Anda di halaman 1dari 10

BAB II

2.1 KONSEP KPSW

A. Definisi
Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan
(Manuaba,2010).
KPSW adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifudin,2012).
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu bila pembukaan primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Sarwono, 2015).

B. Anatomi Fisiologi
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 -1500 cc, Ciri-ciri
kimiawi: Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air,
sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan
garam anorganik.Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui
apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin
pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-
paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau
pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah
bercampur dengan mekonium.
 Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-
kira 350-500 cc.
 Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)

C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan, factor yang disebutkan
memiliki kaitan yaitu riwayat kelahiran premature, merokok, dan perdarahan selama
kehamilan. Beberapa faktor resiko:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dinding ketuban paling bawah
endapkan tekanan yang semakin tinggi.
2. Hidromnion (cairan ketuban berlebihan >2000cc)
3. RiwayaT KPD sebelumnya sebanyak 2 kali atau lebih.
4. Kelainan letak janin yaitu sungsang
5. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
6. Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses ebriogenesis sehingga
selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.
7. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10x
lebih besar.
8. Serviks (Leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
9. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah, misalnya
amnionitis atau kasioaminionitis dan infeksi genetalia.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Ahadiat (2014) manifestasi ketuban pecah sebelum waktunya adalah:
1. Keluar air ketuban warna keruh, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banhyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering.
4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban
sudah kering
5. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
6. Buyi jantung bisa tetap normal

E. Patofisologi
Mekanisme ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) menurut Manuaba (2009)
yaitu diawali dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak
kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks,
maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air ketuban.
Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
proteolitik dan kolegenase.

F. Pathway

KETUBAN PECAH SEBELUM


G. Pemeriksaan Penunjang
1. Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan kertas lakmus
cairan amnion memiliki PH 7,1 – 7, 3 hingga akan memberikan warna biru pada kertas
lakmus.
2. Ferning Test, untuk memastikan pecahnya ketuban dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis dimana akan menggambarkan cairan amnion membentuk seperti daun pakis
atau paku- pakuan.
3. Pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan adanya anemia dan infeksi
4. Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri
(oligohidromnion), penipisan serviks dan kardiografi ( usia gestasi, ukuran janin,
gerakan jantung janin dan kakuatan kontraksi).

H. Penatalaksanaan
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPSW dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
2. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat
terjamin.
3. Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin
tidak dapat diselamatkan.
4. Menghadapi KPSW, diperlukan KIM (Komunikasi, Informasi, Motivasi) terhadap ibu
dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
5. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan
peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
6. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam,
bila tidak terjadi his spontan.
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPSW dapat terjadi pada ibu dan janinnya.
1. Terhadap Janin Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan.
2. Terhadap Ibu Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum
apabila terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum dan tanda vital
d. Riwayat obstetric
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lender atau
tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairanatau
tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau
tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau
tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan
teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri
tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan
anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan
vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.
b. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya penyakit.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.
d. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Resiko tinggi Setelah dilakukan - Lakukan pemeriksaan - Pengulangan
infeksi maternal tindakan inspekulum, ulangi bila pemeriksaan vagina
keperawatan 3x24
berhubungan pola kontraksi atau berperan dalam insiden
jam diharapkan
dengan prosedur resiko infeksi klien perilaku ibu infeksi saluran asendens.
invasif, dapat ditangani menandakan kemajuan. - Mencegah pertumbuhan
dengan kriteria hasil:
pemeriksaan vagina - Gunakan teknik aseptic bakteri dan kontaminasi
- TTV dalam batas
berulang, dan normal selama pemeriksaan pada vagina.
rupture membrane - ibu vagina. - Menurunkan resiko
menyatakan
amniotic. - Anjurkan perawatan infeksi saluran asendens.
/menunjukan
bebas dari tanda- perineum setelah - Pada infeksi, cairan
tanda infeksi eliminasi setiap 4 jam amnion menjadi lebih
dan sesuai indikasi. kental dan kuning pekat
- Pantau dan gambarkan serta dapat terdeteksi
karakter cairan adanya bau yang kuat
amniotic. - Dalam 4 jam setelah
- Pantau suhu, nadi, membrane rupture,
pernapasan, dan sel insiden korioamnionitis
darah putih sesuai meningkat secara
indikasi. progresif sesuai dengan
- Tekankan pentingnya waktu yang ditunjukkan
mencuci tangan yang melalui TTV.
baik dan benar. - Mengurangi
perkembangan
mikroorganisme
Gangguan Setelah dilakukan - Pantau DJJ setiap 15- - Takikardi atau bradikardi
kerusakan tindakan 30 menit. janin adalah indikasi dari
keperawatan 3x24
pertukaran gas pada - Periksa DJJ dengan kemungkinan penurunan
jam diharapkan
janin berhubungan pertukaran gas pada segera bila terjadi yang mungkin perlu
janin kembali
dengan proses normal. dengan pecah ketuban dan intervensi
penyakit. kriteria hasil: periksa 15 menit - Mendeteksi distress janin
- klien
kemudian, observasi karena kolaps alveoli.
menunjukkan
perineum ibu untuk - Pada presentasi vertex,
DJJ dan
mendeteksi prolaps tali hipoksia yang lama
variabilitas
pusat. mengakibatkan caira
denyut per
- Perhatikan dan catat amnion berwarna seperti
denyut dalam
warna serta jumlah mekonium karena
batas normal.
cairan amnion dan rangsangan fagal yang
- Bebas dari efek-
waktu pecahnya merelaksasikan spingter
efek merugikan
ketuban anus janin.
dan hipoksi
- Catat perubahan DJJ - Mendeteksi beratnya
selama
selama kontraksi. hipoksia dan
persalinan.
Pantau aktivitas uterus kemungkinan penyebab
secara manual atau janin rentan terhadap
elektronik. Bicara pada potensi cedera selama
ibu atau pasangan dan persalinan karena
berikan informasi menurunnya kadar
tentang situasi tersebut. oksigen
- Siapkan untuk - Dengan penurunan
melahirkan dengan cara viabilitas mungkin
yang paling baik atau memerlukan kelahiran
dengan intervensi seksio caesarea untuk
bedah bila tidak terjadi mencegah cedera janin
perbaikan dan kematian karena
hipoksia.
Ansietas Setelah dilakukan - Tinjau proses penyakit - Memberikan
berhubungan tindakan dan harapan masa pengetahuan dasar
keperawatan 1x24
dengan situasi depan dimana klien dapat
jam diharapkan
kritis, ancaman kecemasan klien - Dorong periode membuat pilihan.
pada diri berkurang. dengan istirahat yang adekuat - Agar klien tidak merasa
kriteria hasil:
sendiri/janin dengan aktifitas jenuh dan mempercepat
- Menggunakan
terjadwal
teknik - Berikan pelayanan proses penyembuhan
pernapasan dan kesehatan mengenai - Agar klien mengerti
relaksasi yang
penyakit nya. dengan bahaya infeksi
efektif.
- Berpartisipasi - Jelaskan kepada klien dan penyakitnya
aktif dalam apa yg terjadi, berikan - Menunjukkan realitas
proses persalinan
kesempatan untuk situasi yang dapat
bertanya dan berikan membantu klien atau
jawaban yang terbuka orang terdekat menerima
dan jujur realitas dan mulai
menerima apa yang
terjadi.
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan - Bantu pasien dalam - Agar kebutuhan sehari –
b.d. kelemahan tindakan memenuhi kebutuhan hari klien dapat
keperawatan 3x24
fisik seharihari seminimal terpenuhi seperti
jam diharapkan
Aktivitas kembali mungkin. biasanya
sesuai kemampuan - Beri posisi nyaman - Agar klien merasa
pasien. dengan
- Anjurkan menghemat nyaman dan tenang
kriteria hasil:
- Pasien bisa energy hindari kegiatan - Kelelahan dapat
beraktivitas yang melelahkan. menyebabkan lama nya
seperti biasa
proses penyembuhan
klien,,jadi dengan
menghindari kegiatan
yang melelahkan dapat
membantu proses
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Adele. 2012. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. EGC: Jakarta

Mitayani. 2016. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta Pillitteri,

Manuaba,C., Manuaba, F.,& Manuaba.2018.Gawat Darurat Obstretri Ginekologi & Obstretri

Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan.Jakarta:EGC

Manuaba,C., Manuaba, F.,& Manuaba.2007.Pengantar Kuliah Obstretri.Jakarta:EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2017 . Ilmu Kebidanan .Jakarta . PT.Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai