A. Definisi
Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan
(Manuaba,2010).
KPSW adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifudin,2012).
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu bila pembukaan primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Sarwono, 2015).
B. Anatomi Fisiologi
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 -1500 cc, Ciri-ciri
kimiawi: Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air,
sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan
garam anorganik.Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui
apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin
pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-
paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau
pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah
bercampur dengan mekonium.
Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-
kira 350-500 cc.
Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)
C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan, factor yang disebutkan
memiliki kaitan yaitu riwayat kelahiran premature, merokok, dan perdarahan selama
kehamilan. Beberapa faktor resiko:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dinding ketuban paling bawah
endapkan tekanan yang semakin tinggi.
2. Hidromnion (cairan ketuban berlebihan >2000cc)
3. RiwayaT KPD sebelumnya sebanyak 2 kali atau lebih.
4. Kelainan letak janin yaitu sungsang
5. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
6. Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses ebriogenesis sehingga
selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.
7. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10x
lebih besar.
8. Serviks (Leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
9. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah, misalnya
amnionitis atau kasioaminionitis dan infeksi genetalia.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Ahadiat (2014) manifestasi ketuban pecah sebelum waktunya adalah:
1. Keluar air ketuban warna keruh, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banhyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering.
4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban
sudah kering
5. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
6. Buyi jantung bisa tetap normal
E. Patofisologi
Mekanisme ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) menurut Manuaba (2009)
yaitu diawali dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak
kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks,
maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air ketuban.
Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
proteolitik dan kolegenase.
F. Pathway
H. Penatalaksanaan
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPSW dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
2. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat
terjamin.
3. Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin
tidak dapat diselamatkan.
4. Menghadapi KPSW, diperlukan KIM (Komunikasi, Informasi, Motivasi) terhadap ibu
dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
5. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan
peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
6. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam,
bila tidak terjadi his spontan.
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPSW dapat terjadi pada ibu dan janinnya.
1. Terhadap Janin Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan.
2. Terhadap Ibu Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum
apabila terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan
vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.
b. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya penyakit.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.
d. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
3. Intervensi Keperawatan
Adele. 2012. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. EGC: Jakarta