DISUSUN OLEH:
1. OKTAVIANA (20202150)
2. PATRISIA TANIA ENJEL (20202151)
3. PEBRISA ANANDA AQUARINOVA (20202152)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketuban pecah dini (KPD) termasuk dalam kehamilan resiko tinggi. Kesalahan dalam
pengolahan ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka morbilditas
dan mortalitas ibu maupun bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan
insendensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan
insendensi chorioamnionitis atau infeksi pada air ketuban (Nugroho,2010).
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan menggalami
ketuban pecah dini (sarwono,2010). Ketuban pecah dini sering menyebabkan dampak
yang serius pada morbiditas dan mortalitas ibu serta bayinya, terutama dalam kematian
parinatal yang cukup tinggi (legawati,2018).
Menurut World Health Organization (WHO) kejadian ketuban pecah dini atau insiden
Prelobour rupture of membrane (PROM) berkisar antara 30% dari semua kelahiran dan
15-20% lainya disebebkan oleh persalinan premature yang diindikasikan secra medis atau
elektif (WHO,2014). Di indonesia sebanyak 35% penyebab kematian ibu di tahun 2014
disebebkan oleh lain-lain, dalah satunya ketuban pecah dini (profil indonesia,2014).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang diatas maka terdapat bebrapa yang menjadi pokok permasalahan
adalah:
1. Pentingnya pemberitahuan penggatahuan tentang persalinan pada pasien dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD).
2. Bagaimana sistem penatalaksanaan / asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) agar mengurangi terjadinya infeksi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengatahui ketuban pecah sebelum waktunya pada masa kehamilan.
2. Tujuan khusus.
Agar mahasiswa mengatahui ketuban pecah sebelum waktunya pada masa kehamilan,
seperti:
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Anatomi dan fisiologi
c. Etiologi ketuban pecah dini
d. Patofisiologis
e. Manisfestasi klinik
f. Pemeriksaan penunjang
g. Penatalaksanaan
h. Asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, MeDonald, Gant, 2003). Ketuban pecah dini adalah rupturnya membran
ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003).
Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu
proses infeksi dan peradangan dimulai diruangan yang berada diantara amnion korio
( Constance Sinelair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi padaakhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
C. Etiologi
Penyebeb ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi (Mochtar, 2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterinatau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik (saifudin,
2000).
D. Patofisiologis (Pathways)
Menurut (Tailor 2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis, servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotolitas rahim.
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
3. Inveksi (amniotitis atau korioamnionitis).
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predis posisi ialah: multipara-malposisi
disproposi servik imcompeten.
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik ketuban pecah dini menurut (Mansjoer 2002) antara lain:
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jenih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai dengan demam bila sudah ad infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Padaperiksa dalam seraput ketuban tudak ada, air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
Menurut (manuaba, 2009) mekanisme klinik ketiban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik.
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi.
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan.
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi menggeluarkan enzim
preteolitik dan kolagenase.
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegak kan dengan keteragan terjadi
penggeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa
cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sample cairan ketuban di froniks posterior
dan mengambil sample cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan infeksi asenden
danpersalinan prematuritas. (manuaba,2998).
Menurut (Nugroho 2010), pemeriksaan ketuban pecah dini juga dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksud untuk melihat jumlah cairan kutuban dalam kavum uteri.
2. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
G. Penatalaksanaan
Ketuban pecah ini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksanaan
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan
kejadiaan persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu semakin kecil umur kehamilan, makin
besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan
prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
menguragi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janinsudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehimgga kematangan paru janin
dapat terjamin (Manuaba, 2009)