Anda di halaman 1dari 20

PREKLAMPSI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas II

Dosen Pengampu :

Ns. Istioningsih, MAN

Ns.Yuni Puji Widiastuti, M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok :3

Semester 4A

Nama : 1. Dinda Rizki Mayangsari SK.NIM 118.017

2. Eka Putri Mauliina SK.NIM 118.018

3. Erna Amelia Novyanti SK.NIM 118.019

4. Esa Lalita Candra SK.NIM 118.020

5. Fatikah Nurul Janah SK.NIM 118.021

6. Henny Mufidatun Nahar SK.NIM 118.022

7. Iftikhah Himah F SK.NIM 118.023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN (S1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan
makalah tentang “Preeklampsi” Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan
untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan
petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta. Adapun penulisan makalah ini merupakan
bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang


telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca.Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta
kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai
penulisan makalah kami ini, untuk kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan
makalah ini di waktu berikutnya.

Kendal, 31 Maret 2020

Kelompok 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................1

KATA PENGANTAR........................................................................2

2
DAFTAR ISI.......................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................4
B. Tujuan Penulisan ...................................................................5
BAB II KONSP TEORI.....................................................................6
1. Definisi Preeklampsi............................................................6
2. Etiologi Preeklampsi............................................................6
3. Faktor Resiko Preeklampsi..................................................6
4. Tanda dan Gejala Preeklampsi.............................................7
5. Patofisiologi Preeeklampsi...................................................7
6. Komplikasi Preklampsi........................................................8
7. Penatalaksanaan medis dan non medis Preeklampsi...........8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................14

1. Pengkajian Preeeklampsi.....................................................14
2. Diagnosa Keperawatan Preklampsi .....................................16
3. Rencana Tindakan Keperawatan Preeklampsi......................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................21
Lampiran –Lampiran

Lampiran 1 : Pathway Preeklampsi.....................................................22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama disebabkan
karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama.
Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai peristiwa alamiah biasa
padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu
hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi sebab tingginya kematian ibu selain
pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk. (Prawiroharjo, 2010).
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap
hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu
perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004). Negara - negara di Asia termasuk Indonesia
adalah negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding
negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan. Di
negara-negara yang sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian.
Angka kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka yang sangat
mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat peda beberapa tahun sebelumnya.
Pada tahun 1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar
73 orang.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan 20.000 ibu
meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan seperti ini,
pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan
upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan mereka yang
tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia,
partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut
masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis
10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama
infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari keseluruhan kematian maternal.
Kejadian preeklampsi - eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila CFR
PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P, 2010 dan Arulkumaran ,2010).
B. Tujuan Penulisan

4
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II, tentang Preeklampsi.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi preeklampsi
2. Untuk mengetahui etiologi preeklampsi
3. Untuk mengetahui faktor resiko preeklampsi
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala preeklampsi
5. Untuk mengetahui patofisiologi preeklampsi
6. Untuk mengetahui pathway preeklampsi
7. Untuk mengetahui komplikasi preeklampsi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis preeklampsi
9. Untuk mengetahui pengkajian preeklampsi
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan preeklampsi
11. Untuk mengetahui rencana keperawatan preeklampsi

BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Teori Preeklampsi


1. Definisi Preeklampsi
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥
140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
(Nugroho, 2012).
2. Etiologi Preeklampsi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang
menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu

5
yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga
lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar
untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan,
riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2012).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar (2012)
beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun),
riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
3. Faktor Risiko Preeklampsi
Menurut Angsar (2012), terdapat beberapa faktor risiko yang dapat peningkatkan seorang ibu
hamil alami preklampsia, antara lain:
a. Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
b. Hipertensi kronik (riwayat tekanan darah tinggi sebelum usia 20 minggu
kehamilan).
c. Kehamilan pertama.
d. Kehamilan pertama dengan pasangan baru.
e. Usia > 35 tahun.
f. Ras.
g. Obesitas.
h. Kehamilan ganda/lebih.
i. Jarak yang terlalu lama dari kehamilan sebelumnya (>10 tahun).
j. Memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes tipe 2, penyakit ginjal, atau
lupus.
k. Kehamilan yang terjadi dengan bantuan (inseminasi atau bayi tabung).
4. Tanda dan Gejala Pereeklampsi
Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di tandai dengan
hipertensi dan odem. Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti
edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. (Griffin, 2011).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit kepala hebat.
Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema atau sakit karena
perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan

6
kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema
(Lowermilk, 2004).
5. Patofisiologi Preklamsi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin
II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi
vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi
organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta
menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus.
Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih,
2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus,
protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma
menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan
viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat
terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani &
Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik
sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran
atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari preeklamsia,
enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan
aliran darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan kabur. Patologi
yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan
saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan
efek). Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
6. Komplikasi Preklampsi
Bergantung pada derajat preklamsia yang dialami. Namun, yang termasuk komplikasi antara
lain sebagai berikut (Prawirohardjo, 2010). :
a) Pada ibu
1. Eklampsia
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan subkapsula hepar

7
4. Kelainan pembekuan darah (DIC)
5. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count).
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b) Pada janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

7. Penatalaksannaan medis dan non medis Preklampsi


1. Medis (Mitayani,2012)
1) Pre-eklampsi ringan dan sedang
a. Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin.
b. Lebih banyak istirahat.
c. Diet biasa.
d. Tidak perlu diberi obat-obatan.
e. Jika rawat jalan tidak mungkin, segera rawat di rumah sakit :
 Diet biasa.
 Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
 Tidak perlu obat-obatan.
 Tidak perlu diuretic,kecuali jika terdapat edema paru,dekompensasi kordisatau
gagal ginjal akut.
 Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
 Berikan nasehat untuk istirahat, tidak terlalu banyak beraktifitas dan perhatikan
tanda-tanda preeclampsia berat.
 Kontrol 2x seminggu.
 Jika tekanan diastolic naik lagi rawat kembali.
 Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat.

8
 Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,pertimbangkan
terminasi kehamilan. Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat
inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang
lebih sering,
2) Pre-eklampsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Jika janin belum
menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka
penanganannya adalah sebagai berikut :
a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada
kontraindikasi).
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada
kontraindikasi).
c. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan
ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.
d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan
dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
e. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
Pre-eklampsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu Penanganan umum :
1. Jika tekananan diastolic >110 mmHg,berikan anti hipertensi,sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
2. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
3. Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload
4. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
5. Jika jumlah urin <30 ml/jam:
 Infus cairan dipertahankan 8 jam
 Pantau kemungkinan edema paru
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
7. Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam

9
8. Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi merupakan
tanda edema paru.jika ada edema paru,stop pemberian cairan,dan berikan diuretic
misalnya furosemide 40 mg IV
9. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak
terjadi sesudah 7 menit,kemungkinan terdapat koagulopati.
10. Anti hipertensi obat pilihan adalah :
a) Hidralazin,yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5menit sampai tekanan
darah menurun
b)Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,atau 12,5mg IM setipa
2jam
c) Jika hidralazin tidak tersedia,dapat diberikan:
 Nifedipine 5mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit,beri
tambahan 5mg sublingual.
 Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit,diberikan
lagi labetolol 20 mg IV.
11. Anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia.
1) Dosis awal :
 MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40% selama 5 menit
 Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4 50%, masing-
masing 5g dibokong kanan dan kiri secara IM. Ditambah 1 ml lignokain 2%
pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian
MgSO4.
 Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g (larutn 40%) IV
selama 5 menit.

2)Dosis pemeliharaan :
 MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2% 1ml IM setiap 4 jam.
 Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau kejang terakhir.
Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
 Frekuensi perafasan minimal 16/menit
 Refleks pattela (+)

10
 Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
 Stop pemberian MgSO4, jika :
 Frekuensi pernafasan <16/menit
 Refleks pattela (-)
 Urin < 30 ml/jam
 Siapkan anti dotum : Jika terjadi henti nafas : bantu dengan ventilator, beri
kalsium glukonat 2g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.
12. Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi neonatal.
Pemberian IV :
a) Dosis awal
 Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
 Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
b) Dosis pemeliharaan
 Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
 Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30 mg/jam
 Jangan berikan >100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum :
a) Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal, dengan
dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
b) Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
c) Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan kedalam rektum.
b. Non Medis (Sabattani, 2012)
1) Preklampsia ringan dan sedang
a. Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah baring.
b. Diet rendah garam dan tinggi protein.
c. Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit membaik
dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika penyakit menetap atau memburuk,
kehamilan dapat diakhiri pada usia kehamilan 37 minggu.

2) Preklampsia Berat (PEB)


a. Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :

11
 Tirah baring.
 Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
 Pasang kateter tetap (bila perlu).
b. Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-keadaan di bawah ini :
 Umur kehamilan >36 minggu.
 Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
 Gawat janin.
 Sindroma HELLP.
 Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak terlihat
tanda-tanda perbaikan penyakit.
3) Eklampsi
Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera dilakukan terminasi
(diakhiri), sedangkan perawatan/pengobatan yang dilakukan adalab untuk stabilisasi
kondisi pasien dalam rangka terminasi kehamilan tersebut.

BAB III
Asuhan Keperawatan Preklampsi

1. Pengkajian Preklampsi

12
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklampsia/eklampsia antara lain sebagai berikut :
1) Identitas umum ibu.
2) Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
 Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
 Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
 Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
 Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
 Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang.
 Edema pada ekstremitas.
 Tengkuk terasa berat.
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan
eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia
20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum : lemah.
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada retina.
d. Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual
muntah
e. Ektremitas : oedema pada kaki juga pada tangan dan jari-jari
f. Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.
g. Genituorinaria : oligura, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.

13
4) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
 Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr% ).
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
3. Pemeriksaan Fungsi hati :
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml).
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l).
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
 Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).

4. Radiologi
 Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
 Kardiofotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
 USG : untuk mengetahui keadaan janin
5. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
6. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
7. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan Preeklampsi


1) Gangguan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi.
2) Ganguan keseimbangan volume cairan an elekttrolit b.d gangguan mekanisme
regulasi.
3) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir.

14
3. Rencana Tindakan Keperawatan Preeklampsi

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan Peripheral sensation
jaringan perifer b.d tindakan management
hipertensi. keperawata selama a. Pantau TTV.
3x24jam b. Monitor status
diharapkan respiratory.
gangguan perfusi c. Pantau temperatur
jaringan perifer kulit dan
klien teratasi ekstermitas.
dengan kriteria d. Pantau status
hasil : hidrasi.
Circulation status e. Pantau adanya
• Tidak mengalami sianosis , dipsnea
edema perifer & odema perifer.
(skor 3 menjadi f. Pantau CRT.
skor 5) , g. Anjurkan klien
terdapat edema untuk mengurangi
perifer pada asupan cairan.
derajat yang h. Hitung input &
sedang menjadi output cairan.
tidak terdapat i. Kolaborasi
edema. dengan tenaga
• Nadi dalam batas kesehatan dalam
normal 60-100 ( memberikan
skor 3 menjadi terapi obat.
skor 5), nadi
menyimpang
sedang dari
batas normal

15
menjadi berada
dalam batad
normal.
• Intake dan output
cairan dalam 24
jam seimbang.
• CRT dalam batas
normal (<2
detik)
Tissue integrity :
skin & mucouse
membran.
•Temperatur
ekstremitas
tidak teraba
dingin.
Tissue perfussion :
peripheral.
• CRT dalam batas
normal (<2 detik)
• TD dalam batas
normal (skor 3
menjadi skor 5),
TD menyimpang
sedang dari batas
normal menjadi
berada dalam batas
normal.
• Tidak terdapat
edema perifer

16
N Diagnosa NOC NIC
O Keperawatan
2. Ganguan Setelah dilakukan Fluid management &
keseimbangan tindakan keperawatan fluid monitoring :
volume cairan dan selama 3x24 jam a. Pertahankan
elekttrolit b.d diharapkan kelebihan intake & output
gangguan volume cairan klien yang sesuai.
mekanisme teratasi dengan kriteria b. Monitor status
regulasi. hasil : hidrasi
Fluid balance : (membran
• Turgor kulit elastis mukosa, nadi
•Membran mukosa adekuat &
lembab turgor kulit)
• Intake dan output c. Monitor TTV
cairan seimbang d. Monitor
• Tidak mengalami masukan cairan
edema perifer (skor 3 e. Hitung BC
menjadi skor 5), f. Pantau adanya
terdapat edema perifer odema
pada derajat yang g. Ukur derajat
sedang menjadi tidak pitting odema.
terdapat edema. h. Kolaborasi
Hydration : dalam
• Jumlah cairan yang di pemberian
konsumsi sesuai terapi.
dengan jumlah yang
dibutuhkan.
Fluid overload
saverity:
• Tidak mengalami
edema perifer (skor 3
menjadi skor 5),
terdapat edema perifer

17
pada derajat yang
sedang menjadi tidak.
terdapat edema
•.Output urin
bertambah

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Kaji tingkat
nyaman ( nyeri ) tindakan keperawatan intensitas nyeri
berhubungan dengan selama 3x24 jam pasien.
kontraksi uterus dan diharapkan gangguan b. Jelaskan
pembukaan jalan rasa nyaman (nyeri) penyebab
lahir. klien teratasi dengan nyerinya.
kriteria hasil : c. Ajarkan ibu
 Skala nyeri ibu mengantisipasi
berkurang. nyeri dengan
 Ibu mengerti nafas dalam
penyebab nyerinya. bila HIS
 Ibu mampu timbul.
beradaptasi terhadap d. Bantu ibu
nyerinya. dengan
mengusap/mas
sage pada
bagian yang
nyeri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bobak & Lowdermilk, J. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mitayani,Sabattani,dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.

NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018-


2020.Jakarta: EGC.

Nugroho,Sitomorang, Angsar,dkk.(2012).Ilmu Kebianan, Penyakit Kanungan, dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Maryunani & Yulianingsih, dkk, editor. (2010) Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid I. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,
Bayi, dan Keluarga. Vol 1. Alih Bahasa. EGC.

19
Lampiran Pathway Preeklampsi

20

Anda mungkin juga menyukai