Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Ketuban


Air Ketuban merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat,bagian dalam selaput
berhubungan dengan cairan yang merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ectoderm
(Sarwono prawirohardjo, 2009).

B. Fungsi Air Ketuban


1. Air Ketuban memiliki beberapa fungsi yang penting diantaranya :
2. Melindungi bayi dari trauma
3. Terjepitnya tali pusat
4. Menjaga kestabilan suhu dalam Rahim
5. Melindungi dari infeksi
6. Membuat bayi bisa bergerak sehingga otot- ototnya berkembang dengan baik serta
membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin
C. Macam-macam Kelainan Air Ketuban
1. Ketuban Pecah Dini / Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
a. Pengertian
Beberapa definisi dari ketuban pecah dini adalah sebagai berikut.
1) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah dini (KPD) atau
ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina
sebelum proses persalinan.
2) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membrane khorio-amniotik sebelum
onset persalinan atau disebut juga premature rupture of membrane/prelabour
rupture of Membrane/PROM.
3) Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran khorio-amniotik
sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau di
sebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane/Preterem Prelabour Rupture
Of Membrane/PPROM.
b. Etiologi
Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. faktor yang
berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD adalah sebagai berikut.
1) Fisiologi selaput amnion/ ketuban yang abnormal.
2) Inkompetensi serviks.
3) Infeksi vagina/serviks.
4) Kehamilan ganda.
5) Polihidramion.
6) Trauma.
7) Distensi uteri.
8) Stress maternal.
9) Stress fetal.
10) Infeksi.
11) Serviks yang pendek.
12) Prosedur medis.
c. Diagnosa
1) Secara klinik
Diagnosa ketuban pecah dini tidak sulit dibuat anamnesis. pada klien dengan
keluarnya air seperti urine dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai
bahwa hal tersebut mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul
tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a) Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak
putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi akan tercium
bau.
b) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat
cairan ketuban pada forniks posterior.
c) USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion.
d) Terdapat infeksi genital (sistemik).
e) Gejala chorioamnionitis
2) Maternal
Demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau,
leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA)
meningkat, kultur darah/urine.
3) Fetal
Takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang.
4) Cairan amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa,
leukosit esterase (LEA) dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis maka angka
mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka respiratory distress, neonatal sepsis dan
pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar.
a) Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
b) Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion  7,0-7,5.
c) Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test.
Jadi biru (basa)            : air ketuban
Jadi merah (asam)       : air kencing
d. Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah sebagai berikut.
1) Komplikasi pada ibu
a) Insfeksi  intrapartal/dalam persalinan. Jika terjadi insfeksi dan kontraksi saat
ketuban pecah, dapat menyebabkan sespsis yang selanjutnya dapat
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.
b) Infeksi puerperalis/masa nifas.
c) Partus lama/dry labour.
d) Perdarahan postpartum.
e) Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC).
f) Morbiditas dan mortalitas maternal.
2) Komplikasi pada janin
a) Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan premature di antaranya
adalah respiratory distress syndrome. Hipotermia,gangan makan neonatus,
retinoathy of prematurity, perdarahan intraventrikular, necrotizing
enterocolitis. Gangguan otak  (dan resiko cerebral palsy). Hiperbilirubinemia,
anemia, sepsis.
b) Proplaps funiculli/ penurunan tali pusat.
c) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
Mengakibatkan kompresi tali pusat ,prolaps uteri, dry labour/ partus lama, skor
APGAR redah, ensefalopati, cerebral palsy, bperdarahan intracranial,gagal
ginjal.distres pernapasan.
d) Sindrom derformitas janin.
Terjadi akibat oligohidramnion. Di antaranya terjadi hipoplasia paru,deformitas
eksteremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).
e) Morbiditas dan mortalitas perinatal
e. Penatalaksanaan
Beberapa langkah dalam  penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut.
1) Konservatif
2) Rawat di rumah sakit
3) Berikan antibiotic (ampicillin 4x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan
ampicillin) dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 hari.
4) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, di rawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negative: beri dexametason, obsevasi tanda-tanda infeksi dan kesejateraan
keaadaan janin. terminasi pada kehamilan 37 minggu.
6) Jika kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), dexametason, dan induksi sesudah 24 jam.
7) Jika kehamilan 32-37 minggu, ada insfeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
8) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, dan tanda-tanda infeksi intara uterin.
9) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan seretoid, untuk memacu kematangan
pada janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan sepingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 g sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexametason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4x.
10) Aktif
a) Kehamilan >37, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio cesarae. Dapat
pula di berikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4x.
b) Bila tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan di
akhiri:
c) Bila skor pelvic <5 lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio cesarae.
d) Bila sekor pelvic >5 induksi persalinann, partus pervaginam.

2. POLIHIDRAMION
a. Pengertian
Polihidramion atau disebut juga dengan  hidramion adalah keadaan di mana air
ketuban melebihi 2.000 ml.Hidramnion Akut  adalah penambahan air ketuban secara
mendadak dan cepat dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang
agak muda, bulan ke -5 dan 6.Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban
secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bias
didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insiden hidramion adalah 1 % dari
semua kehamilan. Biggio dkk. (1999) melaporkan dari Alabama, insiden hidramion
1% di antara lebih dari 36.000 kehamilan.
b. Etiologi
Sampai  sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan
sistemsyaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa
terjadi karena :
1) Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat
bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin
dan cairan otak anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder
(vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode
pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang
mengakibatkan hidramnion.
2) Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh
usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bisa menelan
seperti pada atresia esofagus dan anensefalus.
Damato dkk. (1993) melaporkan bahwa  dari 105 wanita yang diteliti
cairan amnionnya, ditemukan hampir  65% dinyatakan hidramion. Ada 47 orang
hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan kongenital, diantara
kelainan gastrointestinal,system saraf pusat, toraks, skeletal, kelainan kromosom
(2 janin mempunyai trisomi 18-Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi
21-down syndrome),dan kelainan jantung: 19 orang wanita hamil
kembar.Hidramion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik,
hipotesis telah di buktikan bahwa salah satu fetus yang satu ini mengalami cardiac
hypertrophy dan produksi urine output yang meningkat
c. Diagnosis
1) Pada saat anamesis didapatkan hal-hal sebagai berikut:
a) Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa.
b) sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim
ibu hanya bisa bernafas bila berdiri tegak.
c) Nyeri ulu hati dan sianosis.
d) Nyeri perut karena tegangnya uterus.
e) Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra
mengalami obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan
normal.
2) Pada saat inspeksi didapatkan hal-hal berikut:
a) Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit
jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
b) Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya.
c) Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena
kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat
uterus yang terlalu besar.
3) Pada saat dilakukan palpasi didapatkan hal-hal berikut ini:
a) Perut tegang dan terdapat nyeri tekan.
b) Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya.
c) Bagian-bagian janin sukar dikenali
4) Pada saat auskultasi, denyut jantung janin sukar didengar.
5) Pemeriksaan penunjang;
a) Foto rontgen (bahaya radiasi).
b) Ultrasonografi (USG)
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila indek cairan amnion (ICA)
melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG.berdasarkan pada pemeriksaan
hidramnion terbagi menjadi berikut:
 Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-
11 cm dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus
yang terjadi.
 Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion
mencapai 12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
 Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang
dengan bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih
besar. Insiden sebesar 5% 

Usia gestasi Janin Plasenta Amnion Cairan (%)


(minggu) (gram) (gram) (ml)
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

d. Komplikasi
1) Ibu
a) Solusio plasenta
b) Atonia uteri
c) Perdarahan postpartum
d) Syok
e) Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar.
2) Janin
a) Kelainan congenital
b) Prematuritas
c) Prolapsus tali pusat
e. Penatalaksanaan
1) Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk melihat
penyebab dari keadaan tersebut.
2) Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan kemungkinan diabetes
estasional.
3) Bila etiologi tidak jelas, pemberian indomethacin dapat memberi manfaat bagi
50% kasus.
4) Pemeriksaan USG janin dilihat secara seksama untuk melihat adanya kelainan
ginjal janin.
5) Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang mengalami komplikasi
sindroma twin tranfusin terjadi polihidramnion pada kantung resipien dan harus
dilakukan amniosintesis berulang untuk mempertahankan kehamilan.

3. OLIGOHIDRAMNION
a. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal
yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion
bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau
kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41
minggu.
b. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa
keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan
obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis.
c. Tanda dan Gejala
1) Perut ibu kelihatan kurang membuncit.
2) Denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas.
3) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak.
4) Persalinan lebih lama dari biasanya.
5) Sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali.
6) Bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
7) Sering berakhir dengan partus prematurus.
d. Komplikasi
Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila terjadi kehamilan
muda akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin, bahkan bisa
terjadi foetus papyreceous, yaitu picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila
terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi cacat bawaan, cacat karena tekanan atau
kulit menjadi tebal dan kering. Selain itu, dapat mengakibatkan
kelainan musculoskeletal (sistem otot).
Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin yang kurang dari 24
minggu dapat mengakibatkan terjadinya hipoplasia paru-paru. Ada tiga kemungkinan
yang dapat terjadi, yaitu:
1) Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-paru
terhambat.
2) Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru.
3) Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada pertumbuhan
dan perkembangan paru-paru.
e. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik.
Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh
karena itu persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus
oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC adalah sebagai
berikut:
1) Indeks kantung amnion (ICA) 5cm atau kurang.
2) Deselarasi frekuensi detak jantung janin.
3) Kemungkinan aspirasi mekoneum pada kehamilan posterm
F. Kelainan Air Ketuban
G. Patofisiologi polyhidramnion adalah ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi
cairan amnion. Pada kehamilan tunggal normal, cairan amnion akan bertambah dengan
cepat sampai usia kehamilan 33 minggu, dan berkurang pada 38-42 minggu kehamilan.
Volume cairan amnion pada usia 22-39 minggu kehamilan rata-rata 630-817 ml, bila
volume lebih banyak dari 95 persentil maka dinyatakan polyhidramnion.
H. Produksi cairan amnion berasal dari produksi urin fetus, sekresi saluran
pernapasan fetus dan sekresi oral fetus. Reabsorbsi cairan melalui metode penelanan oleh
fetus, absorbsi intramembranosa, dan intravaskular. Fetus yang hampir mencapai masa
aterm memproduksi cairan amnion dalam bentuk urin antara 500–1200 ml dan menelan
antara 210–760 ml cairan amnion per hari. Dua mekanisme utama terjadinya
polyhidramnion adalah penurunan reabsorbsi cairan amnion dan peningkatan produksi
cairan amnion.
I. 1.Penurunan Reabsorbsi Cairan Amnion
J. Reabsorbsi cairan amnion bisa melalui berbagai mekanisme, namun penyebab
polyhidramnion utama adalah penurunan kemampuan fetus menelan cairan ketuban. Bila
terdapat kelainan traktus gastrointestinal, contohnya atresia duodenum, hal ini dapat
mengganggu proses reabsorbsi cairan amnion.
K. 2.Peningkatan Produksi Cairan Amnion
L. Peningkatan jumlah cairan amnion dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, paling umum
adalah karena peningkatan produksi urin dan sekresi cairan paru fetus. Diabetes
gestational yang tidak terkontrol berhubungan dengan fetal macrosomia dan
polyhidramnion tetapi patogenesisnya belum dipahami secara pasti. Satu penjelasan yang
mungkin adalah keadaan hiperglikemia pada fetus dapat meningkatan diuresis osmotik
yang pada akhirnya menyebabkan poliuria. Teori ini didukung oleh suatu bukti yang kuat
hubungan antara tingginya nilai glycosylated hemoglobin (HBA1c) pada kasus dengan
polyhidramnion.

Anda mungkin juga menyukai