Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen pengampu:
KELOMPOK 5
2020-2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat Program Studi S1
Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
19 April 2021.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
Tujuan umum .......................................................................................1
Tujuan khusus ......................................................................................1
A. Definisi pneumotorak.................................................................................3
B. Klasifikasi pneumotorak.............................................................................3
C. Etologi pneumotorak...................................................................................6
D. Patofisiologi pneumotorak..........................................................................6
E. Perhitungan luas pneumotorak....................................................................9
F. Manifestasi klinispneumotorak.................................................................10
G. komplikasipneumotorak............................................................................10
H. Pemeriksaan penunjang pneumotorak......................................................10
I. Penatalaksanaan pneumotorak..................................................................12
A. Pengkajian.................................................................................................14
B. Diagnosa...................................................................................................15
C. Intervensi...................................................................................................15
D. Evaluasi ....................................................................................................21
BAB IV PENUTUP...................................................................................................22
A. Kesimpulan ..............................................................................................22
B. Saran ........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pneumotorak adalah keadaan terdapat udara atau gas dalam rongga pleura.
Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru eluasa
mengembang terhadap rongga udara pneumotoraks dapat terjadi secara spontan
maupun traumatic. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder,
pneumotorak traumatic dibagi menjadi iatrogenic dan bukan itrogenik. (Barmawy. H)
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan
gawat darurat dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang
pneumotorak dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumotorak.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika
pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga
disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang
disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur
tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan
riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder
merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif
menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan). .(Elizabeth,
Patofisiologi EGC, 2009)
2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus
(luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis)..(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)
1. Pneumotoraks terbuka.
2. Pneumotoraks tertutup.
Rongga pleura tertutup tidak ada hubungan dengan dunia luar. Udara yang
dulunya ada di rongga pleura kemungkinan positif oleh karena diresorbsi dan
tidak adanya hubungan lagi dengan dunia luar, maka tekanan udara di rongga
pleura menjadi negatif. Tetapi paru belum mau berkembang penuh. Sehingga
masih ada rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah negatif (- 4
ekspirasi dan – 12 inspirasi).
3. Pneumotoraks ventil.
C. Etiologi
Pneumotorak terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronchus.
Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula
yang disebut granulomatous fibrosisi. Granulomatous fibrosisi adalah salah satu
penyebab tersering terjadinya pneumotoraks., karena bula tersebut berhubungan
dengan adanya obstruksi empiema.
D. Patofisiologi
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk
kearah jaringan peribronkhovaskular. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam
alveoli akan meningkat.
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor
presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan
1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana
masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus.
Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter kubus
rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus adalah :
83 512
______ ________
= = ± 50 %
3
10 1000
2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah
dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan
jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan
dikalikan sepuluh.
% luas pneumotoraks
A + B + C (cm)
__________________
= x 10
3
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas
hemitoraks.
(AxB) - (axb)
_______________
x 100 %
AxB
F. Manifestasi klinis
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
4. Denyut jantung meningkat.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.
Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks
tersebut:
a) Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat
b) Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih
berat
c) Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain
serta ada tidaknya jalan napas.
d) Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila
penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil
disebabkan pengisian yang kurang.
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen
Foto
Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps
2. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidakdiperlukan. Pada pasien dengan gagal napas
yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
3. CT-scan thorax
I. Penatalaksanaan
1. Tindakan medis
2. Tindakan dekompresi
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan
demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi
negatif kerena udara yang positif dorongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
3. Tindakan bedah
Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang
menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.Pada pembedahan, apabila dijumpai
adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka
dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.Dilakukan reseksi bila ada bagian paru
yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru
tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.Pilihan terakhir
dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel.
BAB III
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama
semakin berat.Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan,
dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah
da riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus
dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan dalam paru meningkat,
kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau
tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Pernapasan :
b. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia,
lemah. Pucat, Hb turun / normal. Hipotensi.
c. Sistem Persyarafan :
d. Sistem Perkemihan:
e. Sistem Pencernaan :
g. Sistem Endokrine :
i. Spiritual :
B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Gangguan pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi
2. DX 2: Ganggun rasa nyeri dada b/d faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor
fisik pemasangan selang dada
3. DX 3: Resiko truma / penghentisn napas b/d penyakit / proses cedera, sistem
drainase dada, kurang pendidikan, keamanan, pencegahan
4. DX 4: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d kurang
terpajan pada informasi.
C. Perencanaan keperawatan
No.Dx Tujuan Rencana Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Pemahaman penyebab
keperawatan — Mengidentifikasi kollaps paru perlu untuk
diharapkan pola etiologi atau faktor pemasangan selang
pernapsan efektif / pencetus, Co kollaps dada yang tepat dan
normal . spontan, trauma, memilih tindakan
keganasan, infeksi, terapeutik lain.
Kriteria hasil: komplikasi ventilasi
GDA dalam mekanik
batas normal — Distress pernapasan dan
Bebas sianosis — Evaluasi fungsi perubahan pada tanda
Bebas dari tanda pernapasan, catat vital dapat terjadi
dan gejala kecepatan atau sebagai akibat stress
hipoksia pernapasan sewrak, fisiologis dan nyeri atau
Tidak ada dispnea, keluhan dapat menunjukkan
penggunaan otot Lapar Udara terjadinya syok
aksesoris terjadinya sianosis, sehubungan dengan
pernapasan perubahan tanda vital. hipoksia/perdarahan
— Pengembangan dada
— Catat pengembangan sama dengan ekspansi
dada dan posisi trakea paru, deviasi trakea dari
area sisi yang sakit pada
tegangan pneumotorak
— Meningkatkan inspirasi
— pertahankan posisi maksimal,
nyaman, biasanya meningkatkan ekspansi
dengan peninggian paru dan ventilasi pada
kepala tempat tidur. sisi yang tidak sakit
Baik ke sisi yang sakit
untuk kontrol pasien
untuk sebanyak
mungkin
— Membantu pasien
— pertahankan prilaku mengalami efek
tenang, bantu pasien fisiolagis hipoxia yang
untuk kontrol diri dapat dimanifestasikan
dengan menggunakan sebagai ansietas atau
pernapasan lebih takut
lambat atau dalam
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada pneumotorakuntuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.