Disusun oleh :
Kelompok 4
Femy Yulia Annisa 211FK04002
Eneng Rosmawati 211FK04006
Luthfianty Lathifah 211Fk04020
Milati Hanifah 211Fk04043
Annisa Nurjanah 211FK04067
Siti Nurhalimah 211FK04078
Yuni Yuliani 211FK04098
Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT karena atas rahmat dan
kehendak-Nya kami masih di beri kesempatan, kekuatan, serta pikiran sehingga
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Evidence Based Practice :
PPengaruh Video Kartun Dan Video Animasi Dapat Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.
Makalah ini kamu susun untuk melengkapi tugas stase pada Kepertawatan
Anak, selain itu untuk memahami dan mengetahui tentang bagaimana evidence
based practice Pengaruh Video Kartun Dan Video Animasi Dapat Menurunkan
Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.
Dalam makalah ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, masukan, dan bimbingan kepada kami. Kami menyadari
bahwa makalah ini banyak kekurangan.
Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan tugas keperawatan anak ini dan
semoga bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.
Tim Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. I
DAFTAR ISI........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah..........................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI.........................................................................................5
2.1 Konsep Anak Prasekolah.............................................................................5
2.1.1 Definisi Anak Prasekolah.................................................................. 5
2.1.2 Ciri- ciri Anak Prasekolah................................................................. 5
2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah............................................... 6
2.2 Pra Operasi.................................................................................................. 7
2.2.1 Pengertian.......................................................................................... 7
2.2.2 Gambaran pasien pre operasi.............................................................7
2.2.3 Persiapan pasien pre operasi.............................................................. 8
2.3 Kecemasan...................................................................................................8
2.3.1 Definisi Kecemasan........................................................................... 8
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Anak...................... 9
2.3.3 Tingkat Kecemasan............................................................................9
2.3.4 Penyebab Kecemasan...................................................................... 10
2.3.5 Alat Ukur Kecemasan......................................................................10
2.3.6 Penatalaksanaa Kecemasan..............................................................12
2.4 Terapi Bermain..........................................................................................13
2.4.1 Definisi Terapi Bermain.................................................................. 13
2.4.2 Tujuan Terapi Bermain....................................................................14
2.4.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit..................................................... 14
2.4.5 Tipe Permainan................................................................................ 15
II
2.4.6 Bentuk Permainan............................................................................16
2.4.7 Fungsi Terapi Bermain.................................................................... 17
BAB III EVIDENCE BASED PRACTICE........................................................... 19
3.1 Step 0 : Cultive a Sprit Of Inguiry.............................................................19
3.2 Step 1 : Ask Clinical Questions In PICOT................................................19
3.3 Step 2 : Search For The Best Evidence..................................................... 22
3.4 Step 3......................................................................................................... 25
3.5 Step 4......................................................................................................... 40
3.6 Step 5 : Evaluation.....................................................................................45
3.7 Step 6 : Desemination................................................................................46
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 47
4.1 Simpulan....................................................................................................47
4.2 Saran.......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 48
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
menimbulkan trauma pada anak setiap diberikan tindakan medis. Di rumah
sakit anak akan berhadapan dengan petugas kesehatan yang tidak dikenali.
Anak harus menjalani prosedur yang tidak menyenangkan dan menimbulkan
rasa nyeri seperti disuntik dan diinfus. Anak menjadi tidak kooperatif saat
mendapatkan terapi di rumah sakit, anak menolak untuk berinteraksi dengan
petugas kesehatan, anak akan menunjukkan sikap marah, menolak makan,
menangis, berteriak-teriak, bahkan berontak saat melihat perawat atau dokter
datang menghampirinya. Anak beranggapan bahwa kedatangan petugas
kesehatan untuk menyakiti mereka. Situasi ini akan menghambat dan
menyulitkan proses terapi terhadap anak yang sakit (Andriana, 2018).
Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah salah satunya usia dimana
usia dikaitkan dengan pencapaian perkembangan kognitif, pada anak
prasekolah belum mampu menerima dan mempersepsikan penyakit dan
pengalaman baru dengan lingkungan asing (Saputro, 2017).
Permainan akan membuat anak terlepas dari ketegangan, kecemasan dan
stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan (Supartini, 2016). Terapi bermain
diyakini m menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, kecemasan, frustasi
serta mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak
yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak yang sering
diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah diajak kerjasama ketika
menjalani terapi. Terapi bermain dapat mengurangi kecemasan anak di rumah
sakit dengan membantu diri mereka sendiri menghadapi stres, mengalihkan
pikiran mereka dari rasa sakit dan kesepian, meningkatkan intelektual dan
perkembangan motorik. kreativitas, dan pengembangan fungsi otak
(Davidson, 2017).
Permainan yang sesuai dengan anak usia prasekolah adalah lilin yang
dibentuk, alat-alat mewarnai, puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar,
bola, gunting menggunting (Handajani, 2019). Nikmatur (2017) menuturkan
jenis permainan anak yang tepat dilakukan oleh anak usia prasekolah seperti
2
assosiative play, dramatic play, cooperative play, pararel play, dan skill play.
Terapi bermain yang dapat di berikan kepada anak usia prasekolah yakni bisa
dengan mewarnai untuk menurunkan stress akibat kecemasan saat pra oprasi
(Amallia, 2018)..
Kami mengambil terapi bermain video kartun dan video animasi
dikarenakan terapi video kartun dan video animasi sederhana. Selain itu,
dengan bermain mewarnai dapat membantu perkembangan psikososial pada
anak, meningkatkan hubungan anak dan keluarga dengan perawat,
meningkatkan imajinasi anak, bermain merupakan alat komunikasi yang
efektif antara perawat dan anak, dengan bermain dapat memulihkan perasaan
mandiri pada anak, dengan bermain anak merasa senang dan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri.
Saat anak bermain, maka perhatiannya akan teralihkan dari kecemasan dan
meningkatkan motorik anak. Pemilihan terapi bermain mewarnai juga karena
tidak memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak dapat santai dan
tidak mudah capek.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas kami merumuskan masalah
yaitu “ Bagaimana Evidence Based Practice Pengaruh Video Kartun Dan
Video Animasi Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada
Anak Usia Pra Sekolah?”
1.3 Tujuan Penulisan
Memenuhi tugas pada stase keperawan medikal bedah mengenai
evidence base practice Pengaruh Video Kartun Dan Video Animasi Dapat
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini sekiranya dapat menambah wawasan mengenai pengaruh
Pengaruh Video Kartun Dan Video Animasi Dapat Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini yaitu :
3
1. Memberikan pemahaman konsep teori dari Kecemasasn , terapi
bermain, pra operasi dan pra sekolah
2. Menampilkan tujuh tahapan dalam evidence based practice.
3. Memberikan beberapa referensi jurnal Pengaruh terapi bermain
Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia
Pra Sekolah
4. Memberikan pemahaman mengenai Pengaruh Terapi Bermain Dapat
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah
4
BAB II
KONSEP TEORI
5
3. Emosional : Anak berekspresi dengan bebas dan terbuka, sehingga
sering memperlihatkan sikap marah dan iri hati untuk
mencari perhatian.
4. Kognitif : Sebagian anak menjadi senang berbicara, khususnya
dalam kelompok akan tetapi anak perlu di latih untuk
menjadi pendengar juga.
6
5. Tugas Perkembangan Usia Prasekolah : Dimulai saat anak dapat
bergerak sambil berdiri sampai masuk sekolah. Dimana
anak akan berhubungan dengan luas, mempelajari peran,
memperoleh kontrol dan penguasaan diri, menyadari sifat
ketergantungan dan kemandirian, dan mulai membentuk
konsep diri.
2.2.1 Pengertian
7
2.2.3 Persiapan pasien pre operasi
2.3 Kecemasan
8
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Anak
9
kurang fokus terhadap kegiatan lain. Tandanya berupa merasa terancam,
otot menegang, perubahan pada nafas, gastroinstertinal (mual, muntah,
ulu hati terbakar, diare, dan kehilangan napsu makan). Gangguan
kecemasan yang dialami anak di rumah sakit adalah panik, fobia,
obsesif-kompulsif, dan lainnya.
10
2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) pertama kali
dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956 untuk
mengukur semua tanda kecemasan psikis dan somatik. Terdiri
dari 16 item pertanyaan untuk mengukur kecemasan pada anak
dan orang dewasa. Masing-masing kelompok gejala diberi
penilaian angka (score) antara 0-3, yang artinya adalah :
Nilai
0 = Tidak Ada Gejala (Keluhan)
1 = Gejala Ringan
2 = Gejala Sedang
3 = Gejala Berat
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 16 kelompok
gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut
dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :
Nilai (Score) :
Kurang Dari 14 = Tidak Ada Kecemasan
14 – 20 = Kecemasan Ringan
21 – 27 = Kecemasan Sedang
28 – 41 = Kecemasan Berat
42 – 56 = Kecemasan Berat Sekali
3. Preschool Anxiety Scale merupakan pegukuran skala kecemasan
khusus anak usia prasekolah yang di kembangkan oleh Spence Et
Al, terdiri dari 28 pertanyaan dan dilengkapi dengan bantuan
orangtua untuk mengisi lembar instrumen. Jumlah skor maksimal
pada skala SCAS Pre School adalah 112. Dua puluh delapan item
kecemasan tersebut memberikan ukuran keseluruhan kecemasan,
selain nilai pada 6 sub skala yang menekankan aspek tertentu dari
kecemasan anak seperti kecemasan umum, kecemasan sosial,
gangguan obsesif kompulsif, ketakutan cidera fisik, dan
kecemasan pemisahan. Hasil total kuesioner akan menjadi
kriteria tingkat kecemasan anak, dengan rentang skor :
11
Kurang dari 28 = Ringan
28-56 = Sedang
57-84 = Berat
Lebih dari 85 = Sangat Berat
Jumlah pertanyaan dalam instrumen ini terdiri dari 6 sub
skala kecemasan dan pada item pertanyaan seperti berikut :
1) Kecemasan umum (1,4,8,14, dan 28)
2) Kecemasan sosial (2,5,11,15,19, dan 23)
3) Gangguan obsesif kompulsif (3,9,18,21, dan 27)
4) Ketakutan cidera fisik (7,10,13,17,20,24, dan 26)
5) Kecemasan pemisahan (6,12,16,22, dan 25)
12
b. Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain
dan aktivitas lain dalam perawatan untuk menghadapi perubahan.
c. Mendorong kebebasan anak bergabung dalam rencana
keperawatan.
d. Memberitahukan anak alasan menjalanoi hospitalisasi sangat
berguna untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan anak.
3. Meminimalkan Rasa Takut terhadap Cedera Tubuh dan Rasa
Nyeri
a. Mempersiapkan anak dan orangtua untuk prosedur yang
mengakibatkan nyeri dengan memodifikasi tindakan untuk
meminimalkan cedera tubuh.
b. Lakukan aktivitas bermain untuk mengurangi stress dan
kecemasan.
c. Hadirkan orangtua pada saat dilakukan tindakan pada anak.
13
rasa takut, cemas yang mereka alami serta terapibermain sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang anak (Andriana, 2017).
14
4. Tidak bertentangan dengan terapi : Terapi bermain harus
memperhatikan kondisi anak. Apabila anak harus tirah baring,
maka di pilih permainan yang dapat dilakukan diatas tempat tidur,
dan tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada di ruang rawat.
5. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga : Keterlibatan orang
tua dibutuhkan dalam menjalani hospitalisasi, dengan keterlibatan
orang tua dapat mendorong ketrampilan dan kemampuan,
memberikan dukungan bagi perkembangan emosi anak. Selain itu,
terapi bermain dengan keterlibatan orang tua dapat memberikan
rasa tenang, nyaman, merasa disayang dan diperhatikan, sehingga
anak dapat lebih dapat mengelola emosinya dan memungkinkan
anak berespon lebih efektif terhadap situasi selama hospitalisasi.
15
2.4.6 Bentuk Permainan
16
6. Cooperative Play : Anak memiliki interaksi sosial yang teratur dalam
permaian untuk mencapai tujuan. Contohnya, bermain sekolah-sekolahan,
membangun rumah-rumahan. Ini mendorong timbulnya kompetensi dan
kerjasama anak. Biasanya di lakukan oleh anak sekolah dasar.
17
menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan
alat komunikasi yang efektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan
memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang
dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran secara verbal atau pada anak yang kurang dapat
mengekspresikannya, permainan menggambar, mewaranai atau
melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
18
BAB III
Jurnal 1 Ajeng Dwi Retnani, Titin Sutini, Suhendar Sulaeman. Video Kartun Dan
Video Animasi Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada Anak
Usia Pra Sekolah. Tahun 2019
P (Problem / Population) Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 responden
I (Intervention) Intervensi dalam penelitian ini adalah Terapi video
kartun dan animasi.
C (Comparison) -
O (Outcome) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
tingkat kecemasan anak sebelum dan setelah
diberikan intervensi video animasi (p value = 0,000)
dengan penurunan tingkat kecemasan pre operasianak
sebesar 4,70. Penurunan tingkat kecemasan pre
operasi menggunakan video animasi ini lebih besar
daripada pemberian video kartun. Kecemasan pada
anak timbul karena menghadapi sesuatu/lingkungan
yang baru dan belum pernah ditemui sebelumnya,
serta ketidaknyamanan/ketakutan terhadap sesuatu
19
karena merasa bahaya dan menyakitkan (Townsend,
2009 dalam Suprobo, 2017).
T (Time) 2019
Jurnal 2 Aprina, Novri Ardiyansa, Sunarsih.Terapi Bermain Puzzle pada Anak
Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi Tahun 2019.
P (Problem / Population) Populasi dalam penelitian ini 30 responden
I (Intervention) Intervensi dalam penelitian ini adalah Terapi ermain
puzzle
C (Comparison) -
O (Outcome) Hasil penelitian diperoleh data rata-rata skor
kecemasan responden sebelum mendapat terapi
bermain puzzle adalah 64,30 dengan standar deviasi
(SD) 10,697, dan skor kecemasan terendah adalah 46
(cemas ringan) dan skor kecemasan tertinggi adalah
83 (cemas berat). Menurut Stuart, (2007) kecemasan
sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada masalah yang selektif, namun dapat melakukan
sesuatu terarah, kecemasan sedang juga dianggap
respon normal terhadap stresor yang dialami individu,
secara umum responcemas dimiliki semua individu,
kecemasan merupakan respon yang paling umum
yang menyatakan kondisi takut.
T (Time) 2020
Jurnal 3 Nadhya Ayuningtyas, Aprina, Anita. Pengaruh Biblioterapi “Teruslah
Semangat Nadi” terhadap Stres Hospitalisasi Anak Pra Operasi
P (Problem / Population) Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 responden
I (Intervention) Intervensi dalam penelitian ini adalah relaksasi
teruslah semangat nadi
C (Comparison) -
O (Outcome) Berdasarkan uji statistik, skor rata-rata stres
20
hospitalisasi responden sebelum dan sesudah
diberikan biblioterapi “Teruslah Semangat Nadi”
dengan uji t dependen nilai pvalue 0,000 (<α 0,05).
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
biblioterapi “Teruslah Semangat Nadi” terhadap stres
hospitalisasi anak pra operasi.
T (Time) 2019
Jurnal 4 Diana Pefbrianti, Hamdan Hariawan, Setyo Kurniawan, Hery Sasongko ,
Galih Noor Alivian, Ah Yusuf. Intervensi Nonfarmakologik Untuk Menurunkan
Kecemasan Pada Pasien Preoperasi: Literature Review
P (Problem / Population) Problem dalam penelitian ini adalah Menurunkan
Kecemasan
I (Intervention) Intervensi dalam penelitian ini adalah terapi
nonfarmakologik
C (Comparison) -
O (Outcome) Secara umum semua intervensi nonfarmakologik
yang dilakuan review dapat menurunkan kecemasan.
Perbedaanya terdapat pada pelaksana dan alat dan
bahan yang dibutuhkan. Ada beberapa intervensi
yang harus dilakukan oleh orang yang terlatih. Ada
juga beberapa intervensi yang harus diberikan dengan
alat bantu serta bahan yang dibutuhkan.
Intervensi yang telah dijelaskan lebih ke arah
relaksasi dan distraksi. Relaksasi dapat diperoleh
pasien melalui intervensi minyak lavender, healing
touch, dan hand reflexology. Sedangkan distraksi
dapat diberikan melalui intervensi Wacky
Wednesday. Selain itu, menurunkan kecemasan juga
dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman
kepada pasien mengenai apa saja yang akan terjadi
21
dari preoperasi hingga post operasi melalui
pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
T (Time) 2019
Jurnal 5 Indarti , Ika Subekti Wulandari, Gatot Suparmanto. Pengaruh Terapi
Bermain Felt Puppets Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi
Sirkumsisi Pada Anak Usia Prasekolah Tahun 2020
P (Problem / Population) Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22 responden
I (Intervention) Intervensi dalam penelitian ini adalah treapi bermain
felt
C (Comparison) -
O (Outcome) Hasil penelitian pada 22 responden sebelum diberikan
terapi bermain felt puppets menunjukkan bahwa
pasien mengalami cemas berat sebanyak 9 responden
(40,9%), setelah diberikan terapi bermain 11
responden tingkat kecemasan menjadicemas ringan
(50,0%). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh terapi bermain felt puppets dalam
menurunkan tingkat kecemasan pre operasi
sirkumsisi pada anak usia prasekolah. Dengan nilai
Asymp. Sig. (2-tailed)= 0,000 sehingga p value <
0,05.
T (Time) 2020
22
jurnal saja yang kami pilih. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai
berikut:
Kriteria Inklusi:
1. Jurnal yang dipublikasikan dalam rentang waktu 2016 – 2021.
2. Jurnal berbahasa Indonesia.
3. Jurnal yang dipilih adalah jurnal yang membahas terapi bermain untuk
menurunkan tingkat kecemasan pra operasi pada anak usia prasekolah
4. Populasi sampel adalah pasien pra operasi anak usia prasekolah.
Kriteria Ekslusi:
1. Jurnal yang membahas pemberian yeknik terapi bermain .
2. Jurnal yang dipublikasikan kurang dari tahun 2016.
3. Adapun hasil jurnal yang di pilih sesuai kriteria inklusi dan eklusi
sebagai berikut:
1. Ajeng Dwi Retnani, Titin Sutini, Suhendar Sulaeman. Video Kartun Dan
Video Animasi Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada
Anak Usia Pra Sekolah. Tahun 2019. Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 3, Nomor 1, Desember 2019 e-ISSN: 2581-1975 p-ISSN:
2597-7482
2. Aprina, Novri Ardiyansa, Sunarsih.Terapi Bermain Puzzle pada Anak
Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019 ISSN 2086-7751 (Print),
ISSN 2548-5695 (Online)
3. Nadhya Ayuningtyas, Aprina, Anita. Pengaruh Biblioterapi “Teruslah
Semangat Nadi” terhadap Stres Hospitalisasi Anak Pra Operasi. Jurnal
Kesehatan Volume 11, Nomor 2, Tahun 2020 ISSN 2086-7751 (Print),
ISSN 2548-5695 (Online)
4. Diana Pefbrianti, Hamdan Hariawan, Setyo Kurniawan, Hery Sasongko ,
Galih Noor Alivian, Ah Yusuf. Intervensi Nonfarmakologik Untuk
Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Preoperasi: Literature Review
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 9 Nomor 2, April 2018 ISSN
2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778
23
5. Indarti , Ika Subekti Wulandari, Gatot Suparmanto. Pengaruh Terapi
Bermain Felt Puppets Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre
Operasi Sirkumsisi Pada Anak Usia Prasekolah Tahun 2020
24
3.4 Step 3
NO Judul, Penulis Desain Responden Metode Penelitian Hasil Kekurangan Kelebihan Masukan
(Tahun), Sumber Penelitian
1 Judul : quasi 30 pendekatan pre penelitian Dalam Di dalam jurnal Peneliti bisa
Video Kartun Dan eksperimen Responden and post-test menunjukkan penelitian ini ini responden melakukan
Video Animasi tal without control. bahwa ada video terpaku dapat memilih penelitian
Dapat Menurunkan Populasi yang perbedaan tingkat dengan jenis dengan bebas yang lebih
Tingkat digunakanadalam kecemasan anak animasi dan jenis video yang variatif
Kecemasan Pre penelitian ini sebelum dan setelah kartun yang akan di
Operasi Pada Anak adalah anak usia diberikan intervensi telah di berikan , pada
Usia Pra Sekolah pra sekolah yang video animasi (p sediakan , penelitian ini
Penulis: akan menjalani value = 0,000) tidak di juga
Ajeng Dwi operasi di RS dengan penurunan berikan merangkum dan
Retnani, Titin Islam A. Yani tingkat kecemasan kebebasan menjelaskan
Sutini, Suhendar Surabaya. Teknik pre operasianak dalam karakteristik
Sulaeman pengambilan sebesar 4,70. memilih dari total
Sumber : sampel Penurunan tingkat genre yang responden
https://scholar.goo menggunakan kecemasan pre lain
gle.c o.id/scholar purposive operasi
sampling menggunakan video
animasi ini lebih
besar daripada
pemberian video
kartun.
2 Judul : Quasy 30 one group Hasil penelitian Tidak Dalam Peneliti
Terapi Bermain Experiment Responden pretest-posttest diperoleh data terdapatnya penelitian ini menambahkan
Puzzle pada Anak Peneliti rata-rata skor karakteristik terdapat skala karakteristik
Usia 3-6 tahun menggunakan uji t kecemasan yang yang digunakan baik itu
terhadap dependent. responden sebelum disajikan sehingga tingkat
Kecemasan Pra menggunakan alat mendapat terapi penelaah dapat pendidikan ,
Operasi ukur kecemasan bermain puzzle memahami apa usia , jenis
Penulis: MYPAS (Modifiet adalah 64,30 yang di lakukan kelamin dlam
Aprina, Novri Yale dengan standar peneliti bentuk sajian
Ardiyansa, Preoperatif anxiety deviasi (SD) tabel data
Sunarsih scale) Skor 23-100 10,697, dan skor
Sumber : <30: tidak kecemasan terendah
https://scholar.goo cemas, 30-53: adalah 46 (cemas
gle.c o.id/scholar cemas ringan, ringan) dan skor
53-77: cemas kecemasan tertinggi
sedang 78-100: adalah 83 (cemas
cemas berat. berat).
3 Judul : quasi 30 rancangan Hasil uji statistik, Pada Pada penelitian Dilihat dari
Pengaruh experiment. Responden penelitian one skor rata-rata stres penelitian ini sangat baik , hasil
Biblioterapi group pre-test hospitalisasi ini , peneliti dengan penelitian ,
“Teruslah post-test. responden sebelum menggukana menunjukan sudah cukup
Semangat Nadi” Mengukur stres dan sesudah kuesioner kriteria hasil baik , akan
terhadap Stres hospitalisasi diberikan yang kurang anak dapat tetapi
Hospitalisasi Anak menggunakan biblioterapi tepat , mengunkapkan pemilihan
Pra Operasi instrument DASS “Teruslah Semangat kuesioner dan dapat kuesioner
Penulis: 21 (Depression Nadi” dengan uji t DASS 21 ini , menjelaskan harus lebih
Nadhya Anxiety Stress dependen nilai di tunjukan hasil dari terapi, tepat
Ayuningtyas, Scale) pvalue 0,000 (<α untuk menunjukan
Aprina, Anita 0,05). Maka dapat kecemasan tahap tahap
Sumber : disimpulkan bahwa kerja dalam
https://scholar.goo terdapat pengaruh penelitian ini
gle.c o.id/scholar biblioterapi
“Teruslah Semangat
Nadi” terhadap stres
hospitalisasi anak
pra operasi.
4 Judul : Literature Jurnal terapi intervensi Secara umum Pada Penelitian Peneliti lebih
Intervensi riview, mengenai nonfarmakologi di semua intervensi peelitian ini literature riview memperhatika
Nonfarmakologik edukasi dalam review ini nonfarmakologik tidak ini sudah cukup n ulang
Untuk preoperatif, yang yang dilakuan dijelaskan baik , dengan mengenai
Menurunkan pemberian dapat menurunkan review dapat sumber penyampaian sumber yang
Kecemasan Pada minyak kecemasan pada menurunkan sumber yang dan di gunakan
Pasien Preoperasi: lavender, pasien kecemasan. lebih jelas pengemasan dalam
Literature Review Wack pre operasi. Perbedaanya mengenai materi yang penelitian nya
Penulis: Wednesday, Intervensi terdapat pada jurnal yang cukup ringkas
Diana Pefbrianti, healing teresebut adalah pelaksana dan alat telah di ambil dan mudah
Hamdan Hariawan, touch, edukasi dan bahan yang untuk dipahami
Setyo Kurniawan, dan hand preoperatif, dibutuhkan. Ada dilakukan
Hery Sasongko , reflexology pemberian minyak beberapa intervensi literatur
Galih Noor lavender, Wack yang harus riview
Alivian, Ah Yusuf Wednesday, dilakukan oleh
Sumber : healing touch, orang yang terlatih.
https://scholar.goo dan hand Ada juga beberapa
gle.c o.id/scholar reflexology. intervensi yang
Edukasi harus diberikan
preoperatif dengan alat bantu
merupakan serta bahan yang
intervensi dibutuhkan.
Intervensi yang
telah dijelaskan
lebih ke arah
relaksasi dan
distraksi. Relaksasi
dapat diperoleh
pasien melalui
intervensi minyak
lavender, healing
touch, dan hand
reflexology.
Sedangkan distraksi
dapat diberikan
melalui intervensi
Wacky Wednesday.
Selain itu,
menurunkan
kecemasan juga
dapat dilakukan
dengan memberikan
pemahaman kepada
pasien mengenai
apa saja yang akan
terjadi dari
preoperasi hingga
post operasi melalui
pendidikan
kesehatan yang
diberikan kepada
pasien.
5 Judul : quasy 22 quasy experiment Hasil penelitian Kurangnya Penggunakan Peneliti
Pengaruh Terapi experiment responden dengan Pre and pada 22 responden tabel kalimat sudah melakukan
Bermain Felt post sebelum diberikan karakteristik di kemas publikasi
Puppets Dalam test without terapi bermain felt dal;am dengan sangat sehingga hasil
Menurunkan control group puppets penelitian baik , penelaah penelitian
Tingkat design dengan menunjukkan ini , tidak dan pembaca dapat ditelaah
Kecemasan Pre menggunakan bahwa pasien terdapat dapat mudah dengan sangat
Operasi Sirkumsisi pendekatan mengalami cemas ISSN memahaminya kongkkrit
Pada Anak Usia accidental berat sebanyak 9
Prasekolah sampling yang responden (40,9%),
Penulis: dilakukan pada setelah diberikan
Indarti , Ika pasien pre operasi terapi bermain 11
Subekti Wulandari, responden tingkat
Gatot Suparmanto. kecemasan
Sumber : menjadicemas
https://scholar.goo ringan (50,0%).
gle.c o.id/scholar Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa
ada pengaruh terapi
bermain felt
puppets dalam
menurunkan tingkat
kecemasan pre
operasi sirkumsisi
pada anak usia
prasekolah. Dengan
nilai Asymp. Sig.
(2-tailed)= 0,000
sehingga p value <
0,05.
PEMBAHASAN
Jurnal 1 Video Kartun Dan Video Animasi Dapat Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra Sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan anak
sebelum dan setelah diberikan intervensi video animasi (p value = 0,000) dengan
penurunan tingkat kecemasan pre operasi anak sebesar 7,20. Intervensi kombinasi
video kartun+video animasi ini memiliki penurunan tingkat kecemasan paling
besar daripada pemberian video kartun maupun video animasi.Intervesi ini
memiliki jenis video yang lebih bervariasi dan waktu penayangan yang lebih lama,
sehingga mampu lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pre operasi
pada anak usia pra sekolah. Hal tersebut dikarenakan video kartun menayangan
tokoh kartun yang lucu dan disukai anak-anak sehingga membuat anak merasa
senang, terhibur dan melupakan rasa cemasnya menjelang operasi. Kemudian
penayangan video kedua yaitu video animasi tour area operasi dimana
memudahkan anak usia pra sekolah yang memiliki daya imajinasi tinggi untuk
mendapatkan informasi ringan mengenai situasi dan kondisi ruang operasi atau
ruang perawatan berbasis menyenangkan, sekaligus menurunkan kecemasan pre
operasi anak dengan mengatasi ketidaktahuan dan kewaspadaan anak terhadap
ruang operasi/ruang perawatan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati, Syaiful &
Ratnawati (2019) yang menyatakan bahwa ada pengaruh audiovisual menonton
film kartun terhadap tingkat kecemasan saat prosedur injeksi pada anak
prasekolah. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wahyuningrum
(2015) yang menyatakan bahwa pemberian cerita melalui audiovisual efektif
dalam menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami
hospitalisasi.Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dilakukan tindakan
invasif, kemungkinan besar tindakan yang dilakukan menjadi tidak maksimal dan
tidak jarang harus mengulangi beberapa kali sehingga akan menghambat proses
penyembuhan anak. Kondisi ini memper-sulit perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan (Supartini, 2014).
33
Koller, Goldman (2012) dalam studinya menyatakan bahwa pemberian cerita
melalui audiovisual guna menurun-kan kecemasan termasuk teknik distraksi
kecemasan dengan teknik audiovisual. Perhatian anak yang terfokus kepada cerita
audiovisual yang disimaknya mendis-traksikan atau mengalihkan persepsi
kecemasan anak dalam korteks serebral. Dengan intervensi audiovisual menonton
film kartun akan memberikan rangsangan distraksi berupa visual, auditory dan
tactile. Perasaan aman dan nyaman yang dirasakan anak akan merangsang tubuh
untuk mengeluarkan hormon endorphine.
Jurnal 2 Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan
Pra Operasi
Menurunkan kecemasan dengan cara bermain diharapkan kecemasan anak
menurun. Anak-anak kecil umumnya berespon lebih baik terhadap permainan dan
anak-anak yang lebih besar berespon lebih baik terhadap film sebaya yang
dilihatnya (Bates & Brome, 1986 dalam Wong, 2009).
Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku bermasalah, dengan
menempatkan anak dalam situasi bermain. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukannya dan mengenai waktu jarak serta suara (Wong, 2001
dalam Adriana, 2011).296 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus, hlm
291-297Terapi bermain diharapkan mampu menghilangkan batasan, hambatan
dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi dengan tujuan
mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah
diajak kerjasama selama masa perawatan (Mulyaman 2006 dalam Yusuf dkk,
2013). Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak untuk dapat
mengembangkan potensi kreativitas dari anak-anak itu sendiri. Untuk mengurangi
kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi dapat dilakukan diantaranya
dengan relaksasi, terapi musik, aktivitas fisik, terapi seni dan terapi bermain.
34
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah
mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada
anak usia toddler. Anak juga sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian
juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin
meningkat. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak
misalnya, bermain puzzle, membacakan cerita/dongeng, alat gambar dan
permainan balok-balok besar.
Pemilihan permainan puzzle di dalam terapi permainan ini karena puzzle
merupakan salah satu permainan edukatif yang dapat mengoptimalkan
kemampuan dan kecerdasan anak. Bermain puzzle mengajarkan anak untuk
bersabar dan melatih keterampilan anak dalam menyusun puzzle untuk kembali
menjadi puzzle yang utuh. Menurut Soebachman (2012) bermain puzzle
merupakan permainan yang terdiri atas kepingan-kepingan dari satu gambar
tertentu yang dapat melatih tingkat konsentrasi. Bermain puzzle dapat dilakukan
oleh anak-anak hingga anak belasan tahun, tetapi tentu saja tingkat kesulitannya
harus di sesuaikan anak yang memainkanya. Bermain puzzle anak akan mencoba
memecahkan masalah yaitu menyusun gambar (Vernanda, Yunus, &
Rahmahtrisilvia, 2013).
Penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kaluas (2015)
menunjukkan terapi bermain puzzle memiliki pengaruh yang signifikan untuk
menurunkan respon kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi dimana
didapat nilai mean sesudah pemberian terapi bermain puzzle yaitu 28,71. Terapi
bermain dengan puzzle sangat bermakna dalam mengurangi kecemasan pada anak
karena membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya, lambat
laun akan membuat mental anak terbiasa untuk bersikap tenang, tekun dan sabar
dalam menghadapi dan menyelesaikan sesuatu.
35
Artikel Mommies Daily tahun 2019 menyebutkan bahwa Aktivitas belajar
membaca dan menulis dimulai pada usia 6-7 tahun, dan membaca merupakan
tugas perkembangan anak pada usia sekolah, yaitu sejak usia 6 tahun keatas. Jika
dilihat dari karakteristik responden, semakin tua usia anak, tingkat stres dan
keefektifan menghadapi suatu masalah individu akan semakin konstruktif.
Menurut peneliti, adanya hubungan antara antara usia dengan tingkat stres
hospitalisasi setelah diberikan biblioterapi dikarenakan semakin tua usia anak
maka kemampuan membaca akan semakin lancar sehingga kemampuan berfikir
dalam menyelesaikan masalah akan berkembang dan akan lebih mudah untuk
memahami kondisi yang dialami. Jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat stres
anak. sejalan dengan Wong (2009) bahwa tingkat perkembangan umur,
pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi, terdapatnya suport
system atau dukungan dari lingkungan sekitar, keahlian koping alami ataupun
yang didapat dan keseriusan diagnosa penyakit merupakan faktor penyebab
kecemasan anak.
Biblioterapi untuk anak atau terapi menggunakan buku untuk mendukung
kebutuhan anak dalam memproses pengalaman pribadi yang sulit seperti
pengalaman yang menyakitkan dan membingungkan anak (Austin, 2010). Seperti
yang dijelaskan Yontz-Orlando (2017), bahwa biblioterapi telah banyak
digunakan dalam meningkatkan koping menghadapi stressor, memperbaiki emosi,
dan meningkatkan kesehatan mental. Pemilihan bahan bacaan tergantung pada
tujuan dan tingkat intervensi yang diinginkan serta alur kisah juga seharusnya
realistis dan melibatkan kreativitas dalam menyelesaikan masalah. Secara garis
besar, bahan bacaan dapatdibedakan menjadi dua, yaitu didaktif dan imajinatif
(Suparyo, 2010).
Bahan bacaan didaktif memfasilitasi suatu perubahan dalam individu melalui
pemahaman diri yang lebih bersifat kognitif, pustakanya bersifat instruksional dan
mendidik, seperti buku ajar dan buku petunjuk, materi-materinya adalah
bagaimana suatu perilaku baru harus dibentuk atau dihilangkan, bagaimana
mengatasi masalah, relaksasi, dan meditasi. Bahan bacaan imajinatif atau kreatif
36
merujuk pada presentasi perilaku manusia dengan cara yang dramatis. Kategori
ini meliputi novel, cerita pendek, puisi, dan sandiwara (Suparyo, 2010).
Penelitian Apriliawati (2011) mengggunakan karakteristik responden berupa
usia, jenis kelamin, pengalaman dirawat, lama rawat, dan frekuensi membaca
dengan tingkatkecemasan anak. Berbeda pada penelitian ini tidak menggunakan
variabel confounding atau hanya menggunakan kriteria responden berupa usia dan
jenis kelamin dan one group, sehingga tidak diketahui apakah ada pengaruh diluar
variabel yang diteliti. Rancangan penelitian Apriliawati (2011) quasi
eksperimental dengan non-equivalent control group pre-test post-testdesign. Hasil
penelitian ini menunjukkan ratarata tingkat kecemasan anak yangmendapatkan
biblioterapi sebesar 29,27 dan rata-rata tingkat kecemasan anak yang tidak
mendapatkan biblioterapi sebesar 36,07. Dari hasil uji tdependen menunjuk
kanterdapat perbedaan bermakna antara tingkat kecemasan setelah diberikan
biblioterapi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p-value=0,000).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestiawati, dkk (2019) yang
berjudul Pengaruh biblioterapi terhadap stres hospitalisasi pada anak usia sekolah
di RSUD Panembahan Sinopati Bantul. Teknik analisa menggunakan uji beda
paired sampel t-test. Rata-rata stres hospitalisasi anak sebelum diberikan
biblioterapi adalah 10,50 dan setelah diberikan biblioterapi adalah 6,05, dengan
hasil uji bivariat didapatkan nilai p-value=0,0000<α 0,05 yang artinya ada
pengaruh biblioterapi terhadap stres hospitalisasi pada anak usia sekolah di RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Lestiawati (2019) menyatakan bahwa kemampuan
membaca menjadi salah satu keterampilan terpenting dalam perkembangan
kognitif anak usia sekolah dan menjadi alat paling berharga untuk menyelidiki
kemampuan anak. Melalui buku cerita dengan tema yang menghibur dapat
memberikan respon terhadap anak untuk mengamati, mendengarkan, dan
mengimajinasikan apa yang ia tangkap. Bercerita merupakan salah satu cara yang
efektif untuk menurunkan stres pada anak dan penting untuk kesejahteraan mental
dan emosional anak (Hartini & Prasiska, 2015).
37
Jurnal 4 Intervensi Nonfarmakologik Untuk Menurunkan Kecemasan Pada
Pasien Preoperasi: Literature Review
38
Jurnal 5 Pengaruh Terapi Bermain Felt Puppets Dalam Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pre Operasi Sirkumsisi Pada Anak Usia Prasekolah
39
pre operasi sirkumsisi pada anak usia prasekolah di klinik dokter khitan Blora dr.
H. Hery Prasetyo.
3.5 Step 4
40
tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Hal iniberakibat
munculnya reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat dan
ketergantungan pada orang tua.
Anak kecil rentan terhadap kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan,
sebagai contoh anak yang dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) karena anak
mengalami urutan ketakutan perkembangan yaitu takut kehilangan ibu, takut
kehilangan cinta ibu, takut cidera tubuh, takut akan impulsnya dan takut akan
cemas hukuman (punishing unxiety) dari superego dan rasa bersalah. Sebagian
besar anak mengalami cemas perpisahan didasarkan pada salah satu atau lebih
ketakutan-ketakutan tersebut (Kaplan dan sadock (1997, dalam Nursalam, 2005).
Tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang di rawat inap di rumah sakit
masuk dalam kategori tinggi, bahkan ada yang sangat tinggi. Tingkat kecemasan
ini harus segera mendapat penanganan agar anak tidak merasa stres berada di
rumah sakit. Sebab pikiran yang stres akan menyebabkan anak akan lama pulih
dari pengobatan yang sedang dijalani. Oleh karena itu bentuk terapi agar anak
merasa nyaman di rumah sakit dapat berupa dengan permainan.
Pengukuran skala kecemasan pada anak adalah modifikasi pengukuran
kecemasan pada orang dewasa disesuaikan dengan kondisi anak.hadapi
permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit karena
perawat berada di samping pasien selama 24 jam. Fokus intervensi keperawatan
adalah meminimalkan dukungan psikologis pada anak anggota keluarga. Salah
satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak
hospitalisasi pada anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi
bermain dapat dilakukan sebelum melakukan prosedur pada anak, hal ini
dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan anak selama
prosedur berlangsung. Walaupun anak mengalami sakit dan atau dirawat, tugas
perkembangan tidaklah berhenti.
Hal ini bertujuan untuk melanjutkan tumbuh dan kembang selama perawatan
sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan, dapat mengembangkan
kreativitas dan pengalaman, anak akan mudah untuk beradaptasi terhadap stres
41
karena penyakit yang di rawat. Prinsip bermain di rumah sakit yaitu tidak banyak
mengeluarkan energi, mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang, kelompok
usia yang sebaya, permainan tidak bertentangan tentang pengobatan, melibatkan
orang tua atau keluarga. Salah satu alternatif untuk mengalihkan perhatian anak
yang dirawat di rumah sakit adalah diberikannya dukungan sarana bermain yang
dapat memfasilitasi anak untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan anak usia
prasekolah
yang dirawat di rumah sakit, karena anak usia prasekolah masih senang
bermain-main. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar, karena dengan
bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenai waktu
jarak serta suara (Wong, 2001 dalam Adriana, 2011).
Dengan demikian, pemberian terapi bermain ini dapat menjadi sebuah terapi
untuk menurunkan tingkat kecemasan pra operasi pada anak prasekolah u .
Keefektifan terapi ini dapat terlihat dari beberapa jurnal berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitan menurut Ajeng Dwi Retnani, Titin Sutini,
Suhendar Sulaeman(2019) Video Kartun Dan Video Animasi Dapat
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah. Pada penenilitan ini , peneliti meneliti mengenai pengaruh terapi
video kartun dan video animasi untuk melihat penurunan stingkat
kecemasan pre operasi pada anak usia pra sekolah. DidapatkanHasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan anak
sebelum dan setelah diberikan intervensi video animasi (p value = 0,000)
dengan penurunan tingkat kecemasan pre operasianak sebesar 4,70.
2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprina, Novri
Ardiyansa, Sunarsih (2019) melakukan penelitian di dapatkan 30 sample
dengan metode yang sama menggunakan one group pretest dan postest.
Rata-rata skor indeks kecemasan responden sebelum terapi bermain
puzzle adalah 64,30. Pada pengukuran rata-rata skor kecemasan setelah
terapi bermain puzzle didapatkan rata-rata kecemasan adalah 48,60. Nilai
perbedaan ratarata skor indeks kecemasan sebelum dan sesudah terapi
42
bermain puzzle adalah 15,7. Hasil uji statistik dengan uji t dependent
didapatkan hasil p-value sebesar 0,00>ɑ (0,05), maka dapat disimpulkan
ada pengaruh rata-rata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
terapi bermain puzzle.
3. Pada penelitian Indarti , Ika Subekti Wulandari, Gatot Suparmanto(2020)
Hal ini sejalan dengan hasil yang di dapatkan dalm penelitian ini hasil
penelitian yang dilakukan di klinik dokter khitan Blora dr. H. Hery
Prasetyo dengan jumlah responden sebanyak 22 diketahui bahwa
sebagian besar tingkat kecemasan setelah diberikan intervensi adalah
cemas ringan sebanyan 11 (50,0%), cemas sedang sebanyak 9 (40,9%),
cemas berat sebanyank 2 (9.1%), panik (0%). Hal ini sejalan dengan
penelitian (Noverita, 2018)dengan jumlah sampel sebanyak 75 anak usia
1-3 tahun sebelum diberikan terapi bermain yaitu paling banyak 65
responden (86,7%) dengan tingkat kecemasan sedang dan tingkat
kecemasan sedudah diberikan terapi bermain yaitu sebanyak 38
responden (50,7%) dengan tingkat kecemsan sedang, tingkat kecemasan
setelah diberikan terapi bermain menjadi menurun dikarenakan anak
merasa tenang, rileks, dan merasa senang karena diajak bermain. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi bermain terhadap
4. Pada penelitian menurut Diana Pefbrianti, Hamdan Hariawan, Setyo
Kurniawan, Hery Sasongko , Galih Noor Alivian, Ah Yusuf (2019) ,
penelitian ini menggunakan desain literature riview , ini juga mendukung
dangan 3 jurnal di atas , pada penelitian ini mendapatkan hasil
farmakologik yang dilakuan review dapat menurunkan kecemasan.
Perbedaanya terdapat pada pelaksana dan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Ada beberapa intervensi yang harus dilakukan oleh orang yang terlatih.
Ada juga beberapa intervensi yang harus diberikan dengan alat bantu
serta bahan yang dibutuhkan. Intervensi yang telah dijelaskan lebih ke
arah relaksasi dan distraksi. Relaksasi dapat diperoleh pasien melalui
intervensi minyak lavender, healing touch, dan hand reflexology.
Sedangkan distraksi dapat diberikan melalui intervensi Wacky
43
Wednesday. Selain itu, menurunkan kecemasan juga dapat dilakukan
dengan memberikan pemahaman kepada pasien mengenai apa saja yang
akan terjadi dari preoperasi hingga post operasi melalui pendidikan
kesehatan yang diberikan kepada pasien. Relaksasi dan distraksi
merupakan teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan self esteem
dengan mempengaruhi status mental dan emosional sehingga dapat
menurunkan kecemasan (Anderson et al., 2015). Metode relaksasi dengan
healing touch dapat menurunkan kecemasan 20% lebih dibandingkan
sebelum diberikan intervensi tersebut (Mobini-Bidgoli et al., 2017). Hand
reflexology dengan dengan pendekatan relaksasi melalui pijatan juga
menurunkan kecemasan dari 57,54 menjadi 55,47. Sedangkan melalui
edukasi, kecemasan dapat menurun dari mean 3,5 menjadi mean 0,7 (Guo,
East and Arthur, 2012).Penjelasan tersebut lebih menekankan bahwa
semua intervensi yang direview menurunkan kecemasan. Tetapi,
pemberian edukasi merupakan intervensi yang bisa dilakukan oleh semua
petugas kesehatan tanpa perlu mengikuti pelatihanterlebih dahulu dan
tidak membutuhkan banyak alat dan bahan yang dibutuhkan. Menurunkan
kecemasan dengan pendidikan dapat dilakukan hanya deneg memberikan
penjelasan kepada pasien dan leaflet untuk dapat memperoleh informasi
untuk bisa dibawa pulang.
5. Pada penelitian menurut Nadhya Ayuningtyas, Aprina, Anita (2019)
dengan judul Pengaruh Biblioterapi “Teruslah Semangat Nadi” terhadap
Stres Hospitalisasi Anak Pra Operasi. Pada penelitian ini menggunakan
metode penelitian one-group pre-post test design. Pada penelitian ini ,
peneliti mengajak anak unntuk membaca dan menjelaskan apa yang telah
dibaca , berbeda dengan 4 penelitian di atas yang mengajak anak bermain
menggunakan media , penelitian ini memberikan intervensi dengan
mengharapkan anak bisa memngungkapkan dan menjelaskan apa yang
telah di baca , dan didapatkan hasil berdasarkan uji statistik, skor rata-rata
stres hospitalisasi responden sebelum dan sesudah diberikan biblioterapi
“Teruslah Semangat Nadi” dengan uji t dependen nilai pvalue 0,000 (<α
44
0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh biblioterapi
“Teruslah Semangat Nadi” terhadap stres hospitalisasi anak pra operasi.
Dari kelima jurnal diatas penelaah menyimpulkan bahwa penelitian menurut
Ajeng Dwi Retnani, Titin Sutini, Suhendar Sulaeman (2019) mendaparkan hasil
yang sangat signifikan dan pada pemberian terapi ini menurut penelaah
memberikan intervensi yang effiien dengan diberikan nya beberapa pilihan video
animasi , sehingga anak pra sekolah dpat memilih dan lebih mudah menerima
terapi ini dengan baik .
45
3.7 Step 6 : Desemination
46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
47
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Dwi Retnani, Titin Sutini, Suhendar Sulaeman. Video Kartun Dan Video
Animasi Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pada
Anak Usia Pra Sekolah. Tahun 2019. Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 3, Nomor 1, Desember 2019 e-ISSN: 2581-1975 p-ISSN:
2597-7482
Andriana, D. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Al-Ihsan. 2016. Terapi Bermain Origami Terhadap kecemasan Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi. Jurnal Dunia
Keperawatan, Volume 6, Nomor 1, 63 – 70.
Alleviates Anxiety in Children during Induction of Anesthesia. International
Anesthesia Research Society, 115(5), 1168-1173
Aprina, Novri Ardiyansa, Sunarsih.Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6
tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019 ISSN 2086-7751
(Print), ISSN 2548-5695 (Online)
Astarani, K. (2017). Hospitalisasi & Tempat Bermain pada Anak. Adjie Media
Nusantara, Nganjuk
Basford, Lynn dan Slevin. 2016. Teori & Pratek Keparawatan : Pendekatan
Integral Pada Asuhan Pasien. Alih bahasa Agung Maluyo. Jakarta :
EGC.
Brannon, L., Feist, J., & Updegraff, J. A. (2013). Health Psychology: An
Introduction to Behavior and Health, Eight Edition. USA: Wadsworth
Brown, J. (2012). Effects of Group Medical Play on Reducing Stress, Fear, and
Anxiety in Children. Master’s thesis The University of Alabama
Diana Pefbrianti, Hamdan Hariawan, Setyo Kurniawan, Hery Sasongko , Galih
Noor Alivian, Ah Yusuf. Intervensi Nonfarmakologik Untuk
Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Preoperasi: Literature Review
48
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 9 Nomor 2, April 2018
ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778
Ekawati, D., Rosyidah, I., Sumarsono. (2017). Pengaruh Distraksi Menonton
Animasi Kartun terhadap Tingkat Stress Hospitalisasi pada Anak Saat
Dilakukan Injeksi Bolus. Skripsi. Stikes Insan Cendekia Medika
Jombang
Fatmawati, L., Syaiful, Y., & Ratnawati, D. (2019). Pengaruh Audiovisual
Menonton Film Kartun terhadap Tingkat Kecemasan saat Prosedur
Injeksi pada Anak Prasekolah. Jurnal Ilmiah Kesehatan (Journal of
Health Sciences), 12(2), 15-29
Gracia, Mia. (2015). Hypnosis In Destistry. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hockenberry, J. M. & Wilson D. (2010). Wong’s essentials of pediatric nursing.
Hockenberry, M., Wilson, D. 2017. Wong’s Nursing Care Of Infants And
Children, Ninth Edition. USA: Elsevier
Indarti , Ika Subekti Wulandari, Gatot Suparmanto. Pengaruh Terapi Bermain Felt
Puppets Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pre Operasi
Sirkumsisi Pada Anak Usia Prasekolah Tahun 2020
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Survey Kesehatan Nasional.
Mosby Elsevier, PhiladelphiaKoller & Goldman. (2012). Pediatric Psychosocial
Oncology: Textbook for Multidisciplinary Care, USA: SpringerLee,
J., Jihye L.S., Hyungsun L. S., & Jun-Rae L. (2012). Cartoon
Distraction
Nadhya Ayuningtyas, Aprina, Anita. Pengaruh Biblioterapi “Teruslah Semangat
Nadi” terhadap Stres Hospitalisasi Anak Pra Operasi. Jurnal
Kesehatan Volume 11, Nomor 2, Tahun 2020 ISSN 2086-7751
(Print), ISSN 2548-5695 (Online)
Noorlaila, I. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher
Oktiawati. 2017. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Tegal : CV Trans Info
MediaPotts, N. and Mandleco, B., 2017. Pediatric Nursing. Clifton
Park, N.Y.: Delmar Cengage Learning.
49
Papalia, D. E., Sally, W. O., & Ruth, D. F. (2010). Human Development
(Psikologi Perkembangan) Bag. I-IV. Jakarta: Salemba Humanika
Pelander & Leino. K. (2010). Empirical Studies: Children’s Best and Worst
Experiences during Hospitalization. Finland Scand Journal Caring Sci,
12(4), 347-356
Pontoh, B. I., Damajanti, H.C.P, & Ni Wayan, M., 2015. Hubungan Tingkat
Kecemasan dengan Perubahan Denyut Nadi Pada Pasien Ekstraksi
Gigi di Puskesmas Tuminting Manado, Jurnal e-GiGi, 3(1): 13-17
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta: Graha
Ilmu
Potter & Perry. (2012). Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika
Priece & Moreno. (2012). At a Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketig
50