Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelolah ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya
angka morbilditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Kalau segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insedensi bedah cesar dan kalau menunggu
persalinan spontan akan menaikkan insedensi chorioamnionitis atau infeksi
pada air ketuban (Nugroho, 2013). Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini (Sarwono, 2010). Salah satu faktor yang penting dalam
tingginya tingkat kematian maternal negara berkembang adalah faktor-faktor
pelayanan kesehatan. Penanganan yang kurang tepat atau memadai terutama
dalam kasus patologi 1-2 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, seperti
terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh karena itu diperlukan upaya
peningkatan cara penanganan dan peningkatan kinerja yang memadai (Hakimi,
2013). Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan
(Joseph, 2015).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal
pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34
minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya prematuritas dan respiration dystress syndrome atau gangguan
pernapasan bayi baru lahir karena belum matang fungsi paru (Nugroho, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan
ketuban pecah dini di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam kendal
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. F dengan ketuban pecah dini di Ruang
Aisyah Rumah Sakit Islam kendal
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. F dengan ketuban pecah
dini di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam kendal.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada Ny. F dengan ketuban pecah
dini di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam kendal.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. F dengan ketuban
pecah dini di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam kendal.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. F dengan ketuban pecah dini
di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam kendal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum tanda
tanda persalinan. Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau seblum
impartu, pada pembukaan <4cm (masa laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi
(Mitayani, 2015).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan seagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan (Sujayanti, 2013).
B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya melahirkan. Air ketuban pecah lebih awal
bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh geri morgan
(2013) yaitu :
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi 2 kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malprsentasi janin
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat alat padaserviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik,
LEEP, dan sebagainya )
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
pelahiran sebelumnya.
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Merokok selama kehamilan
6. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari
pada ibu muda
7. Riwayat hubungan seksual baru baru ini
C. PATOFISIOLOGI
Menurut taylor (2012), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal hal
berikut :
1. Adanya hipermortilitas rahim yang sudah lama terjadi sbelum
ketuban pecah. Penyakit penyakit seperti pieronetritis, sistitis,
servisitis terdapat pada hipermortilitas rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau karioamniontitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-
malposisi disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artisial (amniotomi)
Menurut Manuaba (2013) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan
terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami
devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya
kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga
ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan
adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim proteolotik dan
kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.
Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan
dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo (2013).
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2015) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
.
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada janin Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2014)
komplikasi yang sering terjadi pada janin karena KPD adalah sindrom distres
pernapasan dan prematuritas. Sindrom distres penapasan terjadi karena pada
ibu dengan KPD mengalami oligohidramnion.
2. Komplikasi pada ibu Menurut (Achadiat, 2016) komplikasi yang sering
terjadi adalah infeksi sampai dengan sepsis. membran janin berfungsi sebagai
penghalang untuk menghalangi merambatnya infeksi. Setelah ketuban pecah,
baik ibu dan janin beresiko infeksi hal ini terjadi karena setelah ketuban
pecah maka akan ada jalan masuk mikroorganisme dari luar uterus apalagi
jika sering dilakukan pemeriksaan dalam. Komplikasi yang kedua adalah
peritonitis khususnya jika dilakukan pembedahan, dan komplikasi yang
ketiga adalah ruptur uteri karena air ketuban habis, sehingga tidak ada
pelindung antara janin dan uterus jika ada kontraksi sehingga uterus mudah
mengalami kerusakan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan
yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang
menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes
ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013)
A. IDENTITAS
1. Pasien
a. Nama : Ny. F
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 29 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan Terakhir : SMP
h. Alamat : Cepokomulyo 04/04
i. No. Register : 326263
j. Diagnostik Medis : Ketuban Pecah Dini
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 30
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Buruh
e. Hubungan dengan pasien : Suami
f. Alamat : Cepokomulyo 04/04
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Persalinan sekarang
a. Keluhan Utama : klien mengatakan mengeluarkan cairan dari jalan lahir
sejak jam 18.00.
b. Kronologi persalinan saat ini :
Klien datang dengan rembes dari jalan lahir dengan usia gestasi 37 minggu,
klien merasa lemas dan kenceng-kenceng masih jarang, TFU 31 cm, DJJ 140
x/mnt pada pukul 20.00 WIB.
c. Pengaruh persalinan terhadap pasien : kesulitan untuk tidur dan merasa
cemas karena adanya lendir yang keluar lumayan banyak
d. Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan : mendapatkan
pengobatan dan perawatan terbaik.
e. Data obsetrik
1) Status obsetrik : G1P1A0
2) HPHT :-
3) Taksiran partus : 16-06-2022
4) BB/TB : 60kg/ 156cm
BB sebelum hamil : 55 kg
TD sebelum hamil : 120/80 mmHg
Kehamilan sekarang direncanakan : (ya/ tidak)
Mengikuti kelas ibu hamil : (ya/tidak)
Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : 5x
• Trimester I : periksa di bidan 1 kali
• Trimester II : periksa di bidan 2 kali
• Trimester III : periksa di bidan 2 kali
Masalah kehamilan sekarang : ketuban pecah dini
Rencana KB : belum ada rencana
Pelajaran yang diinginkan saat ini : relaksasi/pernafasan/manfaaat
ASI/cara memberi minum botol/ senam nifas/metoda KB/perawatan
perineum/perawatan payudara/lain-lain, jelaskan :
Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu : suami/ teman/
orang tua/ lain-lain
Hasil pemeriksaan kehamilan sekarang
Pengalaman menyusui :
Ya/ tidak berapa lama : -
Masalah kehamilan dan persalinan yang lalu : -
Riwayat ginekologi
a. Masalah ginekologi : tidak ada
b. Pengobatan : tidak ada
c. Riwayat KB :-
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Klien tinggal bersama suami.
b. Tidak ada anggota keluarga yang sedang hamil
c. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
d. Sedih, khawatir jika ada anggota keluarga yang sakit
Genogram
Keterangan :
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan/anak
: Tinggal serumah
C. DIMENSI BIOLOGIS
1. Kebutuhan oksigenasi
a. Respirasi
Pasien tidak mengalami kesulitan pernapasan dan tidak menggunakan
alat bantu pernapasan. Pasien tidak merokok dan tidak memakai obat-
obatan untuk melancarkan pernapasan. Pasien tidak pernah mengalami
gangguan pernapasan dan di rawat karena masalah pernapasan.
b. Kardiovaskuler
Pasien tidak mengalami gangguan jantung, sering berdebar-debar
maupun nyeri dada. Pasien juga tidak menggunakan alat pacu jantung
maupun obat jantung
c. Nyeri dan kenyamanan
Pasien mengatakan nyeri luka bekas operasi post operasi sc hari ke 1. P:
Post SC, Q: Tertusuk-tusuk, R: Perut bagian bawah, S: 5, T: menetap
kurang lebih 5 menit dan berulang kurang lebih setiap 20 menit
d. Aktivitas
Pasien tidak dapat beraktivitas mandiri karena nyeri luka operasi.
Aktivitas pasien dibantu suami dan keluarga
e. Istirahat dan tidur
Pasien tidur sehari 6-8 jam.
f. Cairan
Pasien minum 6-8 gelas sehari. Pasien biasa minum air putih dan tidak
memiliki minuman pantangan.
g. Nutrisi
Pasien makan sehari 3x dengan porsi sedang. Pasien biasa makan buah
dan sayur setiap hari. Pasien tidak memiliki pantangan makanan dan
tidak alergi terhadap makanan tertentu.
h. Eliminasi
1) Eliminasi feses
Pasien bab rutin setiap pagi dengan konsistensi lunak. Pasien tidak
memakai obat pencahar untuk melancarkan bab.
2) Eliminasi urine
Terpasang selang dc, warna urine kuning jernih
i. Personal hygiene
Pasien mandi disibin oleh keluarga, gosok gigi sehari 2x, perdarahan per
vaginam dan tidak ada keputihan
j. Sex
Pasien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena sedang nifas
F. TERAPI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Intranatal
1. Resiko infeksi b/d ketuban pecah dini
2. Nyeri melahirkan b/d kontraksi uterus
3. Ansietas b/d rencana operasi
B. Postpartum
1. Nyeri akut b/d Agen cedera fisik
2. Intoleransi aktivitas b/d anemia
3. Resiko infeksi b/d tindakan invasif
RENCANA KEPERAWATAN
Trikus
16.30 DX II Monitoring vital S : Pasien mengatakan lemas
O : Klien tampak lemah
sign sebelum atau
TD :120/70 mmHg
sesudah latihan dan HR : 80x/menit
S : 360 C, RR : 20x/menit
lihat respon pasien
saat latihan
21.00
DX II Trikus
S : Ibu mengatakan ketika mobilitas
masih dibantu keluarga
P: Lanjutkan intervensi
- Latihan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan adls secara mandiri
sesuai kemampuan
- Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
-
21.00 DX II S: Trikus
O:
- Tampak luka bekas operasi
dibagian perut
- Luka tampak bersih, tidak ada
kemerahan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan ganti balut pada H+2
post op
- Observasi luka
-
IMPLEMENTASI
Solikhatun
10.00 DX II Monitoring vital S : Pasien mengatakan lemas
O : Klien tampak lemah
sign sebelum atau
TD :110/70 mmHg
sesudah latihan dan HR : 85x/menit
S : 36,70 C, RR : 20x/menit
lihat respon pasien
saat latihan
Trikus
16.30 DX II Monitoring vital S : Pasien mengatakan lemas
O : Klien tampak lemah
sign sebelum atau
TD :110/70 mmHg
sesudah latihan dan HR : 86x/menit
S : 36,50 C, RR : 20x/menit
lihat respon pasien
saat latihan
21.00
DX II Trikus
S : Ibu mengatakan ketika mobilitas
masih dibantu keluarga
P: Lanjutkan intervensi
- Latihan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan adls secara mandiri
sesuai kemampuan
21.00 DX II S: Trikus
O:
- Tampak luka bekas operasi
dibagian perut
- Luka tampak bersih, tidak ada
kemerahan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan ganti balut pada H+3
post op
- Observasi luka
-
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan BAB ini akan membahas tentang resiko infeksi pada Ny. F
dengan indikasi ketuban pecah dini di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam Kendal pada
tanggal 11 Juli 2022. Berdasarkan pengelolaan kasus pada Ny. F ada permasalahan
salah satunya yaitu resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Permasalahan tersebut akan dibahas mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses
keperawatan yang dilakukan perawat dalam menggali permasalahan dari pasin
meliputi data tentang status kesehatan seorang pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2012).
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 11 Juli 2022 diruang Aisyah dengan
keluhan utama pasien mengatakan keluar cairan dari vagina. Dari pengkajian
didapatkan pasien mengatakan keluar cairan rembes dari jalan lahir seperti
keputihan dan berlendir, berwana jernih, dengan usia kehamilan 37 minggu.
pasien merasa ada rembesan ciaran seperti air kencing. Palpasi : pada Leopold I,
II, III dan IV: bayi mudah teraba, Auskultasi: DJJ (+), frekuensi 144 kali/ menit,
teratur, punctum maximum di kuadran kiri bawah pusat, Inspeksi: cairan
ketuban merembes, warna jernih, tidak berbau. Hal ini sesuai dengan teori
sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata
karena keluhan yang terdapat pada kasus yang dialami Ny. F. sesuai dengan
teori.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dialami Ny. F pada fase intranatal yaitu: Resiko
infeksi berhubungan dengan ketuban pecah sebelum waktunya dan Ansietas
berhubungan dengan rencana operasi.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi diagnosa kedua yaitu Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban
pecah dini
• Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
• Batasi jumlah pengunjung
• Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
• Anjurkan istirahat
• Pantau adanya perubahan tingkat energi
• Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan. Tujuan evaluasi yaitu menentukan kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktivitas rencana
keperawatan dan strategi asuhan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012). Pada
diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini, setelah
dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Rabu,
tanggal 20 Januari 2020 masalah risiko infeksi belum teratasi. Dengan kriteria
hasil kadar sel darah putih cukup buruk (2) menjadi membaik (5) karena jika
kadar leukosit tinggi akan mengakibatkan resiko infeksi tinggi. Menurut
Herlinadiyaningsih (2018) nilai normal leukosit pada ibu hamil adalah 6.0-12.0
103 /uL jika ibu mengalami Ketuban Pecah Dini memiliki kadar Leukosit >12.0
103 /uL maka akan mengakibatkan risiko infeksi tinggi.
BAB V
PENUTUP