Anda di halaman 1dari 11

ASKEP PADA KLIEN KETUBAN PECAH DINI DENGN

MASALAH KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI Di RUMAH SAKIT


UMUM DEPATI HAMZAH PANGKAL PINANG

SALSABILA FIRDAUSA
18.01.0045
DEFENISI
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Sebagian
besar ketuban pecah dini yang terjadi pada
umur kehamilan diatas 37 minggu,
sedangkan pada umur kehamilan kurang 36
minggu tidak terlalu banyak. Ketuban
pecah dini merupakan masalah
kontroversial obstetric dalam kaitannya
dengan penyebabnya. Pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya menyebabkan
kemungkinan infeksi dalam rahim,
persalinan prematuritas yang akan
meningkatkan kesakitan dan kematian ibu
maupun janinnya (Manuaba, 2009).
ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya
ketuban pecah dini antara lain adalah(Saifudin AB,2009).
1) Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionit lokal)
2) Defisiensi vitamin C
3) Faktor selaput ketuban
4) Faktor umur dan paritas
5) Faktor tingkat sosio-ekonomi
TANDA DAN GEJALA
Yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merebes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amisa dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merebes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertumbuh
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Pada periksa dalam
selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering dan terjadi
Inspekulo yaitu tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban
tidak ada dan ketuban sudah kering.
PATOFISIOLOGI
Pada kondisi yang normal kolagem terdapat pada
lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system
aktifitas dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, mwnghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion, menyebabkan ketuban pecah
dini. (Maria, 2009 : 2)
KOMPLIKASI –

.1Infeksi
1. infeksi utra uterin
2. Infeksi seksual msnular(HVP)
3. Partus preterm
4. Prolaps tali pusat
5. Distosia
PENATALAKSANAAN MEDIS
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaa KPD dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat
2.Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 27 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.
3.Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin
cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan
kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
4.Manghadapi KPD, diperlukan KIM(Komunikasi,Informasi,Motifasi) terhadap ibu dan
keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan
janinnya.
5.Pemeriksaan rutin yang dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal
dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan
paru melalui perbandingan L/S
6.Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24
jam, bila tidak terjadi his spontan.
Auhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
2.7.1.1 pengumpulan data
2.7.1.2 Anamnesa
2.7.1.3 Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan terdahulu
 Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemerikaaan amnion.
 Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
 Kehamilan ganda, polihidramniom
 Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus,
 Selaput amnion yang lemah/tipis.
 Posisi fetus tidak normal
 Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek.
 Multi paritas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil kembar atau turunan kembar.

2.7.1.4 Pemerikaaan fisik


 Kepala dan leher
Mata perlu diperiksa dibagian selera, konjungtiva.
Hidung : ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis, ada/tidaknya hipersekresi mukosa
Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
Leher berupa pemerikaan JVP, KGB, dan tiroid
 Dada
Thorak
Infeksi kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal, dan tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasu : payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 11 IC kiri/kanan, bunyi nadas normal vasikuler
 Abdomen
Infeksi : ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea
Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak.
Auskultasi : DJJ ada/tidak
 Genitalia
Infeksi : keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA(red edema discharge appriximately), pengeluaran dari ketuban (jumlah, warna, bau), dan lender merah muda kecoklatan.
Palpasi : pembukaan serviks (0-4).
2.7.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
 Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi
 Golongan darah dan factor Rh.
 Rasio esitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas janin
 Tes verning dan nitrazine: memastikan pecah ketuban.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan
dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang, dan repture membrane amniotic.
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan adanya penyakit
3. ntoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik
INTERVENSI
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dwngan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan repture amniotic. Setelah
dilakukkanya tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan infeksi maternal tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
• Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, Nadi, respirasi)
• Ibu menunjukkan bebas dari tanda-tanda infeksi
1. Kaji dan catat TTV, TD serta jumlah perdarahan.
2. Lakukan pemeriksaan inspekulum
3. Gunakan teknik aseptic selam pemeriksaan vagina
4. Anjurkan perawatan perineun setelah elimimasi selama 4 jam dan sesuai indikasi
5. Pantau dan gambarkan karakter cairan amnione.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan prises penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 diharapkan pertukaran pada janin kembali normal, dengan kriteria hasil :
• Klien mengatakan DJJ dan variabelitas denyut per denyut dalam batas normal
• Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksi selama persalinan. 1. Pantau DJJ setiap 10-30 menit sekali
2. Periksa DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan periksa 15 menit kemudian, observasi prineum ibu untuk mendeteksi
prolaps tali pusat.
3. Perhatikan dan catat waktu serta jumlah cairan amniom dan waktu pecahnya ketuban
4. Cstat perubahan DJJ selama kontraksi.
3. Intoleransi aktiditas berhubungan dengan kelemahan fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan
aktivitas kembali sesuai dengan kemampian asien dengan kriteria hasil
• Paien bisa beraktifitas seperti biasa
• Klien merasa nyaman
• Klien mempunyai energi yang cukup.

1. Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin


2. Beri klien posisi yang nyaman
3. Anjurkan menghemat energi hindari kegiatan yang melelahkan
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai