Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Oleh :

Nama : Sheli Sulistia Ningsih


NIM : 22221098

Pembimbing : Nita Septarina, S.Kep., Ners.

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil ( Bobak, 2010).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir
ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’ yang artinya bayi
dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Vivian, 2011).

B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
Sebelum partus mulai kira-kira 1-2 minggu, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban, dan oksitosin drip yaitu pemberian
oksitosin menurut tetesan perinfus.
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya
kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida
sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti
oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang
di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah
kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang
diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke
atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500cc.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis post partum menurut Ambarwati. 2010 dapat dilihat dari
perubahan fisik ibu nifas antara lain: a. Involusi Uterus
1. Proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini
menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum
terjadi pada hari ke-2-3 hari.
2. Kontraksi Uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh
darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti..
3. After Pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3, After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan
gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri.
4. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari
stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochin.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak
menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah
permukaan dari pinggir luka.
5. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6. Lochia
Cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat
lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia Rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia Sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia Serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak kuning
cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochia Alba
5) Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
7. Serviks dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2
jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang
lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa,
pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
8. Perubahan pada Dinding Abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striac melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
9. Perubahan Sistem Urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretm sehingga terjadi
retensio urin. Penganih laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks
miksi menurun.
10. Perubahan Sistem Gastro Intestinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum
Penyebabnya karena penurunan tonus pencemaan, enema, kekakuan
perineum karena episiotomi, lascrasi. haemorroid dan takut jahitan lepas.
11. Perubahan pada Mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
12. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
13. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38ºC dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan
melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan
terkontaminasinya vagina.
14. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah nomal kembali pada sirkulasi
seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan
tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan akan
normal pada akhir minggu pertama.
15. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.
D. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009). perdarahan dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia
uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio
uteri
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab
perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta,
infeksi postpartum.

Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum,
vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi (Cunningham, 2006).
Menurut Prawirohardjo (2006) robekan jalan lahir atau ruptur perineum
sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan
mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan
perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar,
episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada
penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi (Cunningham, 2005).
b. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan
24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia
pada waktu persalinan dan postpartum (Mitayani, 2011).
E. Implementasi
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress,
atau dehidrasi.
b. Pemberian Cairan Intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan
darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
c. Pemberian Oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat Nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum (Hamilton, 1995).
F. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang mrenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala.
PATHWAY
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan 1) Untuk menentukan jenis skala
dengan involusi keperawatan 2 x 24 jam PQRST ( P : faktor penambah dan dan tempat terasa nyeri
uterus NOC: Nyeri berkurang pengurang nyeri, Q : kualitas atau 2) Sebagai salah satu dasar untuk

NO. Kriteria Hasil : T jenis nyeri, R : regio atau daerah yang memberikan tindakan atau asuhan
mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : keperawatan sesuai dengan
1. Klien mengatakan 5 waktu dan frekuensi ) . respon klien
nyeri berkurang a. Kaji faktor-faktor yang 3) Membantu klien rilaks dan
dengan skala nyeri 3- mempengaruhi reaksi klien mengurangi nyeri
4 terhadap nyeri 4) Beraktivitas sesuai kesenangan
2. Klien terlihat rileks, 5
b. Berikan posisi yang nyaman, tidak dapat mengalihkan perhatian
ekspresi wajah tidak
bising, ruangan terang dan tenang. klien dari rasa nyeri
tegang, klien bisa
c. Biarkan klien melakukan aktivitas 5) Untuk menekan atau mengurangi
tidur nyaman
yang disukai dan alihkan perhatian nyer
3. Tanda-tanda vital 5
klien pada hal lain.
dalam batas normal
d. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko tinggi setelah dilakukan tindakan a. Pantau vital sign 1) Peningkatan suhu dapat
infeksi keperawatan 2x24 jam b. Kaji daerah perineum dan vulva mengidentifikasi adnya infeksi
berhubungan NOC: tidak terjadi infeksi, c. Kaji pengetahuan pasien mengenai 2) Menentukan adakah tanda
dengan post partum pengetahuan bertambah cara perawatan ibu post partum . peradangan di daerah vulva dan
NO. Kriteria Hasil Tujuan d. Ajarkan perawatan vulva bagi perineum
1. Klien 5 pasien 3) Pasien mengetahui cara
menyertakan e. Lakukan perawatan vulva Rasio perawatan vulva bagi dirinya
perawatan 4) Pasien mengetahui cara
bagi dirinya perawatan vulva bagi diriny
2. Klien bisa 5
5) Mencegah terjadinya infeksi dan
membersihka
memberikan rasa nyaman bagi
n vagina dan
pasien
perineumnya
secara mandiri
3. Vulva bersih 5
3. Resiko menyusui setelah dilakukan tindakan a. Kaji pengetahuan paien mengenai 1) Mengetahui tingkat pengetahuan
dan tidak
tidak efektif keperawatan 2x24 jam laktasi dan perawatan payudara pasien dan untuk menentukan
inveksi
berhubungan NOC: pasien mengetahui cara b. Ajarkan cara merawat payudara intervensi selanjutnya.
dengan kurang perawatan payudara bagi ibu dan lakukan cara brest care 2) Meningkatkan pengetahuan
pengetahuan cara menyusui c. Jelaskan mengenai manfaat pasien dan mencegah terjadinya
NO perawatan
Kriteria Hasil : T menyusui dan mengenai gizi waktu bengkak pada payudara
. payudara bagi ibu menyusui 3) Memberikan pengetahuan bagi
1. Klien mengetahui 5
menyusui d. Jelaskan cara menyusui yang benar ibu mengenai manfaat ASI bagi
cara perawatan bayi
payudara bagi ibu
menyusui
2. Asi keluar 5

3. Payudara bersih 5
4) Mencegah terjadinya aspirasi
pada bayi

4. gangguan pola setelah dilakukan tindakan a. Auskultasi bising usus, apakah 1) Penurunan peristaltik usus
eliminasi bowel keperawatan 2x24 jam peristaltik menurun menyebapkan konstpasi
berhubungan NOC: kebutuhan eliminasi pasien b. Observasi adanya nyeri abdomen 2) Nyeri abdomen menimbulkan
dengan adanya terpenuhi c. Anjurkan pasien makan-makanan rasa takut untuk BAB

NO konstipasi
Kriteria Hasil : T tinggi serat Rasional : makanan 3) Makanan tinggi serat

. tinggi serat melancarkan BAB melancarkan BAB


1. Pasien mengatakan 5 d. Anjurkan pasien banyak minum 4) Mengkonsumsi air hangat
sudah BAB terutama air putih hangat melancarkan BAB
2. Pasien mengatakan 5
e. Kolaborasi pemberian laksatif 5) Penggunana laksatif mungkan
tidak konstipasi
( pelunak feses ) jika diperlukan perlu untuk merangsang
3. Pasien mengatakan 5
peristaltik usus dengan perlahan
perasaan nyamannya
atau evakuasi feses

5. Resiko infeksi setelah dilakukan tindakan a. Pantau: vital sign, tanda infeksi. 1) Mengidentifikasi penyimpangan
berhubungan b. Kaji pengeluaran lochea, warna, dan kemajuan sesuai intervensi
NO Kriteria keperawatan 2x24 jam
denganHasil :trauma T bau dan jumlah. yang dilakukan.
. jalan lahir. NOC: infeksi tidak terjadi c. Anjurkan pasien membasuh vulva 2) Mengidentifikasi kelainan
1. tanda infeksi tidak 5 setiap habis berkemih dengan cara pengeluaran lochea secara dini.
ada
2. luka kering dan 5
bersih
3. takut berkemih dan 5
BAB tidak ada
yang benar dan mengganti PAD 3) Mencegah infeksi secara dini.
setiap 3 kali perhari atau setiap kali 4) Mencegah kontaminasi silang
pengeluaran lochea banyak. terhadap infeksi.
d. Pertahankan teknik septik aseptik
dalam merawat pasien (merawat
luka perineum, merawat payudara,
merawat bayi).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012
2014. Jakarta. EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta. TIM
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai