Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem


1.1. Lapisan-lapisan Selaput Ketuban

1.1.1 AMNION : membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi


korion. Selaput ini menutup pars fetal plasenta dan talipusat. Kantung
amnion berisi cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut.
Histologi : Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan
1. Lapisan seluler
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
5. Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan
lapisan seluler korion
1.1.2 KORION : membran bagian paling luar dan menempel pada dinding
uterus serta menempel pada tepi plasenta.
Histologi Korion : terdiri dari 4 lapisan
1. Lapisan seluler
2. Lapisan retikuler padat
3. Pseudo-basement membrane
4. Trofoblas

1.2 CAIRAN AMNION


Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 )
Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan
36 – 38 minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan
penurunan berlanjut terus sampai kehamilan postmatur.
1.2.1 Komposisi :
1. Air ( 98 – 99% )
2. Karbohidrat (glukosa dan fruktora), protein (albumin dan
globulin), lemak, hormon (sterogen dan progesteron) , enzym
(alkali fosfatase)
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain (vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang
terkelupas dan mekonium)
1.2.2 Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa bersirkulasi dengan
kecepatan 500 ml setiap jamnya.

1.2.3 Asal :

a. Janin ( produksi utama )

1. Sekresi aktif dari epiteo amnion


2. Transudasi sirkulasi janin
3. Air seni janin
b. Maternal

Transudasi dari sirkulasi maternal. Cairan amnion diabsorbsi


melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui
gastrointestinal janin (proses menelan pada janin).

1.2.4 Fungsi :

Selama kehamilan :
1. Melindungi janin terhadap trauma

2. Medium bagi gerakan janin

3. Mempertahankan suhu tubuh janin

4. Sumber nutrisi janin

5. Medium eksresi janin

Selama persalinan :
1. “Fore water” ( cairan ketuban yang berada di depan bagian
terendah janin ) membantu proses dilatasi servik.
2. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.

1.3 Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris


Di dalam amnio diliputi oleh sebagian selaput janin terdiri dari
lapisan selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat
air ketuban (liquor amnii).
Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna
agak keruh serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan
ini dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri
atas garam anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat
rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata-
rata 2,6% perliter,sebagian besar sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan
empedu).
Air ketuban (liquor amni) makin banyak menarik perhatian untuk
pembuatan diagnosis mengenai kelainan atau keadaan janin misalnya jenis
kelamin janin, golongan darah A, B, AB, dan O, janin dalam rhesus
isoimunisasi , apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam kelainan
genetic dan lain-lain.
Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di
dalam air ketuban dengan melakukan fungsi kedalam ruang ketuban rahim
melalui dinding depan perut untuk memperoleh sampel cairan ketuban
(amniocentesis). Dewasa ini lebih sering dilaksanakan melalui perut
(transabdominal). Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga 16
dengan ultra sonografi ditentukan letak plasenta, untuk menghindari
plasenta ditembus.
Fungsi melalui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan
pencemaran liquor amnii oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan
sitotrauma pada janin. Amniocentesis hendaknya hanya dikerjakan bila ada
indikasi yang tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
a. Melindungi janin terhadap trauma luar
b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi suhu tubuh janin
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks
membuka.
e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan
akan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak
mengalami infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing.
1.4 Fisiologi selaput ketuban
Amnion normal mempunyai tebal 0,02 sampai 0,5 mm. Amnion
manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7
atau ke-8 perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang
menjadi sebuah kantong kecil yang menutupi permukaan dorsal embrio.
Ketika amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini meliputi
embrio yang sedang berkembang yang akan prolaps kedalam rongganya.
Distensi kantong amnion akhirnya mengakibatkan kantong tersebut
menempel dengan bagian didalam ketuban (interior korion) dan dekat akhir
trimester pertama mengakibatkan menghilangnya alat tubuh atau rongga
karena penyakit (obliterasi), amnion dan korion. Walaupun sedikit
menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan
dengan mudah, bahkan pada waktu attern.

2. Konsep Ketuban Pecah Dini


2.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput
amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan
atau tanpa kontraksi. (mitayani,2011.buku keperawatan maternitas,hal:74)
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktu nya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhirnya kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. (sujiyati,2009,asuhan patologi
kebidanan,hal:13)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin
sebelum proses persalinan dimulai. pada usia kurang dari 37 minggu. (errol
norwiz,dan john,obstetric dan ginekologi ,2007 ,hal:56)
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalah Ketuban pecah dini
adalah pecah/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan,dan
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu,dengan kontraksi atau tanpa
kontraksi.

2.2. Etiologi
2.2.1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.

2.2.2 Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).

2.2.3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma
oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya
KPD karena biasanya disertai infeksi.

2.2.4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian


terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

2.2.5. Keadaan sosial ekonomi

2.2.6. Faktor lain

a. Faktor golongan darah


b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan
kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
f. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang
kuat daripada ibu muda
g. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini
(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
2.3. Tanda dan gejala (manifestasi klinik)
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.tetapi bila anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal
“atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.(buku
asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:14)

2.4. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.
Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang
dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih
lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya
menyebabkan kontraksi miometrium .
Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas
monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin
dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi .
Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .
Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan
kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa
infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri
atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini. Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin
B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag ,
nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifaktor plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin , potensial , potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.
(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
2.5. Patway (diagram)
2.6. Komplikasi
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
b. Partus preterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram
c. Prolap Tali pusat (Tali pusat menumbung)
d. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan
menyebabkan dry labour atau persalinan kering
(Buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)

2.7. Penatalaksanaan
2.7.1 Keperawatan
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5
hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-
tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi
atau gawat janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
2.7.2 Medis
a. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis
tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat
janin maka lakukan terminasi kehamilan.
b. Induksi atau akselerasi persalinan.
c. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
d. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus
berat ditemukan.

2.8. Pemeriksaan diagnostik


a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b. Golongan darah dan faktor Rh
c. Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US) : menentukan maturitas
janin
d. Tes ferning dan kertas nitrazine:memastikan pecah ketuban
e. Ultrasonografi : menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung
janin dan lokasi plasenta.
f. Pelvimetri : identifikasi posisi janin

3. Rencana asuhan klien dengan Ketuban Pecah Dini


3.1. Pengkajian
3.1.1 Identitas ibu
3.1.2 Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan dahulu :
1. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan
amnion
2. Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
3. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus
4. Selaput amnion yang lemah/tipis
5. Posisi fetus tidak normal
6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang
serviks yang pendek
7. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi
nutrisi.

3.1.3 Pemeriksaan fisik


a. Kepala dan leher
1. Mata perlu diperiksa dibagian sklera,konjungtiva
2. Hidung ,ada atau tidaknya pembengkakan konka nasalis.
Ada /tidaknya hipersekresi mukosa
3. Mulut :gigi karies/tidak, mukosa mulut kering dan warna
mukosa gigi,
4. Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB dan tiroid
b. Dada
1. Troraks
-Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernapasan
torakaabdominal dan tidak ada retraksi dinding dada.
Frekuensi pernapasan normal.
- Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan
- Auskultasi: terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi
napas normal vesikuler
2. Abdomen
- Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea
- Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih
penuh/tidak
- Auskultasi: DJJ ada/tidak.
c. Genitalia
1. Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA
(Red,Edema,discharge,approxiamately); pengeluaran air
ketuban (jumlah, warna, bau dan lendir merah muda
kecoklatan .
2. Palpasi :pembukaan serviks(0-4)
3. Ekstrimitas :edema ,varises ada/tidak.

4. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


4.1 Nyeri Persalinan berhubungan dengan dilatasi serviks
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri persalinan berhubungan NOC : NIC :


dengan dilatasi serviks 1. Pain Level, Pain Management (Manajemen Nyeri)
2. pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
DS: 3. comfort level komprehensif dan lakukan pemantauan
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tindakan uterus
DO: keperawatan selama …. jam 2. Ajarkan tehnik pernapasan
- Posisi untuk menahan nyeri Pasien mampu beradaptasi 3. Lakukan masase punggung
- Tingkah laku berhati-hati dengan baik, dengan kriteria 4. Anjurkan untuk memberi air hangat untuk
- Gangguan tidur (mata sayu, hasil: mengompres pinggang
tampak capek, sulit atau 1. Mampu mengontrol nyeri 5. Anjurkan pasien untuk banyak berdoa dan
gerakan kacau, menyeringai) (tahu penyebab nyeri, ajarkan doa melahirkan
- Terfokus pada diri sendiri mampu menggunakan 6. Anjurkan pasien posisi miring kiri
- Fokus menyempit (penurunan tehnik nonfarmakologi
persepsi waktu, kerusakan untuk mengurangi nyeri,
proses berpikir, penurunan mencari bantuan)
interaksi dengan orang dan 2. Melaporkan bahwa nyeri
lingkungan) berkurang dengan
- Respon autonom (seperti menggunakan manajemen
diaphoresis, perubahan tekanan nyeri
darah, perubahan nafas, nadi 3. Melaporkan rasa nyaman
dan dilatasi pupil) setelah nyeri berkurang
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh
: gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
4.2 Risiko infeksi

(factor resiko: infeksi intra partum, infeksi uterus berat, gawat janin)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


1. Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
Faktor-faktor risiko : 2. Knowledge : Infection 1. Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif control 2. Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan 3. Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
peningkatan paparan tindakan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan tindakan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Malnutrisi keperawatan selama…x 24 jam pelindung
- Peningkatan paparan diharapkan infeksi tidak terjadi 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
lingkungan patogen dengan kriteria hasil: dengan petunjuk umum
- Imonusupresi 6. Gunakan kateter intermiten untuk
- Tidak adekuat pertahanan 1. Klien bebas dari tanda menurunkan infeksi kandung kencing
sekunder (penurunan Hb, dan gejala infeksi 7. Tingkatkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan respon 2. Menunjukkan 8. Berikan terapi
inflamasi) kemampuan untuk antibiotik:.................................
- Penyakit kronik mencegah timbulnya 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
- Imunosupresi infeksi dan lokal
- Malnutrisi 3. Jumlah leukosit dalam 10. Pertahankan teknik isolasi k/p
- Pertahan primer tidak adekuat batas normal 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa
(kerusakan kulit, trauma 4. Menunjukkan perilaku terhadap kemerahan, panas, drainase
jaringan, gangguan peristaltik) hidup sehat 12. Monitor adanya luka
5. Status imun, 13. Dorong masukan cairan
gastrointestinal, 14. Dorong istirahat
genitourinaria dalam 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
batas normal gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
4.3 Ansietas berhubungan dengan Perubahan dalam status kesehatan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :


1. Anxiety Level
Faktor keturunan, Krisis Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
2. Anxiety self Control
situasional, Stress, perubahan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
status kesehatan, ancaman Setelah dilakukan tindakan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
kematian, perubahan konsep diri, keperawatan selama .. x 24 jam pelaku pasien
kurang pengetahuan dan klien tidak mengalami ansietas 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
hospitalisasi dgn kriteria hasil: dirasakan selama prosedur
1. Klien mampu 4. Temani pasien untuk memberikan
mengidentifikasi dan keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala 5. Berikan informasi faktual mengenai
DO/DS: cemas diagnosis, tindakan prognosis
2. Mengidentifikasi, 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi
- Insomnia
mengungkapkan dan klien
- Kontak mata kurang
menunjukkan tehnik untuk 7. Instruksikan pada pasien untuk
- Kurang istirahat
mengontol cemas menggunakan tehnik relaksasi
- Berfokus pada diri sendiri
3. Vital sign dalam batas 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Iritabilitas
normal 9. Identifikasi tingkat kecemasan
- Takut
4. Postur tubuh, ekspresi 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
- Nyeri perut
wajah, bahasa tubuh dan menimbulkan kecemasan
- Penurunan TD dan denyut nadi
tingkat aktivitas 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur menunjukkan perasaan, ketakutan, persepsi
berkurangnya kecemasan 12. Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut nadi,
RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
4.4 Nyeri akut b.d agen injury (fisik)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, 1. Pain Level, Pain Management (Manajemen Nyeri)
psikologis), kerusakan jaringan 2. pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
3. comfort level komprehensif termasuk lokasi,
DS: Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Laporan secara verbal keperawatan selama …x24 jam dan faktor presipitasi
DO: diharapkan nyeri teratasi, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Posisi untuk menahan nyeri dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
- Tingkah laku berhati-hati 1. Mampu mengontrol nyeri 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
- Gangguan tidur (mata sayu, (tahu penyebab nyeri, dan menemukan dukungan
tampak capek, sulit atau mampu menggunakan 4. Kontrol lingkungan yang dapat
gerakan kacau, menyeringai) tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
- Terfokus pada diri sendiri untuk mengurangi nyeri, pencahayaan dan kebisingan
- Fokus menyempit (penurunan mencari bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
persepsi waktu, kerusakan 2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
proses berpikir, penurunan berkurang dengan menentukan intervensi
interaksi dengan orang dan menggunakan manajemen 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
lingkungan) nyeri napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
- Tingkah laku distraksi, contoh : 3. Mampu mengenali nyeri hangat/ dingin
jalan-jalan, menemui orang lain (skala, intensitas, 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
dan/atau aktivitas, aktivitas frekuensi dan tanda nyeri) ……...
berulang-ulang) 4. Menyatakan rasa nyaman 9. Tingkatkan istirahat
- Respon autonom (seperti setelah nyeri berkurang 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
diaphoresis, perubahan tekanan 5. Tanda vital dalam rentang penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
darah, perubahan nafas, nadi normal berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dan dilatasi pupil) 6. Tidak mengalami dari prosedur
- Perubahan autonomic dalam gangguan tidur 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
tonus otot (mungkin dalam pemberian analgesik pertama kali
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh
: gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum

DAFTAR PUSTAKA

Errol norwiz,2011,anatomi dan fisiologi.Jakarta : EGC

Geri morgan ,2009, Obstetri dan ginekologi panduan praktik, Jakarta EGC.

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011.Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification


(NOC). St. Louis: Mosby

Mitayani ,2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta : Salemba Medika

Nanda International, Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification 2009-2011


Sujiyati ,2008, Asuhan patologi kebidanan, Jakarta ; Numed.
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban-
pecah-dini.html

Wilkinson. J. M dan Ahern.N.R . (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,


Edisi 9. Penerbit buku kedokteran : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG VK BERSALIN
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TANGGAL 15 JUNI S/D 17 JUNI 2017

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu


Program Profesi Ners
Stase Keperawatan Maternitas
OLEH :

BUDY MIHARJA, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2017

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG VK BERSALIN


RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TANGGAL 15 JUNI S/D 17 JUNI 2017
OLEH :

BUDY MIHARJA, S.Kep

Banjarmasin, Juni 2017

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preceptor Klinik

( AGUSTINA LESTARI, S.Kep.,Ns ) ( SITI RUSMALINA, S. Kep., Ns )

Anda mungkin juga menyukai