PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan ketuban pecah dini.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif dan subjektif pada
persalinan dengan ketuban pecah dini
3. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa, masalah, serta menentukan kebutuhan
pasien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
4. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan/ implementasi keperawatan pada
persalinan dengan ketuban pecah dini
5. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada persalinan dengan
ketuban pecah dini.
1
1.3. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu penetahuan kita
tentang ketuban pecah dini.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan
pada ibu ketuban pecah dini.
2
BAB II
KONSEP PENYAKIT
2.1 DEFINISI
2.2 KLASIFIKASI
3
minggu yang disebut dengan Preterm Premature Rupture of Membrane
atau Preterm Prelabour Rupture of membrane / PPROM.
a. KPD Preterm
KPD Preterm yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia 37 minggu.
b. KPD Memanjang
KPD Memanjang yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi lebih 12 jam
sebelum waktunya melahirka
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat dari kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
sehingga bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban akan sangat lemah dan
mudah untuk pecah dengan respon mengeluarkan air ketuban.
4
Pengaruh KBD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas
perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
5
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah diraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering.
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
6
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
gagalnya persalinan normal.
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2.) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini
premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal
7
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Ultrasonografi
b. Amniosintesis
c. Pemantauan janin
d. Protein C-reaktif
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
8
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada
infeksi maka berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24
jam.
2. Aktif
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
9
Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
5.) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan
suhu tubuhakibat dehidrasi.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS
Seorang Ibu muda usia 20 tahun datang ke IGD RSIA” Bunda” didampingi
ibunya, dengan keluhan keluar cairan jernih mengalir sedikit-sedikit dari jalan lahir,
namun tidak disertai his atau demam dan TTV lainnya masih dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan obsetric G2P0A1, usia kehamilan ibu 32 minggu, DJJ 150 dpm,
dan bagian terendah janin belum masuk PAP. Perawat melakukan pemeriksaan : tes
lakmus terjadi perubahan warna merah menjadi biru. Klien mengatakan pernah
mengalami gagal kehamilan karena janinnya terkena infeksi sehingga klien terindikasi
stress maternal pada kehamilannya saat ini.
3.2 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 20 tahun
Agama :islam
Pendidikan :SD
Alamat :bandung
11
b.) Biodata Penanggung jawab
Nama : ny.T
Umur : 49
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SD
Hubungan dengan klien : Ibu Ny. I
B. Keluhan Utama
Gejala pertama; Keluar cairan jernih mengalir sedikit-sedikit dari jalan lahir tanpa
disertai his atau demam.
Data subjektif :
1.) Keluar cairan jernih mengalir sedikit-sedikit dari jalan lahir, namun tidak
disertai his atau demam
2.) Klien mengatakan pernah mengalami gagal kehamilan karena janinnya
terkena infeksi sehingga klien terindikasi stress maternal pada
kehamilannya saat ini..
Data Objektif :
C. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
12
1) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
a. Gravida : Kehamilan ke-2
b. Para abortus : 1 kali
c. Anal hidup : 0 Anak
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Analisis Data
DO :
Pemeriksaan tes
lakmus(merah-biru)
-DJJ=150 dpm
2. DS : Indikasi Stress maternal Ansietas
Klien pernah mengalami
gagal kehamilan karena
janinnya terkena infeksi
DO :
klien terindikasi stress
maternal
13
3.3 DIAGNOSIS
1. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak ade
kuat (ketuban pecah dini)
2. Ansietas berhubungan dengan indikasi stress maternal
3.4 INTERVENSI
14
2) Ansietas Setelah a. Kaji tingkat a. Mengetahui
kecemasan tingkatan
berhubungan dilakukan
pasien. kecemasan yang
dengan tindakan dialami pasien.
indikasi stress keperawatan
maternal selama 1x24
b. Dorong b.Untuk
DS : Klien jam, resiko pasien mempercepat
pernah terjadinya untuk proses
istirahat penyembuhan
mengalami infeksi total.
gagal berkurang.
kehamilan Kriteria Hasil : c. Berikan
suasana
karena a. Klien c. Untuk
yang tenang
memberikan rasa
janinnya mampu dan ajarkan
nyaman dan
keluarga
terkena infeksi mengurangi menurunkan
untuk
kecemasan pasien.
DO : klien tekanan dan memberika
n dukungan
terindikasi kecemasannya
emosional
stress maternal b. pasien.
Mengidentifika
si ,
mengungkapka
n dan
menunjukan
teknik
mengontrol
cemas
15
3.5 IMPLEMENTASI
16
Hasil : Pasien tampak lebih
tenang ketika sang ibu
menceritakan pengalaman
kehamilannya.
3.5 EVALUASI
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan
pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan
persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika
timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi
dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran.
Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi,
presentasi dan beratkorioamnionitis.
B. SARAN
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana
penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi
yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
19