posisi logitudinal semula dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa

iliaka Diagnosis letak lintang (Harry Oxorn William R. Forte. 2010)

4. Klasifikasi letak lintang

Klasifikasi letak lintang menurut (Mochtar, 2012) dapat dibagi menjadi 2 macam, yang

dibagi berdasarkan :

1) Letak kepala

a) Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu

b) Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.


2) Letak Punggung

a) Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso – anterior.

b) Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior.

c) Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorsosuperior

d) Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorsoinferior.

5. Komplikasi Letak lintang

Oleh karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban cenderung pecah dan

dapat disertai menumbungnya tangan janin atau tali pusat. Keduanya merupakan

komplikasi gawat dan memerlukan tindakan segera (Harry Oxorn William R.

Forte. 2010:

6. Prognosis letak lintang

Menurut Mochtar Rustam ( 2012: 370) prognosa letak lintang bagi ibu dan janin

adalah :

a. Bagi Ibu adalah :

1) Rupture uteri

2) Partus lama

3) Ketuban Pecah Dini

4) Infeksi Intrapartum

b. Bagi Janin adalah Angka kematian tinggi 25 – 40 %, disebabkan karena :

1) Prolapsus funiculi

2) Trauma Partus

3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus 24

4) Ketuban pecah dini

7. Penanganan letak Lintang

a. Sewaktu Hamil Usahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi

luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada
tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab

dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan

memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan

untuk menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan

untuk menilai letak janin.

b. Sewaktu Partus Pada permulaan persalinan masih diusahakan mengubah letak

lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari

4 cm dan ketuban belum pecah atau utuh, umur kehamilan 36 sampai 38

minggu, bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP,

dan bayi dapat lahir pervagina.

c. Seksio sesaria

Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di

atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh

(Prawiroharjo, 2009)

1) Indikasi Section caesare

Indikasi section caesari adalah sebagai berikut (Rasjidi , 2009)

a) Indikasi ibu

Panggul sempit absolut, tumor yang menyebabkan obstruksi jalan lahir

Plasenta previa, ruptue uteri

b) Indikasi janin

Kelainan letak, gawat janin, ukuran janin

c) Indikasi ibu dan janin

Kehamilan kembar, preeklamsi dan ekkalmsi


B. Konsep keperawatan

1. Pengkajian

a. Idenntitas atau biodata klien

b. Keluhan utama

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

2) Riwayat kesehatan sekarang

3) Riwayat kesehatan keluarga

d. Pola fungsi kesehatan (pola Gordon)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan mungkin akan muncul pada kasus ketuban pecah dini

(KPD ) adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

b. Resiko infeksi dengan faktor resiko invansi bakteri patogen

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi

d. Defisit pengetahuan tentang patologi obsteri berhubungan dengan kurang

informasi

e. Resiko kerusakan integritas kulit jaringan dengan faktor resiko efek prosedur

invasive

f. Resiko perdarahan dengan Komplikasi pasca partum (misal atoni uterus, retensi

plasenta dan tindakan pembedahan.


3. Perencanaan keperawatan

n DK MK Tujuan & kriteria Tindakan keperawatan


o
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah
 Identifikasi
agen cidera fisik dilakukan
lokasi,
tindakan karakteristik,
keperawatan durasi,
selama 3x 24 frekuensi,
kualitas,
jam diharapkan intensitas nyeri
keluhan nyeri  Identifikasi
menurun dengan skala nyeri
 Identifikasi
kriteria hasil :
respon nyeri
1. Kemampuan non verbal
aktivitas  Berikan
teknik
meningkat
nonfarmakolog
2. Keluhan is untuk
nyeri mengurangi
rasa nyeri
menurun
 Jelaskan
3. Kesulitan penyebab,
tidur periode, dan
menurun pemicu nyeri
 Jelaskan
4. Uterus strategi
membulat meredakan
menurun nyeri
 Ajarkan teknik
5. Perenium
nonfarmakolog
terasa is untuk
tertekan mengurangi
rasa nyeri
menurun
6. Tanda- tanda
vital
membaik
2 Resiko infeksi dengan faktor Infeksi tidak 1. Observasi ulang
resiko invansi bakteri patogen terjadi pada ibu
kondisi/faktor
maupun janin risiko yang ada
1. Kriteria Hasil
sebelumnya. Catat
2. Tidak terjadi
waktu pecahnya
gejala infeksi
3. Suhu dalam ketuban
batas normal
2. Kaji tanda dan
(36,5 –
gejala infeksi
37,5oC)
4. Vital sign (misalnya
dalam batas
peningkatan suhu,
normal (TD
nadi cepat,
90 – 130/60
– 90mmHg, peningkatan sel
Nadi 60-
darah putih, atau
100x/menit,
bau/warna cairan
RR 12 –
24x/menit) vagina)
5. Pencapaian
3. Lakukan
tepat waktu
perawatan perineal
pada
pemulihan sedikitnya setiap 4
luka tanpa
jam bila ketuban
komplikasi
sudah pecah

4. Berikan informasi

kepada pasien dan

keluarga mengenai

kondisi dan

prognosisnya

5. Kolaborasi dengan

dokter untuk
pemberian terapi

farmakologi

maupun bedah

sesuai indikasi

6.
3 Ansietas berhubungan dengan 1. 1.
krisis situasi
4 d. Defisit pengetahuan
tentang patologi obsteri
berhubungan dengan kurang
informasi
5 g. Resiko kerusakan
1.

integritas kulit

jaringan dengan

faktor resiko efek

prosedur invasive

6 Resiko perdarahan dengan 1. 1.


Komplikasi pasca partum (misal
atoni uterus, retensi plasenta dan
tindakan pembedahan

4. DISCHARGE Planing

a. Edukasi klien cara perawatan payudarah dan penyimpan asi

b. Motivasi klien untuk komsumsi makanan tinggi kalori tinggiu protein

c. Ajarkan klien vulva hygiene

d. Ajarkan klien perawatan bayi di rumah

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar. 2012. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstretri: Obstetri

Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta. EGC

Nugroho,Taufan. (2012) Patologi kebidanan, Yogyakarta : Nuha Medika

Syaifuddin A.B (ed) 2010 Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: bina Pustaka

Sarwono (2009) Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sukarni, I., & Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus

Risiko Tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika

Sukarni, I. K., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :

Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai