Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK

PELAYANAN GAWAT DARURAT MATERNAL DAN


NEONATAL
KETUBAN PECAH DINI

Oleh :
KELOMPOK C2
Ni Kadek Omasti (P07124220150)
Ni Ketut Rai Kusumawati (P07124220151)
Ni Komang Sri Purnami (P07124220152)
Ni Made Sulasti (P07124220153)
Ni Kadek Putri Radharani (P07124220155)
Ni Luh Lanny Suartini (P07124220156
Ni Wayan Seriasih (P07124220157)
Putu Fatia Pratiwi Astiti (P07124220158)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
PELAYANAN GAWAT DARURAT MATERNAL DAN NEONTAL

KETUBAN PECAH DINI

A. KAJIAN TEORI
1. DEFINISI

Ketuban pecah dini (KPD) adalah kondisi ketuban pecah sebelum


waktunya. Mengutip dari Children Hospital of Philadelphia (CHOP), ketuban
pecah dini dibagi menjadi dua kondisi. Pertama, ketuban pecah dini cukup
bulan atau premature rupture of membrane (PROM) setelah usia kehamilan 37
minggu. Sementara itu ketuban pecah dini kurang bulan atau preterm
premature rupture of membrane (PPROM) terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur (Sarwono, 2008). Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadi prosespersalinan yang dapat terjadi pada usia
kehamilan cukup waktu atau kurang waktu( Cunningham, Mc. Donald, gant,
2002)
Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature
rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
adanya tanda- tanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi
diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak.
Ketuban pecah dini (premature rupture of the membrane) ada
bermacam-macam batasan teori atau definisi, yaitu:
1. Ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu pecahnya
ketuban sebelum tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum
dimulainya tanda persalinan (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Manuaba)
2. Ada yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I,
misalnya pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu apabila selaput ketuban
pecah saat pembukaan pada primi kurang dari 3 cm daripada multi kurang
dari 5 cm (Sinopsis Obsetri & Patologi)
3. Ada yang mengatakan dari usia kehamilan, midalnya keluar cairan berupa
air-air dari vagina setelah usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum
proses persalinan berlangsung (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal)
4. Kejadian ketidaknormalan yang terjadi dimana robeknya selaput janin di
dalam kandungan sebelum fase aktif (salah satu tandanya yaitu
pembukaan belum melewati 4 cm) persalinan. KPD ini terjadi jika
membran atau selaput janin robek sebelum tanda persalinan muncul (High
Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries).
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak
sehingga tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan berkembangnya paru. Air
ketuban penting untuk menghilangkan friksi kinetik yang terjadi pada persalinan
akibat tidak bullet shape-nya janin. Pada kehamilan preterm pecahnya ketuban
akan merangsang persalinan dan kelahiran (50% persalinan preterm dengan
KPD akan berakhir dengan kelahiran).

2. PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI

Meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran


disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak
ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi
uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane
menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan
amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan
dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi
nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalopelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
3. PATOFISIOLOGI

Ada factor penyebab seperti hipermotilitas rahim, selaput ketuban yang


terlallu tipis, infeksi dan factor predisposisi, multipara, malposisi, servik,
inkompeten, gemeli, hidramnion, adanya factor-faktor tersebut akan
berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya
ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut disebut periode laten atau
large periode (lp). Makin muda umur hehamilan makin memanjang lpnya.
Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu pada
premi 10 jam dan pada multi 10 jam. Pengaruh ketuban pecah dini
terhadap janin yaitu walaupun ibu belum menunjukkan gejala gejala
infeksi tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih
dulu terjadi ( amnionitis). Sebelum gejala dirasakan pengaruh terhadap ibu
yaitu karena jalan yang telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi apalagi
terlalu sering dipriksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai peritonitis dan
sptikemia, ibu merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama maka terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,50 C,
nadi cepat dan nampaklah gejala gejala infeksi yang akan meningkatkan
angka kematian ibu.
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.

5. MEKANISME TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI

1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangya jaringan ikat


dan vaskularisasi bila terjadi pembukaan servik maka selaput
ketuban sangat melemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan
air ketuban.
2) Kolagen terdapat pada lapisan kompakta. Amnion, fibroblast,
jaringan rektikuler, korion, dan trofotblas. Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin – 1(IL-I) dan prostaglandin. Jika ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-I dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenese jaringan sehingga terjadi depolimrisasi
kolagen pada selaput korin / amnion menyebabkan selaput
ketuban tipis.

6. PENILAIAN KLINIK/DASAR DIAGNOSTIK

1) Tentukan tanda –tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi


yang teratur, periksa periksa dalam dilakukan bila dilakukan
penangnan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
menilai skor pelvik. Memeriksa adanya cairan yang kluar
dari vagina berisi mekonium, verniks caseosa, rambut
lanugo, atau bila infeksi berbau
2) Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servik dan apakah ada bagian yang sudah
pecah
3) Test ferning : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban,
bila menjadi merah ( asam ) berarti air kemih ( urine ).
Darah dari infeksi vagina dapat menghasilkan test positif
palsu.
4) USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion
berkurang
5) Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda infeksi : bila suhu ibu
≥38 °C, air ketuban yang keruh dan berbau.Pemeriksaan air
ketuban dengan tes LEA (Lekosit Esteraze) Lekosit darah
>15.000/mm³. Janin yang mengalami takhikardi, mungkin
mengalami infeksi intrauterin.

7. Permasalahan ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar


dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
asenden, bisa menyebakan terjadinya persalinan prematur, meningkatkan
kejadian lkesakitan dan kematian ibu dan janin dalam rahim. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1) Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban
Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat
terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini
premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum
insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya
periode laten.
2) Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia
atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat
3) Syndrom deformitas janin. Ketuban Pecah Dini yang terjadi
terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.
4) Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
o Prognosis Janin :
Persalinan Prematuritas
Prolaps funiculli/penurunan tali pusat
Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada
bayi) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry
labour/partus lama, apgar score rendah, ensefalopaty,
cerebralpalsy, perdarahan intrakranial, renal
failure,respiratory distress
o Prognosis ibu
Infeksi intrapartal dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka
bisa menyebabkan sepsisyang selanjutnya dapat
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas
Infeksi puerperalis/masa nifas
Dry labour/Partus lama
Perdarahan post partum
Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya
SC)
Morbiditas dan mortalitas maternal

8. Penatalaksanaan Ketuban Pecah dini


8.1 Konservatif
 Rawat di Rumah Sakit
 Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
 Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
 Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu , tidak ada tanda
infeksi, tes busa negatif: beri deksamethason, observasi tanda – tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (Salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu , ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi
 Nilai tanda –tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda –tanda infeksi
intrauterin)
 Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosin betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 6 kali.
8.2 Aktif
 Kehamilan > 37 mgg, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali
 Bila tanda –tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, persalinan
diakhiri :
a. Bila scor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan secsio
saesaria.
b. Bila Skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

B. DATA FOKUS YANG PERLU DIKAJI


1. SUBYEKTIF
- Identitas ibu hamil
- Keluhan saat ini
- Riwayat menstruasi
- Riwayat Kehamilan dan persalinan sebelumnya

- Riwayat Keluar Air ketuban

- Riwayat hubungan seksual

- Keluhan – keluhan yang dirasakan

- Riwayat Penyakit/infeksi
- Komplikasi selama kehamilan dan persalinan

2. OBYEKTIF
- Keadaan Umum
- Tanda- tanda Vital
- Pemeriksaan Fisik Dada
- Pemeriksaan Generalisata
- Pemeriksaan obstetry
- Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pencitraan

C. INTERPRETASI DATA

Dalam menengakkan diagnose, harus berdasarkan hasil pengkajian data


subjekif dan objektif yang akan menggambarkan kondisi saat ini secara
keseluruhan. Sedangkan masalah yang ditemukan yang berdampak kurang baik
juga harus diindentifikasi sehingga bisa dibuatkan rencana asuhan untuk
perbaikan kondisi. Diagnosa potensial dan masalah potensial merupak suatu
kondisi yang kemungkinan terjadi apabila suatu diagnose atau masalah tidak
ditangani dengan baik. Tentunya petugas harus memiliki pengetahuan yang cukup
luas baik materi di buku pedoman atau jurnal yang ada. Dengan mengetahui
diagnose, diagnose potensial, masalah dan masalah potensial, petugas dapat
merencanakan asuhan untuk memperbaiki dan mencegah kondisi yang lebih
buruk.
D. PERENCANAAN ASUHAN KASUS YANG DIASUH

Perencanaan disusun berdasarkan prioritas utama dan terstruktur. Perencanaan


disusun berdasarkan diagnose, diagnose potensial, masalah dan masalah potensial
yang sudah ditegakkan sebelumnya. Perencaanaan ini bisa dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan. Disusunnya perencanaan, diikuti dengan
pelaksanaan asuhan dan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta. BPPSDM Kemkes

Manuaba,Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : JNPKKR - POGI

Anda mungkin juga menyukai