Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan KPSW

1. Definisi
Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum
dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2009). KPSW adalah
keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm (saifudin,2002).
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu bila
pembukaan primi kurang dari3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Sarwono, 2005).

2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan, factor
yang disebutkan memiliki kaitan yaitu riwayat kelahiran premature,
merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor resiko:
a. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dinding ketuban
paling bawah endapkan tekanan yang semakin tinggi.
b. Hidromnion (cairan ketuban berlebihan >2000cc)3.
c. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak 2 kali atau lebih.
d. Kelainan letak janin yaitu sungsang
e. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
f. Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses
ebriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.
g. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya
hidramnion bertambah 10x lebih besar
h. Serviks (Leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
i. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban
dapat pecah, misalnya amnionitis atau kasioaminionitis dan infeksi
genetalia

3. Manifestasi Klinik
Menurut Ahadiat (2004) manifestasi ketuban pecah sebelum
waktunya adalah :
a. Keluar air ketuban warna keruh, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak 
b. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
c. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban
sidah kering.
d. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada
dan air ketuban sudah kering
e. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
f. Buyi jantung bisa tetap normal
 
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPSW dapat terjadi pada ibu
dan janinnya, yaitu :
a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin
mungkinsudah terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu
terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.
b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi
intrapartumapabila terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi
puerperalis dan peritonitis dansiptikemi.
 
5. Penatalaksanaan
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPSW dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru
yang yang sehat
b. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin. 
c. Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu
berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
d. Menghadapi KPSW, diperlukan KIM (Komunikasi, Informasi,
Motivasi) terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian
bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan
untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
e. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
f. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6
jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.

6. Patofisiologi
Mekanisme ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) menurut
Manuaba (2009) yaitu diawali dengan terjadi pembukaan premature
serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks, maka
selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air
ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi
yang mengeluarkan enzim proteolitik dan kolegenase.
7. Pathway
Kala 1 Persalinan

Gangguan pada kala I persalinan

Infeksi genitalia

Proses biomekanik bakteri mengeluarkan enzim protcolitik

Selaput ketuban mudah pecah

KPSW

Air ketuban terlalu Klien tidak mengetahui Tidak adanya pelindung


banyak keluar penyebab dan akibat KPD dunia luar dengan daerah
rahim
Kecemasan ibu Defisit Pengetahuan
terhadap keselamatan mudahnya mikroorganisme
janin dan dirinya masuk secara asendens

Ansietas Resiko

8. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum dan tanda vital
d. Riwayat obstetric
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva
anemis atau tidak,sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak,
terdapat lender atau tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat
cairan atau tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat
stomatitis atautidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah
berdarah atau tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak,
pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran
atau nyeri tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi
pada genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat
kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices
atau tidak.

9. Diagnosa
a. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic. 
b. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya
penyakit.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri
sendiri/janin.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
10. Intervensi

Diagnosa Nursing Care Plan


No
Keperawatan NOC NIC
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pemeriksaan
infeksi keperawatan 3x24 jam inspekulum, ulangi
maternal diharapkan resiko infeksi bila pola kontraksi
berhubungan klien dapat ditangani atau perilaku ibu
dengan dengan kriteria hasil : menandakan
prosedur - TTV dalam batas kemajuan.
invasif, normal 2. Gunakan teknik
pemeriksaan - ibu menyatakan / aseptic selama
vagina menunjukan bebas dari pemeriksaan vagina.
berulang, dan tanda-tanda infeksi 3. Anjurkan perawatan
rupture perineum setelah
membrane eliminasi setiap 4 jam
amniotic dan sesuai indikasi.
4. Pantau dan
gambarkan karakter
cairan amniotic.
5. Pantau suhu, nadi,
pernapasan, dan sel
darah putih sesuai
indikasi.
6. Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang
baik dan benar.
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau DJJ setiap 15-
kerusakan keperawatan 3x24 jam 30menit.
pertukaran gas diharapkan pertukaran gas 2. Periksa DJJ dengan
pada janin pada janin kembali normal segera bila terjadi
berhubungan dengan kriteria hasil: pecah ketuban dan
dengan proses - Klien menunjukkan DJJ periksa 15 menit
penyakit dan variabilitas denyut kemudian, observasi
perdenyut dalam batas perineum ibu untuk
normal. mendeteksi prolaps
- Bebas dari efek-efek tali pusat.
merugikan dan hipoksi 3. Perhatikan dan catat
selama persalinan warna serta jumlah
cairan amnion dan
waktu pecahnya
ketuban
4. Catat perubahan DJJ
selama kontraksi.
Pantau aktivitas
uterus secara manual
atau elektronik.
Bicara pada ibu atau
pasangan dan berikan
informasi tentang
situasi tersebut.
5. Siapkan untuk
melahirkan dengan
cara yang paling baik
atau dengan
intervensi bedah bila
tidak terjadi
perbaikan.
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau proses
berhubungan keperawatan 1x24 jam penyakit dan harapan
dengan situasi diharapkan kecemasan klien masa depan
kritis, ancaman berkurang dengan kriteria 2. Dorong periode
pada diri hasil: istirahat yang adekuat
sendiri/janin - Menggunakan teknik dengan aktifitas
pernapasan dan terjadwal
relaksasi yang efektif. 3. Berikan teknik
- Berpartisipasi aktif relaksasi nafas dalam
dalam proses 4. Berikan pelayanan
persalinan kesehatan mengenai
penyakit nya.
5. Jelaskan kepada klien
apa yg terjadi,
berikan kesempatan
untuk bertanya dan
berikan jawaban yang
terbuka dan jujur
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan
aktifitas keperawatan 3x24 jam
sehari-hari seminimal
berhubungan diharapkan aktivitas mungkin.
2. Beri posisi nyaman
dengan kembali sesuai kemampuan
3. Anjurkan menghemat
kelemahan fisik pasien dengan kriteria hasil : energy hindari
kegiatan yang
- Pasien bisa beraktivitas
melelahkan.
seperti biasa

DAFTAR PUSTAKA
1. Adele. (2002). Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
EGC.
2. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba
Medika.
3. Pillitteri, Manuaba, C., Manuaba, F., & Manuaba. (2008). Gawat Darurat
Obstretri Ginekologi & Obstretri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan.
Jakarta : EGC
4. Manuaba, C., Manuaba, F., & Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah
Obstretri. Jakarta : EGC.
5. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai