Disusun oleh :
Kelompok 3.A
Nama Kelompok :
1. Aditya Andrian 149012018028
2. Cici Paramita 149012018029
3. Diah Ayu Pitaloka 149012018030
4. Laila Murdaningrum 149012018031
5. Novia Handayani 149012018032
6. Risko Berta 149012018035
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh karena itu, kami
sangat berharap masukan berupa kritik dan saran dari dosen pembimbing agar
makalah ini menjadi lebih baik.
06 Januari 2019
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan
80% kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan
(25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%),
ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia
sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian
KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di
ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah
dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas,
maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi(Mochtar, 2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda
dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban
di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin
secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas
panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal
berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda,
hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi
sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
C. Patofisiologis (Pathways)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan
hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-
malposisi disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu
dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar
sudah pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau
kecil.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara
lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain
keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya
tes ferning dan nitrazine tes.
(Manuaba, 2009)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN :
I. Identitas :
a. Identitas Klien b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Klien : Ny. E Nama Suami : Tn. R
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Agama : Islam
Sumber biaya : BPJS Alamat : Metro
Alamat : Metro
Tanggal Pengkajian : 1 Januari 2019
Tanggal masuk RS : 1 Januari 2019
Diagnosa Medik : P2A0 Post Partum Spontan
2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh mules-mules dan nyeri dari perut menjalar kepinggang,
klien mengeluarkan darah dan merasa tidak nyaman setelah melahirkan anak
keduanya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RS melalui rujukan dari Puskesmas,Pasien datang ke
ruang Delima RS Abdul Moeloek bersama dengan keluarganya pada hari
Selasa, 01 Januari 2019 pukul 09.15 WIB. Pasien mengeluh perutnya mules-
mules pada hari senin malam, dan keluar air pada hari selasa pagi dari jalan
lahir dan rasanya pusing di kepala. Hasil pengkajian taksiran usia kehamilan
klien 36 minggu.. Klien partus pada tanggal 01 Januari 2018 pukul 17.15 WIB
di Ruang Delima Kala II secara normal. Klien melahirkan bayi laki-laki
dengan berat badan bayi 3000gram dan 2900gram.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit baik degeneratif maupun kronis
dan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, plester atau lainnya.
b. Riwayat Imunisasi
1) Imunisasi TT1 satu kali
2) Imunisasi TT2 satu kali
Imunisasi dilakukan saat usia kehamilan 4 dan 6 bulan
4. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi
Selama Kehamilan : 3x/hari
Setelah Kelahiran : 3x/hari
Jumlah
Selama Kehamilan : 6-9 gelas/hari
Setelah Kelahiran : 6-9 gelas/hari
Warna
Selama Kehamilan : Kuning jernih
Setelah Kelahiran : Kuning kehijauan
Bau
Selama Kehamilan : Amonia
Setelah Kelahiran : Amonia
Karakter : Tidak terkaji
BJ : Tidak terkaji
Alat Bantu :
Selama Kehamilan : Tidak terpasang kateter
Setelah Kelahiran : Terpasang pembalut
Kemandirian :
Selama Kehamilan : Mandiri
Setelah Kelahiran : Dibantu
BAB
Frekuensi
Selama Kehamilan : 2 x/hari
Setelah Kelahiran : Belum BAB
Jumlah : Tidak terkaji
Warna : Tidak terkaji
Bau : Tidak terkaji
BJ : Tidak terkaji
Alat Bantu
Selama Kehamilan : Tidak terpasang alat bantu
Setelah Kelahiran : Tidak terpasang kateter tetapi terpasang pembalut
Interprestasi:
Ny. E masih merasakan susah untuk BAB yang ditimbulkan oleh terjadinya odem
dari trigono, yang menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi. Selain itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau
nyerinya bertambah.
2. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 37,50C Respirasi : 24 x/mnt
Denyut Nadi : 80 x/mnt TB / BB :160 cm/68 kg
Tensi / Nadi : 120/80 mmHg DJJ : 128 x/menit.
3. Kepala & leher
Inspeksi: Warna rambut hitam tersebar merata, tidak mudah rontok serta
tidak berketombe.
Palpasi : Tidak ada benjolan disekitar kepala, tidak ada nyeri tekan dan
tekstur rambut lembut.
4. Thorax / Dada
a. Paru - paru
Inspeksi : gerakan paru simetris, tidak ada lesi ataupun luka pada daerah
dada, terlihat retraksi dada, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, tidak ada massa.
Perkusi : sonor pada kedua lapang dada
Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing.
b. Jantung
Inspeksi: tidak terlihat denyut ictus cordis.
Palpasi : ictus cordis teraba lemah pada perpotongan ICS 5 dan klavikula
kiri
Perkusi : redup
Auskultasi : normal, tidak ada suara jantung tambahan.
5. Pemeriksaan payudara
Payudaranya tegang dan membesar, puting susu menonjol, dan harus
mendapatkan perawatan payudara agar tidak terjadi infeksi, lecet dan bendungan
ASI.
6. Abdomen
TFU: 2 jari diatas pusat
Kontraksi: kontraksi uterus baik
Diastasis Rectus Abdominus: diastasis 2/5 jari
7. Genetalia
Episiotomi :tidak ada tanda-tanda REEDA
Lochea : rubra
Anus: normal
8. Punggung
Klien merasa kaku di bagian punggungnya dan terkadang merasakan nyeri.
9. Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada bekas luka pada daerah ekstremitas, terpasang infus
ada ektremitas kiri bawah.
B. PRIORITAS MASALAH
1. Resiko terjadinya infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
3. Ansietas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan ketuban pecah
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
3. Ansietas berhubungan dengan air ketuban terlalu banyak keluar
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikososial dan spiritual (Direja,
2011). Asuhan Keperawatan pada Ny. E dilakukan pada tanggal 1 Januari – 03 Januari
2019.
Pada hasil pengkajian tanggal 01 Januari 2019 mendapatkan data berupa: keluhan
utama klien cemas dan khawatir mengenai keadaan calon bayi dan dirinya semenjak 2
hari yang lalu karena klien mengalami pengeluaran cairan dari jalan lahir dengan jumlah
yang banyak berwarna bening dan berbau amis.
Pada riwayat masalah kesehatan saat ini klien tidak memiliki masalah kesehatan
yang berarti seperti mengalami hipertensi, diabetes melitus, hepatitis ataupun HIV. Pada
riwayat menstruasi klien mengalami menarche pada usia 12 tahun tahun dengan siklus
teratur 7 hari selama 28-30 hari. Pada riwayat kehamilan usia gestaso 36 minggu G2 10
A0. Kehamilan direncanakan dengan perkiraan persalinan pada tanggal 16 January 2019.
Dan HPHT pada tanggal 13 maret 2018. Pada keluhan selama hamil, trisemester I klien
mengeluh mual, muntah dan pusing, trisemester II klien sering mengeluh sakit pinggang
dan mudah lelah, trisemester III klien mengatakan sering buang air kecil dan sakit
pinggang.
Kemudian dilakukan pengkajian fisik pada klien dan didapatkan bahwa tekanan
darah klien dalam keadaan rendah yaitu TD 120/80mmhg dengan nadi 80 kali/menit,
pernapasan 24 kali/menit, dan suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan leopold 1: Tinggi fundus
uteri, setinggi px dan 30cm, teraba bokong pada bagian fundus. Leopold 2: teraba
punggung pada abdomen sebelah kanan dan ekstremitas janin pada abdomen kiri, serta
hasil DJJ 135 dpm. Leopold 3: Persentase kepala janin, dan leopold 4: Kepala janin sudah
masuk PAP 0/5 konvergen. Pada hasil pemeriksaan dalam terjadi pembukaan 1 cm,
portio tebal, selaput ketuban masih ada, amnion sedikit. Pada Proses persalinan kala 1:
klien diberi induksi drip oksitosin 5 IU pada pukul 11.00 WIB. Hasil VT didapatkan
pembukaan 1 cm. Tidak ada kemajuan pada proses persalinan 24 jam pasca induksi,
kontraksi minimal, gerakan janin ada dan denyut jantung janin masih dalam batas normal.
Berdasarkan pengkajian pada data keluhan klien dapat dikategorikan sebagai
masalah ketuban pecah dini, karena menurut manuaba (2007) keluarnya cairan ketuban
melalui vagina dengan aroma air ketuban berbau amis, dan cairan amnion sedikit
merupakan tanda dan gejala dari ketuban pecah dini. Berdasarkan pengkajian data
tersebut ditemukan permasalahan diantaranya selaput ketuban telah pecah 2 hari yang
lalu sebelum munculnya tanda-tanda persalinan. Pada kasus tersebut, pecahnya selaput
ketuban dapat diakibatkan oleh aktivitas harian klien. sebelum terjadi pecah ketuban klien
mengatakan pergi menggunakan sepeda motor melalui jalan berbatu dan menempuh jarak
yang cukup jauh. Semenjak saat itu klien merasakan adanya cairan yang keluar
pervaginam seperti air kencing. Namun klien tidak menyadari bahwa cairan itu adalah air
ketuban karena klien merasa kehamilannya belum cukup bulan.
Berdasarkan data yang didapatkan klien belum mengalami infeksi akibat
pecahnya ketuban, karena berdasarkan teori Manuaba (2007), tanda- tanda terjadinya
infeksi pada klien dengan ketuban pecah dini adalah demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri pada perut, denyut jantung janin bertambah cepat atau tidak dalam batas normal.
Diagnosa keperawatan resiko infeksi b/d ketuban pecah dini dilakukan selama 2
hari dari tanggal 04 s/d 05 November 2015. Seluruh implementasi dalam rencana
tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan kriteria hasil yang ingin
diperoleh. Adapun evaluasi subjektif pada hari ke-2, didapatkan klien mengatakan tidak
ada demam, tidak ada kemerahan dan bengkak pada tubuhnya. Klien mengatakan akan
istirahat agar kondisi tubuhnya baik. Untuk evaluasi objektif diperoleh hasil TTV klien
yang masih dalam rentang normal. Implementasi dihentikan pada hari ke-2 karena
kriteria hasil yang ingin diperoleh telah tercapai dengan catatan perawat tetap memonitor
selalu TTV klien. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan ini perawat juga tidak
menemukan kendala yang berarti.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks(Saifudin,
2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan
pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan
sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan
gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat
korioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan
yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material &
Neonatal. Jakarta : EGC.