Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST PARTUM PADA

NY.E P2A0 HARI KE 1 USIA KEHAMILAN 36 MINGGU


DENGAN KPD DI RUANG DELIMA (NIFAS)
RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG

Disusun oleh :
Kelompok 3.A
Nama Kelompok :
1. Aditya Andrian 149012018028
2. Cici Paramita 149012018029
3. Diah Ayu Pitaloka 149012018030
4. Laila Murdaningrum 149012018031
5. Novia Handayani 149012018032
6. Risko Berta 149012018035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirrabbil’alamin kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan nikmat jasmani dan rohani kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ketuban Pecah Dini ”. Laporan kasus ini bertujuan untuk
membantu dan menjelaskan tentang ketuban pecah dini pada masa kehamilan.

Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh karena itu, kami
sangat berharap masukan berupa kritik dan saran dari dosen pembimbing agar
makalah ini menjadi lebih baik.

06 Januari 2019

Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan
80% kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan
(25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%),
ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia
sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian
KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di
ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah
dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas,
maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi(Mochtar, 2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda
dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban
di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin
secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas
panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal
berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda,
hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi
sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi


(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

C. Patofisiologis (Pathways)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan
hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-
malposisi disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu
dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar
sudah pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau
kecil.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara
lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain
keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya
tes ferning dan nitrazine tes.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini


dapat dilakukan:

1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di


froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan
pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini


dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil
umur kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat
memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1
kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini :

Ketuban Pecah Dini

Masuk Rumah Sakit :


- Antibiotik
- Batasi pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
- Observasi tanda infeksi dan distres janin
- Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
 Kortikosteroid - Distres janin - Letak sunsang
- Letak lintang - CPD INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst  Infeksi
- Infertilitas  Waktu
- Grandemultipara
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif

SEKSIO SESAREA GAGAL


BERHASIL
 Reaksi uterus tidak ada
 Kelainan letkep  Persalinan
 Fase laten dan aktif dan memanjang pervaginal
 Distres janin
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

(Manuaba, 2009)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN :
I. Identitas :
a. Identitas Klien b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Klien : Ny. E Nama Suami : Tn. R
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Agama : Islam
Sumber biaya : BPJS Alamat : Metro
Alamat : Metro
Tanggal Pengkajian : 1 Januari 2019
Tanggal masuk RS : 1 Januari 2019
Diagnosa Medik : P2A0 Post Partum Spontan

2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh mules-mules dan nyeri dari perut menjalar kepinggang,
klien mengeluarkan darah dan merasa tidak nyaman setelah melahirkan anak
keduanya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RS melalui rujukan dari Puskesmas,Pasien datang ke
ruang Delima RS Abdul Moeloek bersama dengan keluarganya pada hari
Selasa, 01 Januari 2019 pukul 09.15 WIB. Pasien mengeluh perutnya mules-
mules pada hari senin malam, dan keluar air pada hari selasa pagi dari jalan
lahir dan rasanya pusing di kepala. Hasil pengkajian taksiran usia kehamilan
klien 36 minggu.. Klien partus pada tanggal 01 Januari 2018 pukul 17.15 WIB
di Ruang Delima Kala II secara normal. Klien melahirkan bayi laki-laki
dengan berat badan bayi 3000gram dan 2900gram.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit baik degeneratif maupun kronis
dan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, plester atau lainnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
degenerative.

5. Riwayat Pengkajian Obstetri


Riwayat mentruasi
Menarche : Pasien mengalami menstruasi umur 13 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus : Teratur
HPHT : 13 Maret 2018
Riwayat Perkawinan
a. Kawin/ Tidak Kawin :
b. Umur ibu menikah : 21 Tahun
c. Umur bapak Menikah : 23 Tahun
d. Lama pernikahan : 6 Tahun
e. Berapa kali menikah : Satu kali
Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan memakai KB jenis suntik selama 6 tahun dan kondisi
klien sampai sekarang baik-baik saja dan merasa cocok menggunakan KB
suntik.
Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas
P2A0

Ana Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak


k ke Umur Penyulit Jenis Penolo Penyuli Lasera infeksi Pendarah Jenis BB PB Kea
kehamila ng t si an kelami daan
n n fisik
2 38 Tidak Normal Bidan Gemali Tidak Tidak Tidak 1.Laki 3000 50 Seh
minggu Ada dan ada ada ada -laki gram
penyulit Pera laserasi tanda- pendarah cm at
saat Wat tanda an
kehamila infeksi
n 2.laki- 2900 49 Seh
laki gram
cm at

Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Pemeriksaan Kehamilan Tempat Pemeriksaan
1) Trimester I : 2 x 1 bulan Puskesmas
2) Trimester II : 1 x 1 bulan Puskesmas
3) Trimester III : 3 x 1 bulan Puskesmas

b. Riwayat Imunisasi
1) Imunisasi TT1 satu kali
2) Imunisasi TT2 satu kali
Imunisasi dilakukan saat usia kehamilan 4 dan 6 bulan

Riwayat pemakaian obat selama kehamilan


Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan obat-obatan sebelumnya, tapi
klien hanya meminum vitamin yang diberikan puskesmas.

Riwayat Persalinan sekarang


a. Tanggal Persalinan : 01 Januari 2019
b. Tipe Persalinan : Spontan
c. Lama Persalinan : Kala 1 : 4 Jam, penyulit : tidak ada
Kala II : 3 jam 35 menit, penyulit: tidak ada
Kala III : 10 menit, kelainan: tidak ada
Jumlah : 7 jam 45 menit
d. Jenis kelamin Bayi : laki laki BB : 3000 gram PB :50 cm, laki-laki BB :
2900 gram PB :49 cm.
e. APGAR Score : 6/7 tidak ada cacat , 6/7 tidak ada cacat.

Riwayat Kebiasaan sehari-hari


a. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi & Tata Laksana Hidup Sehat
1) Selama Kehamilan : Kesehatan bagi Ny. E merupakan keadaan
yang membuat tidak bisa bekerja, apabila keluhan yang dirasakan
tidak menggangu pekerjaanya maka tidak perlu ditangani. Selama
kehamilan ini Ny. E memeriksakan kehamilannya sebulan sekali di
bidan.
2) Setelah Kelahiran : Kesehatan bagi Ny. E merupakan hal penting
bagi dirinya dan bayinya. Ny. E ingin bayinya sehat dan dirinya
cepat pulang.
2. Pola Nutrisi & Metabolisme
1) Selama Kehamilan : Ny. E makannya sama seperti sebelum hamil
biasanya 2 sampai 3 kali sehari dan minum kurang lebih 2 liter
perhari.
2) Setelah Kelahiran : Ny. E makannya sama seperti sewaktu hamil
biasanya 2 sampai 3 kali sehari dan minum kurang lebih 2 liter
perhari.
3. Pola Aktivitas
1) Selama Kehamilan : Ny. E dapat melakukan segala aktivitasnya
secara mandiri dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
2) Setelah Kelahiran : Ny. E melakukan aktivitas sehari-hari dengan
terbatas, misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien
dengan nyeri perineum terjadi keterbatasan aktivitas. Ny. E setelah
kelahiran beraktivitas secara mandiri meskipun ada beberapa
aktivitas memerlukan bantuan minimal dari keluarga.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri.

4. Pola eliminasi
BAK
 Frekuensi
Selama Kehamilan : 3x/hari
Setelah Kelahiran : 3x/hari
 Jumlah
Selama Kehamilan : 6-9 gelas/hari
Setelah Kelahiran : 6-9 gelas/hari
 Warna
Selama Kehamilan : Kuning jernih
Setelah Kelahiran : Kuning kehijauan
 Bau
Selama Kehamilan : Amonia
Setelah Kelahiran : Amonia
 Karakter : Tidak terkaji
 BJ : Tidak terkaji
 Alat Bantu :
Selama Kehamilan : Tidak terpasang kateter
Setelah Kelahiran : Terpasang pembalut
 Kemandirian :
Selama Kehamilan : Mandiri
Setelah Kelahiran : Dibantu
BAB
 Frekuensi
Selama Kehamilan : 2 x/hari
Setelah Kelahiran : Belum BAB
 Jumlah : Tidak terkaji
 Warna : Tidak terkaji
 Bau : Tidak terkaji
 BJ : Tidak terkaji
 Alat Bantu
Selama Kehamilan : Tidak terpasang alat bantu
Setelah Kelahiran : Tidak terpasang kateter tetapi terpasang pembalut
Interprestasi:
Ny. E masih merasakan susah untuk BAB yang ditimbulkan oleh terjadinya odem
dari trigono, yang menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi. Selain itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau
nyerinya bertambah.

5. Pola Persepsi Sensoris


Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka jahitan
nyeri terpusat, dan skala nyeri 6 (menganggu aktifitas)

6. Pola Konsep Diri


 Gambaran diri
Selama Kehamilan : Pasien mengalami perubahan bentuk tubuh
Setelah Kelahiran : Pasien setelah kelahiran bentuk tubuhnya mulai
kembali normal.
 Identitas diri
Selama Kehamilan : Sebagai seorang perempuan, ibu dari satu orang
anak perempuan dan calon ibu untuk bayi yang ada kandungannya.
Setelah Kelahiran : Sebagai seorang perempuan dan ibu dengan dua
orang anak.
 Harga diri :
Selama Kehamilan : Pasien ingin bayinya lahir dengan selamat.
Setelah Kelahiran : Pasien ingin cepat sembuh dan cepat pulang dari
rumah sakit.
 Ideal Diri :
Selama Kehamilan : Pasien ingin bayinya lahir dengan selamat.
Setelah Kelahiran : Pasien bahagia bayinya lahir dengan normal dan
selamat.
 Peran Diri :
1) Selama Kehamilan : Pasien berperan menjadi seorang istri serta ibu
untuk seorang anak perempuannya dan calon ibu untuk bayinya.
2) Setelah Kelahiran : Pasien berperan menjadi seorang istri serta
ibu untuk dua orang anaknya.
Interprestasi:
Terjadi kecemasan terhadap keadaan kelahirannya. Dampak psikologisnya
adalah terjadinya perubahan konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri,
namun Ny. E menerima akan keadaannya saat ini karena ini sudah merupakan
kehamilan yang kedua
.
7. Pola Hubungan & Peran
1) Selama Kehamilan : Ny. E berperan menjadi seorang istri serta ibu
untuk seorang anak perempuannya dan calon ibu untuk bayinya. Memiliki
hubungan baik dengan suami,anak dan saudara-saudaranya.
2) Setelah Kelahiran : Pasien berperan menjadi seorang istri serta ibu
untuk dua orang anaknya. Memiliki hubungan baik dengan suami, anak
dan saudara-saudaranya.
Interpretasi :
Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena masa
nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan aktivitas terbatas
sehingga tidak mampu melakukan perannya secara maksimal.
8. Pola Reproduksi & Seksual
1) Pola seksualitas
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam
hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
2) Fungsi reproduksi
Pasien telah memiliki dua orang anak. Ny. E memiliki satu orang anak, anak
pertama laki-laki berusia 7 tahun.
Interpretasi :
Secara umum fungsi reproduksi pasien berfungsi dengan baik.

9. Pola Penanggulangan Stres / Koping – Toleransi Stres


a. Selama Kehamilan : Ny. E berpikir tentang kehamilannya dan nantinya
bagaimana.
b. Setelah Kelahiran : Ny. E terlihat lebih tenang namun kawatir dengan
nyeri dan perdarahan yang dialaminya.
Interpretasi :
Sacara umum pola manajemen koping-stress pasien kontruktif terbukti
pasien masih mampu mengungkapkan perasaannya kepada sang suami. Klien
mendapat dukungan dan suport dari keluarganya, maka jika klien merasa stres
keluarga klien memotivasi klien agar banyak istirahat dan tidak memikirkan
masalah yang menjadi beban dalam pikirannya.

PEMERIKSAAN FISIK ( INSPEKSI, PALPASI, AUSKULTASI, PERKUSI)


1. Keadaan Umum
Pasien pindahan dari ruang Delima (VK) pada tanggal 01 Januari 2019
keadaan umum pasien lemah, kesadaran pasien Compos Mentis

2. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 37,50C Respirasi : 24 x/mnt
Denyut Nadi : 80 x/mnt TB / BB :160 cm/68 kg
Tensi / Nadi : 120/80 mmHg DJJ : 128 x/menit.
3. Kepala & leher
 Inspeksi: Warna rambut hitam tersebar merata, tidak mudah rontok serta
tidak berketombe.
 Palpasi : Tidak ada benjolan disekitar kepala, tidak ada nyeri tekan dan
tekstur rambut lembut.

4. Thorax / Dada
a. Paru - paru
 Inspeksi : gerakan paru simetris, tidak ada lesi ataupun luka pada daerah
dada, terlihat retraksi dada, bentuk dada normal.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, tidak ada massa.
 Perkusi : sonor pada kedua lapang dada
 Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing.
b. Jantung
 Inspeksi: tidak terlihat denyut ictus cordis.
 Palpasi : ictus cordis teraba lemah pada perpotongan ICS 5 dan klavikula
kiri
 Perkusi : redup
 Auskultasi : normal, tidak ada suara jantung tambahan.

5. Pemeriksaan payudara
Payudaranya tegang dan membesar, puting susu menonjol, dan harus
mendapatkan perawatan payudara agar tidak terjadi infeksi, lecet dan bendungan
ASI.

6. Abdomen
 TFU: 2 jari diatas pusat
 Kontraksi: kontraksi uterus baik
 Diastasis Rectus Abdominus: diastasis 2/5 jari
7. Genetalia
 Episiotomi :tidak ada tanda-tanda REEDA
 Lochea : rubra
 Anus: normal

8. Punggung
Klien merasa kaku di bagian punggungnya dan terkadang merasakan nyeri.

9. Ekstremitas
 Inspeksi : tidak ada bekas luka pada daerah ekstremitas, terpasang infus
ada ektremitas kiri bawah.

ANA LISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah


1 DS : Ketuban pecah Resiko
terjadinya
 Ibu mengatakan usia kehamilan
36 minggu, klien mengatakan infeksi
keluarnya cairan pervaginam 5
jam sebelum di rujuk ke rumah
sakit
 Ibu mengatakan ketuban pecah
sejak tadi malam jam 01:45 WIB

2 DS : Kontraksi uterus Gangguan


 Ibu mengatakan nyeri pada rasa nyaman
bagian perut. nyeri
 Ibu mengatakan mules-mules
sejak 9 jam yang lalu.
DO:
 Ketuban pecah dini
 Klien Tampak menahan nyeri
 Klien Tampak merintih
kesakitan
 P : kontraksi uterus
Q: Terpusat
R: nyeri didaerah perineum
S: Skala nyeri 4
T : Hilang timbul selama 5 menit
 RR : 24x/menit.
 Nadi : 84 x/menit.
 TD : 120/80 mmHg

RR: 24x/mnt, Nadi : 80x/mnt,


Tensi: 120/80 mmHg

3 DS : Air ketuban teralalu Ansietas


 Ibu mengatakan merasa khawatir banyak yang keluar
akan menghadapi proses lahiran
 Ibu selalu mengatakan apakah
bisa selamat
DO :
 Ibu tampak cemas
 Ibu tampak gelisah

B. PRIORITAS MASALAH
1. Resiko terjadinya infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
3. Ansietas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan ketuban pecah
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
3. Ansietas berhubungan dengan air ketuban terlalu banyak keluar
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Tgl Tujuan Intervensi Rasional


1. 02/01/2019 Setelah dilakukan 1. Lakukan cuci tangan 1. untuk mencegah
tindakan keperawatan sebelum dan sesudah terjadinya infeksi
selama 2x24 jam melakukan tindakan
diharapkan infeksi tidak
terjadi dengan kriteria 2. Dengarkan denyut jantung 2. Untuk mengetahui
hasil : jann dengan dopler setiap keadaan janin
 Tidak ada tanda- 1-4 jam didalam Rahim
tanda infeksi ibu
 Keadaan umum baik
 Persalinan normal 3. Jangan terlalu sering 3. Untuk mencegah
melakukan pemeriksaan terjadinya infeksi
pervaginam didalam Rahim

4. Kolaborasi dengan dokter 4. Perihal


pemberian terapi pemberian obat
antibiotic

Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri 1. Untuk menetukan


tindakan keperawatan tingkat aktivitas
2x24 jam nyeri dapat 2. Beritahu pasien penyebab dan bantuan yang
teratasi dengan kriteria rasa nyeri akan dilakukan
hasil : 2. Bantuan yang
 Rasa nyeri berkurang 3. Anjurkan pasien miring dibutuhkan untuk
 Klien tampak tenang kekiri memenuhi
 Keadaan umum baik kebutuhan klien
4. Kolaborasi dengan dokter 3. aktivitas bertahap
pemberian terapi untuk mencegah
terjadinya
konraktur

Setelah dilakukan 1. Memberi saran-saran, 1. Menjamin dan


tindakan keperawatan memelihara informasi informasi yang
selama 2x 24 jam cemas peningkatan mengurangi
teratasi dengan kriteria 2. Menyarankan kecemasan
hasil : mengungkapkan perasaan 2. Menanbah
 Cemas Berkurang 3. Memperlihatkan pilihan pemahaman
 Cemas hilang atau perawatan yang terhadap klien
memungkinkan 3. Dapat mengubah
perasaan kien
dalam mengontrol
situasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO Dx Hari/tgl/jam Implementasi Paraf Evaluasi


Kep
1 1 S:
1. Melakukan cuci  Ibu mengatakan ketuban
tangan sebelum
pecah sejak tadi malam
dan sesudah
melakukan  Ibu mengatakan nyeri pada
tindakan
2. Mendengarkan abdomen
denyut jantung
jann dengan
dopler setiap 1- 1. O:
4 jam 1.Ketuban pecah dini
3. Membatasi
pemeriksaan 2.Klien Tampak menahan
pervaginam nyeri
4. Berkolaborasi
dengan dokter 3. DJJ: 145x/menit
pemberian A: Masalah terasi
terapi
P: Pertahankan intervensi

2 2 1. Mengkaji skala S : Ibu mengatakan nyeri


nyeri
sudah berkurang
2. Memberitahu
pasien penyebab
rasa nyeri
O : ibu Tampak merintih
3. Menganjurkan
pasien miring kesakitan
kekiri
P : kontraksi uterus
4. Berkolaborasi
dengan dokter Q: Terpusat
pemberian terapi
R: nyeri didaerah perineum
analgesik.
S: Skala nyeri 6
RR: 24x/mnt, Nadi :
80x/mnt, Tensi: 120/80
mmHg
3 3 1. Menggunakan S:
pendekatan yang 1. Klien mengatakan
tenang dan perasaan cemas yang
meyakinkan pada dihadapai karena
klien proes persalinan
2. Mendorong anaknya, karena ini
pasien untuk merupakan
mengekspresikan pengalaman
perasaan pertamanya serta
cemasnya dengan takut apabila anaknya
cara tidak lahir dengan
mengungkapkan normal
apa yang 2. Suami klien
dirasakan/ mengatakan akan
dicemaskan saat selalu mendampingi
ini klien selama prose
3. Mendengarkan persalinan
apa yang 3. Klien mengatakan
ungkapkan oleh memahami tentang
klien proedur peralinan
4. Meletakkan yang akan dilaksanan
lengan di pundak kecamasan berkurang
pasien setra saat diberikan
memegang informasi terkait
tangan pasien prosedur persalinan
untuk 4. Klien mengatakan
memberikan sudah melakukan
dukungan tehnik nafas dalam
emosional. apabila kecemasan
5. Mendukung muncul
keluarga untuk O:
memberikan 1. Klien tampak terbuka
dukungan dengan dan percaya
cara selalu berada 2. Klien tampak
didekat mengungkapkaan
6. Memberikan peraaan cemas yang
informasi faktual dialaminya
terkait tindakan 3. Klien tampak terbuka
peralinan yang terhadap perasaan
akan dilaksanakan yang dialami saat ini
4. Cemas yang dihadapi
klien tampak
berkurang
5. Suami klien tampak
memberikan
dukungan berupa
setuhan pada klien
6. Klien tampak
kooperatif
7. Klien tampak
menggunakan tehnik
nafas dalam untuk
mengurangi
kecemasan
A: Masalah teratasi
1. Pasien mampu
menggunakan tehnik
relaksasi untuk
mengurangi
kecemasan (5)
2. Mengurangi penyebab
kecemasan (5)
3. Mengendalikan
respon kecemasan (5)
P : Pertahankan Intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN DENGAN JURNAL

4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikososial dan spiritual (Direja,
2011). Asuhan Keperawatan pada Ny. E dilakukan pada tanggal 1 Januari – 03 Januari
2019.
Pada hasil pengkajian tanggal 01 Januari 2019 mendapatkan data berupa: keluhan
utama klien cemas dan khawatir mengenai keadaan calon bayi dan dirinya semenjak 2
hari yang lalu karena klien mengalami pengeluaran cairan dari jalan lahir dengan jumlah
yang banyak berwarna bening dan berbau amis.
Pada riwayat masalah kesehatan saat ini klien tidak memiliki masalah kesehatan
yang berarti seperti mengalami hipertensi, diabetes melitus, hepatitis ataupun HIV. Pada
riwayat menstruasi klien mengalami menarche pada usia 12 tahun tahun dengan siklus
teratur 7 hari selama 28-30 hari. Pada riwayat kehamilan usia gestaso 36 minggu G2 10
A0. Kehamilan direncanakan dengan perkiraan persalinan pada tanggal 16 January 2019.
Dan HPHT pada tanggal 13 maret 2018. Pada keluhan selama hamil, trisemester I klien
mengeluh mual, muntah dan pusing, trisemester II klien sering mengeluh sakit pinggang
dan mudah lelah, trisemester III klien mengatakan sering buang air kecil dan sakit
pinggang.
Kemudian dilakukan pengkajian fisik pada klien dan didapatkan bahwa tekanan
darah klien dalam keadaan rendah yaitu TD 120/80mmhg dengan nadi 80 kali/menit,
pernapasan 24 kali/menit, dan suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan leopold 1: Tinggi fundus
uteri, setinggi px dan 30cm, teraba bokong pada bagian fundus. Leopold 2: teraba
punggung pada abdomen sebelah kanan dan ekstremitas janin pada abdomen kiri, serta
hasil DJJ 135 dpm. Leopold 3: Persentase kepala janin, dan leopold 4: Kepala janin sudah
masuk PAP 0/5 konvergen. Pada hasil pemeriksaan dalam terjadi pembukaan 1 cm,
portio tebal, selaput ketuban masih ada, amnion sedikit. Pada Proses persalinan kala 1:
klien diberi induksi drip oksitosin 5 IU pada pukul 11.00 WIB. Hasil VT didapatkan
pembukaan 1 cm. Tidak ada kemajuan pada proses persalinan 24 jam pasca induksi,
kontraksi minimal, gerakan janin ada dan denyut jantung janin masih dalam batas normal.
Berdasarkan pengkajian pada data keluhan klien dapat dikategorikan sebagai
masalah ketuban pecah dini, karena menurut manuaba (2007) keluarnya cairan ketuban
melalui vagina dengan aroma air ketuban berbau amis, dan cairan amnion sedikit
merupakan tanda dan gejala dari ketuban pecah dini. Berdasarkan pengkajian data
tersebut ditemukan permasalahan diantaranya selaput ketuban telah pecah 2 hari yang
lalu sebelum munculnya tanda-tanda persalinan. Pada kasus tersebut, pecahnya selaput
ketuban dapat diakibatkan oleh aktivitas harian klien. sebelum terjadi pecah ketuban klien
mengatakan pergi menggunakan sepeda motor melalui jalan berbatu dan menempuh jarak
yang cukup jauh. Semenjak saat itu klien merasakan adanya cairan yang keluar
pervaginam seperti air kencing. Namun klien tidak menyadari bahwa cairan itu adalah air
ketuban karena klien merasa kehamilannya belum cukup bulan.
Berdasarkan data yang didapatkan klien belum mengalami infeksi akibat
pecahnya ketuban, karena berdasarkan teori Manuaba (2007), tanda- tanda terjadinya
infeksi pada klien dengan ketuban pecah dini adalah demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri pada perut, denyut jantung janin bertambah cepat atau tidak dalam batas normal.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah interprestasi ilmiah dari data pengkajian yang
digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan
(Damaiyanti, 2012). Menurut Darmayanti (2012) diagnosa keperawatan yang sering
ditemukan pada kasus ketuban pecah dini antara lain: Ansietas yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan akibat pecahnya ketuban dini, risiko tinggi infeksi yang
berhubungan dengan pemeriksaan vagina yang berulang dan ruptur membran amniotik,
risiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi tidak matur/
amnion sedikit, intoleransi aktivtas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot,
risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan menurunnya masukan
cairan. Pada kasus Ny. E diangkat empat diagnosa keperawatan utama adalah resiko
cidera janin berhubungan dengan berkurangnya air ketuban, ansietas ringan berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang proses persalinan, resiko infeksi berhubungan
dengan ketuban pecah dini, dan gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan imobilitas.
Diagnosa resiko cidera janin didukung dengan data subyektif yaitu klien mengatakan 2
hari yang lalu keluar air dari jalan lahir berwarna bening dengan jumlah yang banyak dan
berbau amis, klien mengatakan tidak langsung dibawa ke petugas kesehatan, data objektif
yaitu hasil usg: air ketuban tinggal sedikit dan DJJ: 135 x/m. Diagnosa ansietas ringan
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses persalinan didukung
berdasarkan data subjektif klien yang mengatakan cemas terhadap kehamilan dan kondisi
janinnya dan data objektif yang didapatkan bahwa klien menunjukkan ekspresi cemas
dan sering bertanya tentang kondisinya kepada perawat.

4.3 Intervensi Keperawatan


Tahap ini merupakan bagian dari proses keperawatan yang akan menentukan
keberhasilan asuhan yang diberikan, dimana kegiatan ini meliputi perumusan tujuan,
kriteria hasil dan penetapan rencana tindakan sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul. Pada tahap ini kelompok menentukan tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan
sesuai pada kasus Ny. E. Intervensi dilakukan 2 kali pertemuan dalam waktu 2 hari untuk
mengatasi masalah yang muncul dengan pertimbangan bahwa keadaan klien membaik.
Hal ini disesuaikan dengan kondisi klien berdasarkan tiap diagnosa keperawatan:
Intervensi ansietas ringan yang dapat dilakukan pada klien yaitu menemani klien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut, dorong keluarga untuk menemani klien,
dorong klien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan, instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi, dan jelaskan semua prosedur
proses persalinan dan keadaan janin pada klien. Intervensi Intoleransi aktivitas yang
dapat dilakukan pada klien yaitu jelaskan pada klien tentang imobilitas fisik sesuai
dengan kondisi klien, bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukannya,
anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya, pantau TTV
klien. Intervensi resiko infeksi yang dapat dilakukan pada klien adalah batasi pengunjung
bila perlu, monitor tanda dan gejala infeksi baik secara sistemik maupun lokal, tingkatkan
intake nutrisi, pantau TTV klien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic
sesuai terapi. Intervensi resiko cidera janin yang dapat dilakukan pada klien yaitu pantau
DJJ setiap satu jam, pantau TTV ibu, perhatikan perubahan gerakan janin, ajurkan ibu
untuk beristirahat dengan tenang, pantau kemajuan proses persalina, siapkan ibu untuk
prosedur pembedahan jika ada indikasi, kolaborasi dalam pemberian oksitosin.

4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Dalam
asuhan keperawatan ini implementasi dilaksanakan berdasarkan rencana intervensi
keperawatan dari ke-3 diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. Implementasi
keperawatan dalam asuhan keperawatan ini dilakukan selama 2 hari dari tanggal 01
January 2019 November s/d 03 Januari 2019. Dalam melaksanakan implementasi
keperawatan diagnosa ansietas ringan b/d kurangnya pengetahuan tentang proses
persalinan dan kondisi janin dapat terselelesaikan dalam 1x24 jam atau tepatnya 30 menit
pelaksanaan implementasi keperawatan pada 01 Januari 2018 pukul 12.00 WIB. Untuk
hari berikutnya implementasi untuk diagnosa ini tidak dilakukan lagi atau dihentikan
karena saat dilakukannya evaluasi, kriteria hasil yang diinginkan telah tercapai dengan
eveluasi subjektif diperoleh klien mengatakan merasa lebih tenang, keluarga selalu
menemani, merasa aman dan rasa takut serta cemasnya berkurang. Sedangkan untuk
evaluasi obyektif diperoleh klien tampak lebih tenang, suami klien tampak menemani
klien, klien tampak lebih tenang setelah melakukan napas dalam dan teknik distraksi
yaitu mengobrol dengan perawat dan keluarga serta klien kooperatif saat diberikan
penjelasan. Tidak ada kendala berarti yang ditemui dalam melakukan implementasi
keperawatan.

Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas b/d imobilitas juga dilakukan dalam


1x24 jam pada tanggal 01 Januari 2019 pada pukul 12.30 WIB. Seluruh implementasi
dalam rencana intervensi keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan kriteria hasil
yang ingin dicapai sehingga untuk hari selanjutnya implementasi tidak lagi dilaksanakan.
Adapaun evaluasi subjektif yang diperoleh yaitu klien mengatakan klien sekarang
mengetahui penting baginya untuk istirahat dan tidak terlalu banyak berjalan-jalan yang
dapat memperparah kondisi klien dan janin. Klien mengatakan ada suaminya yang akan
membantu klien jika ingin ke toilet dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan klien.
Sedangkan untuk evaluasi obyektif diperoleh klien tampak berbaring dan kadang duduk.
Ada suami klien yang tampak di samping klien sedang mengambilkan minuman untuk
klien. Hasil TTV klien masih dalam rentang normal. Tidak ditemukan kendala saat
melakukan implementasi keperawatan, klien dan keluarga kooperatif.

Diagnosa keperawatan resiko infeksi b/d ketuban pecah dini dilakukan selama 2
hari dari tanggal 04 s/d 05 November 2015. Seluruh implementasi dalam rencana
tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan kriteria hasil yang ingin
diperoleh. Adapun evaluasi subjektif pada hari ke-2, didapatkan klien mengatakan tidak
ada demam, tidak ada kemerahan dan bengkak pada tubuhnya. Klien mengatakan akan
istirahat agar kondisi tubuhnya baik. Untuk evaluasi objektif diperoleh hasil TTV klien
yang masih dalam rentang normal. Implementasi dihentikan pada hari ke-2 karena
kriteria hasil yang ingin diperoleh telah tercapai dengan catatan perawat tetap memonitor
selalu TTV klien. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan ini perawat juga tidak
menemukan kendala yang berarti.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks(Saifudin,
2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan
pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan
sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan
gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat
korioamnionitis.

B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan
yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB

Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media Aesculapius

Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material &
Neonatal. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2. Jakarta:Salemba


Medika

International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-


2014.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai