1.2.3 Asal :
1.2.4 Fungsi :
Selama kehamilan :
1. Melindungi janin terhadap trauma
Selama persalinan :
1. “Fore water” ( cairan ketuban yang berada di depan bagian
terendah janin ) membantu proses dilatasi servik.
2. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.
2.2. Etiologi
2.2.1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2.2.2 Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
2.2.3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma
oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya
KPD karena biasanya disertai infeksi.
2.4. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.
Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang
dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih
lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya
menyebabkan kontraksi miometrium .
Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas
monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin
dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi .
Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .
Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan
kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa
infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri
atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini. Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin
B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag ,
nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifaktor plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin , potensial , potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.
(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
2.5. Patway (diagram)
2.6. Komplikasi
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
b. Partus preterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram
c. Prolap Tali pusat (Tali pusat menumbung)
d. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan
menyebabkan dry labour atau persalinan kering
(Buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)
2.7. Penatalaksanaan
2.7.1 Keperawatan
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5
hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-
tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi
atau gawat janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
2.7.2 Medis
a. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis
tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat
janin maka lakukan terminasi kehamilan.
b. Induksi atau akselerasi persalinan.
c. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
d. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus
berat ditemukan.
(factor resiko: infeksi intra partum, infeksi uterus berat, gawat janin)
DAFTAR PUSTAKA
Geri morgan ,2009, Obstetri dan ginekologi panduan praktik, Jakarta EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG VK BERSALIN
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TANGGAL 15 JUNI S/D 17 JUNI 2017
TAHUN 2017
Mengetahui,