Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

A. Konsep Dasar Masa Nifas dan Menyusui


1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih
kurang 6-8 minggu. (ASKEB pada Ibu Nifas, Andi). Puerperium adalah
masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu (Obstetri Fisiologi, 1983 ). Masa nifas
adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. (Biologi
Reproduksi, 2011).
Jadi, masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat
kandungan  sesudah persalinan yang mana dimulai sejak keluarnya
plasenta dan akan berakhir setelah alat-alat tersebut kembali pada
keaadaan semula (6-8 Minggu).

b. Tujuan Asuhan  Masa  Nifas
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan
bayi.
2) Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus.
5)  Imunisasi ibu terhadap tetanus
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makanan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang
baik antara ibu dan anak

c. Peranan dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


1) Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam
menghadapi saat-saat kritis masa nifas.
2) Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap
ibu dan keluarga.
3) Pelaksaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penangan masalah, rujukan dan deteksi dini
komplikasi masa nifas.
d. Tahapan Masa Nifas
1) Puerperium Dini, yaitu masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium Intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-
alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu
3) Remote Puerperium, yaitu masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan

2. Proses Laktasi dan Menyusui


a. Anatomi dan Fisiologi Payudara
1) Pabrik ASI (alveoli)
a) Berbentuk seperti buah anggur
b) Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI apabila
di rangsang oleh hormone prolaktin.
2) Saluran ASI (duktus lactiferous). Saluran ini berfungsi untuk
menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang.
3) Gudang ASI (sinus lactiferous). Gudang ASI merupakan tempat
penyimpanan ASI yang terletak di bawah kalang payudara
(alveoli)

4) Otot polos (myoepithel)


a) Otot yang mengelilingai pabrik ASI.
b) Jika di rangsang oleh hormone oksitosin maka otot yang
melingkari pabrik ASI akan mengerut dan menyemprotkan ASI
di dalamnya.
c) Selanjutnya, ASI akan mengalir ke saluran payudara dan
berakhir di gudang ASI

b. Cara Merawat Payudara


1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting
susu.
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
nkeluar di sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang btidak lecet.
4) Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1
tablet setiap 4-6 jam
6) Apabila payudara bengkak akibat  pembendungan ASI maka ibu
dapat melakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
b) Urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
c) Keluarka ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
putting susus menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat
emengisap seluruh ASI, sisanya keluarkandengan tangan.
e) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

c. Manfaat Pemberian ASI


1) Bagi bayi
a) ASI yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
b) Kalori dari ASI  memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan
c) ASI (Kolostrum) mengandung zat pelindung (antibodi)
d) Memperkuat ikatan bathin antara ibu dan bayi
e) ASI mudah dicerna oleh bayi
2) Bagi ibu
a) Untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Seperti
membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan
b) Ibu lebih cepat pulih atau menurunkan berat badan
c) Bagi ibu yang menstruasinya belum muncul kembali akan
kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil
d) Cara yang baik untuk mencurahkan kasih sayang pada sang
buah hati dan merasa dibutuhkan .
e) Menunda  kemungkinan kanker payudara dan ovarium

d. Komponen Gizi dalam ASI


1) Protein
Kandungan protein pada ASI lebih rendah dibandingkan
dengan susu mamlia lainnya. ASI mengandung whey protein dan
casein. Whey protein adalah protein yang memabantu
menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau
mudah dicerna oleh usus. Casein yaitu protein yang sukar dicerna.
Perbandingan whey protein : casein pada ASI yaitu 60 : 40,
sedangkan pada susu formula 20 : 80 dan 18 : 82. Whey ASI terdiri
dari alpha-lactalbumin, serum albumin, laktoferin, immunoglobulin
dan lisozom. Sedangkan whey susu sapi hanya mengandung beta-
lactoglobulin.

2) Lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99 %) yang mana
dengan enzim lipase yang terdapat di ASI akan menguraiakannya
menjadi trigliserol dan asam lemak. Keunggulan ASI yaitu mudah
di cerna karena dalam bentuk emulsi, kandungan asam lemak
esensial (omega-3 menjadi DHA dan omega-6 menjadi AA), DHA
dan AA yang berperan dalam pertumbuhan otak.
3) Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, K. vitamin
A sangat penting / banyak  dalam ASI, sedangkan D, dan K sedikit
yang terkandung dalam ASI. Vitamin yang larut dalam air yaitu
vitanmin C, asam nicotinic, B12, B1, B2,B6  sanagt dipengaruhi oleh
makanan ibu.
4) Zat besi
Zat besi yang terkandung di ASI tidak begitu banyak,
namun sangat berguna untuk mencegah anemia.
5)  Zat anti infeksi
Bayi baru lahir mempunyai cadangan  IgA sedikit, karena
itulah bayi membutuhkan tambahan sIgA dalam ASI untuk
terhindar dari infeksi.
6) Laktoferin
Lactoferin banyak terkandung dalam ASI, yangmana
fungsinya sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari
pencernaan.

e. Upaya Memperbanyak ASI


1) Menyusui bayi setiap 2 jam dengan lama menyusui 10-15 menit
tiap payudara.
2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa resah
gerah, dan duduklah selama menyusui.
3) Pastiakan bayi menyusu dalam posisi menempel dengan baik dan
dengarkan suara menelan yang aktif.
4) Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah
setiapkali habis menyusui.
5) Tidurlah bersebelahan dengan bayi.
6) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
7) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya
dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi
penempelan.
8) Yakinkan bahwa ica dapat memproduksi susu lebih banyak
dengan melakukan hal-hal tersebut.
Pendidikan kesehatan yang harus di berikan kepada ibu menyusui :
1) Mengkonsumsi tambahan kalori setindaknya 500 kalori sehari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori,
protein, vitamin dan mineral.
3)  Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi setidaknya
selama 40 hari setelah kelahiran.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayi melalui ASI.

B. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas dan Menyusui


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Involusi Uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar
60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam  otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang
terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
2) Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam sistem
vascular dan sistem limpatik.
3) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat dilihat
di bawah ini:

Involusi Tinggi Fundus Berat Fundus


Bayi lahir Sepusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
7 hari ( 1 mgg ) Pertengahan pusat – symphisis 500 gr
14 hari ( 2 mgg ) Tak teraba diatas symphibis 350 gr
42 hari ( 6 mgg ) Bertambah kecil 50 gr
56 hari ( 8 mgg ) Normal 30 gr
4) Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara
darah dan desidua inilah yang dinmakan lokia.Lokia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium (Varney, 2007; 960). Lochea
mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu :

Lochea Hari Warna Ciri – ciri


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Berisi sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, sisa
mekonium
Sanguinole 3-7 hari Merah kuning Berisi darah + lendir
nta
Serosa 7-14 hari Kuning Cairan tidak berdarah lagi
Alba Setelah 2 putih Cairan putih
mgg –
selesai

Pengeluaran lokhea biasanya meningkat pada ibu nifas


yang melakukan ambulasi dini dan menyusui. Umumnya jumlah
lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di
vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan
kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata
pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
5) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok
terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang
melahirkan akan tersedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak
akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tentram,
hangat kasih sayang akan ibunya. Hal ini merupakan faktor yang
terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat di pengaruhi oleh faktor
kejiwaan ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan
volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang
menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani pekerjaan rumah
tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat
mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik
harus dalam keadaan tenang.
Ada 2 refleks yang sangat di pengaruhi oleh keadaan jiwa
ibu, yaitu :
a) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu
menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan
areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke
hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormone prolaktin yang masuk melalui
peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat
ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
b) Refleks Let down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI
keluar, isapan bayi akan merangsang puting susu dan areola
yang dikirim lobus posterior keluar hormone oxytosin
kedalam predaran darah yang menyebabkan adanya
kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena
adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah
ampula.
6) Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi
selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke
keadaan seperti sebelum hamil.
7) Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul
rugae kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8
setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3
atau ke 4. Esterogen setelah melahirkan sangat berperan dalam
penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali
(Maryunani, 2009; 14).
8) Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga
menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 minggu
(tergantung elastic tidak atau seberapa sering melahirkan) ,
walaupun tetap lebih kendur di banding sebelum melahirkan
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mngalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan,
serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal,
dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan
ambulasi awal.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan
dan sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi,
serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia.
Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan olostraksi dari uretra
sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium
kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing
penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual ( normal ± 15
cc ). Sisa urine dan trauma kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum nirmal dalam waktu 2 minggu. Urine
biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini
disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam
kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat
proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan
lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena
kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari
autolisis sel-sel otot

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

5. Perubahan Sistem Endokrin


Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut :
a. Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental
lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b. Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan
LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi
susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang
tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada
6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu
pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca
melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
d. Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
e. Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat.
Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina.

6. Perubahan Tanda-Tanda Vital


a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah
2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali
normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi
pada klien. (Siti saleha,2009)
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara
90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan
tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada
post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum.
Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta
dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut
selama kehanilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada
persalinan vagina kehilangan darah 200-500 ml, sedangkan pada
persalinan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari
volume darah dan kadar Hmt ( hematokrit).

8. Perubahan Sistem Hematologi


Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi
darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah
putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi
dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat
naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika
wanitra tersebut mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-
awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingakatan ini akan
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran
dan postpartum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan
volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum,
yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

C. Manajemen Laktasi
1. Produksi Air susu ibu
Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan
dapat ekstraksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin,
lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan
membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli lactifer.
Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan
air susu 2 sampai 3 kali tiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
2. Pengeluaran Air Susu
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam grandula pituitaria
posterior. Akibat langsung reflek ini adalah dikeluarkanya oksitosin dari
pituitaria posterior: hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel (sel
keranjang atau sel laba-laba) disekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh lactifer, dan dengan
demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke dalam ampullae. Reflek
ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum.
3. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum
terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
a. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang cukup dari
payudara ibunya.
b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya
sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
d. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f. Memberikan kolustrum dan ASI saja.
g. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

4. Manfaat Pemberian ASI


a. Manfaat ASI Bagi Bayi
1) ASI sebagai Nutrisi.
2) Makanan terlengkap untuk bayi terdiri dari proporsi yang
seimbangdan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6
bulan pertama
3) Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi
terhadap penyakit terutama diare dan gangguan pernapasan.
4) Menunjang perkembangan motorik sehinggga bayi yang diberikan
ASI Ekslusif akan lebih cepat bisa berjalan.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang
6) Selalu siap sedia dan dalam suhu yang sesuai
7) Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap
8) Melindungi terhadap alergi
b. Bagi Ibu
1) Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
2) Menjarangkan kehamilan
3) Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran
plasenta karena hisapan bayi merangsang kontraksi rahim dan
menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan
4) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu
meningkatkan produksi ASI dan proses Laktasi.
5) Hisapan putting yang segera dan sering membantu mencegah
payudara membengkak
6) Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI
tersedia kapan dan dimana saja ASI selalu bersih, sehat, dan dalam
suhu yang sesuai
7) Pemberian ASI ekonomis atau murah
8) Menurunkan risiko kanker payudara

5. Upaya Memperbanyak ASI


Berikut ini adalah cara memperbanyak ASI yang dapat dilakukan
ibu untuk menunjang tumbuh kembang anak anda :
a. Berikan ASI sesering mungkin, meskipun ASI tidak begitu banyak
akan tetapi dengan cara merangsang produksi ASI maka akan
meningkat.
b. Memberikan kesempatan bayi untuk mengkonsumsi ASI dalam waktu
lama. Tujuan dari cara ini adalah untuk mengosongkan ASI yang telah
diproduksi sehingga merespon produksi ASI selanjutnya.
c. Berikan ASI bergantian sehingga bayi tidak bosan dengan bagian kiri
atau kanan saja. Bayi akan menyesuaikan dengan cara menghisap.
d. Pijatan yang benar dan tepat akan membantu dalam memperbanyak
ASI.
e. Memompa ASI setelah selesai menyusui untuk menstimulasi produksi
ASI.
f. Buat suasana yang tenang dan relaks sehingga membuat bayi lebih
lama menyusui.
g. Mengkonsumsi air putih.
h. Hindari merokok karena akan menghambat ASI dan memberikan
pengaruh negatif dari bahan kimia yang berbahaya pada bayi.
i. Rileks saat menyusui merupakan salah satu cara untuk memperbanyak
ASI.

6. Tanda Bayi Cukup ASI


a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi buang air besar 1-2 kali dalam sehari dan berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur
cukup. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam
d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi menyusu
f. Bayi bertambah berat badan

7. ASI Ekslusif
ASI esklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan
sampai sekitar usia 4-6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan
mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, ait teh,
madu, air putih. Pada pemberian ASI esklusif bayi juga tidak diberikan
makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan
sebagainya. ASI esklusif diharapkan dapat diberikan sekurang-kurangnya
selama empat bulan dan kalau memungkinkan sampai enam bulan.
Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai
usia enam bulan tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan bayi
memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan
sampai ia berumur dua tahun.
8. Cara Merawat Payudara
Bagi ibu yang menyusui bayinya perawatan putting susu
merupakan suatu hal yang sangat penting. Payudara harus dibersihkan
denga teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak
menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa  susu
untuk mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke putting maupun
ke mulut bayi. Salep atau krim khusus dapat digunakan untuk mencegah
pecah-pecah pada putting.

9. Cara Menyusui yang Benar


Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (Depkes RI, 2005) :
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
c. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
d. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
e. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
f. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu.
Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (Depkes RI, 2005) :
a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang
dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari
telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), di belakang areola (kalang
payudara)
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
c. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan
lidah ke bawah.
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan
bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan
dengan hidung bayi
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut
bayi
g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di antara pertemuan langit- langit yang
keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak
di bawah kalang payudara
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung
bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak
perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus
bayi
l. Cara Menyendawakan Bayi
1) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-
lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa
2) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap.
Udara akan keluar dengan sendirinya

10. Masalah dalam Pemberian ASI


a. Putting susu nyeri atau lecet
Penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik menyusui.
Penatalaksaannya :
1) Bayi disusukan terlebih dahulu pada putting yang tidak lecet atau
yang lecet lebih sedikit
2) Setelah menyusui, bekas ASI pada putting tidak perlu dibersihkan,
diangin-anginkan saja agar kering dengan sendirinya karena bekas
ASI berfungsi sebagai pelembut putting dan sekaligus anti infeksi
b. Payudara Bengkak
Penyebabnya adalah sisa ASI yang terkumpul banyak pada saluran
ASI.
Penatalaksanaannya :
1) Massase payudara
2) ASI diperas sebelum menyusui
3) Kompres dengan air hangat
4) Menyusui lebih sering dan lebih lama
c. Mastitis
Penyebabnya adalah :
1) Sisa ASI yang menyumbat saluran ASI
2) Putting lecet sehingga mudah masuk kuman
3) BH yang terlalu ketat
4) Kurang gizi dan istirahat, anemia
Penatalaksanaan :
1) Tetap menyusui
2) Kompres dengan air hangat pada payudara
3) Pakailah baju dan BH yang longgar
4) Istirahat cukup dan makan bergizi
d. Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini
dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak
merah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.
e. Kelainan anatokis pada puting susu (putting tenggelam/datar)
Pada putting susu yang mengalami kelainan dapat diatasi
dengan perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika
hanya salah satu putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui
di putting yang lainnya. Jika putting masih tidak bisa diatasi maka
untuk mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa
kemudian dapat diberikan dengan sendok atau pipet.

D. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas dan Menyusui


1. Nutrisi dan Cairan Pada Seorang Ibu Menyusui
Dahulu biasa untuk membatasi diet wanita masa nifas yang
melahirkan pervaginam, tetapi sekarang diet umum yang
menarik dianjurkan. Kalau pada akhir 2 jam setelah melahirkan setelah
melahirkan per vaginam tidak ada kemungkinan komplikasi yang
memerlukan anestesi, pasien hendaknya diberikan minum dan makan
jika ia lapar dan haus.Sebaiknya selama menyusui ibu tidak melakukan
diet untuk menghilangkan kelebihan berat badan. Konsumsi makanan
dengan menu seimbang,bergizi dan mengandung cukup kalori berguna
untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan.
Jika ibu menyusui bayi,sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung alkohol.Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan
dan tidak berlebihan. Sebaiknya penggunaan obat tradisional dan obat-
obatan selain vitamin dikonsultasikan dengan dokter/bidan. Sebaiknya
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari. Jumlah kalori
yang dikonsumsi pada ibu menyusui mempengaruhi kuantitas dari
ASI yang diproduksi.Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu,ibu
memerlukan asupan kalori 85 kalori.Pada saat minggu pertama dari 6
bulan menyusui(ASI ekslusif)jumlah susu yang harus dihasilkan oleh
ibu sebanyak 750 ml setiap harinya.Dan mulai minggu kedua susu
yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml,jadi tambahan jumlah
kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein,mineral,dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 1-1,5
liter air setiap hari(anjurkan ibu untuk minum setelah setiap kali
selesai menyusui. Makanan yang dikonsumsi haruslah makanan yang
sehat,makanan yang sehat adalah makanan dengan menu seimbang 
yaitu yang mengandung unsur-unsur,seperti sumber tenaga,pengatur
dan pelindung.
1) Sumber tenaga(energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh,
pembentukan jaringan baru serta penghematan protein (jika
sumber tenaga kurang proteindigunakan sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi yang termasuk sumber
tenaga adalah, yaitu beras, sagu, jagung dan tepung terigu,
havermount dan ubi.
2) Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian
sel sel yang rusakdan mati. Protein dari makanan harus diubah
menjadi asam amino sebelum diserap dalam darah.
Pencernaannya dibantu oleh enzim dalam lambung dan pankreas
sebelumdiserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati (hepar)
melalui pembuluh darah  (vena porta). Sumber protein dapat
diperoleh dari protein nabati dan hewani. Protein nabati anatara
lain ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu,
dan keju. Protein nabati banyak terkandung dalam kacang-
kacangan, seperti kacang tanah, kacang merah,  kacang hijau,
kacang kedelai, tahu dan tempe. Sumber protein terlengkap
terdapat dalam susu, telur, dan keju. Ketiga makanan tersebut
juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B.
3) Sumber pengatur dan pelindung
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi
kelancaran metabolismedidalam tubuh dari serangan penyakit
dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber
buah pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis
sayur dan buah-buahan segar. Berikut ini beberapa mineral
penting :
a) Zat kapur: Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan tulang.
Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan, dan
syuran berdaun hijau.
b) Fosfor: Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan
gigi anak. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-
kacangan dan sayuran berdaun hijau.
c) Zat Besi: Tambahan zat besi sangat penting dalam masa
menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah
dan sel darah merah sehingga daya angkut oksigen sehingga
mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning
telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan, dan
sayur-sayuran bewarna hijau.
d) Yodium: Yodium sangat untuk mencegah timbulnya
kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang
serius. Sumber yodium adalah minyak ikan, ikan laut dan
garam beryodium.
e) Kalsium: Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk
pertmbuhan gigi dan anak sebagai sumbernya yaitu susu dan
keju.
f) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
g) Minum kapsul vitamin A, agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI

2. Ambulasi
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan
masa nifas.Ibu nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24
jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Mobilisasi/ambulasi sangat
bervariasi,sangat tergantung pada komplikasi persalinan,nifas,atau
sembuhnya luka(jika ada luka.Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi
sedini mungkin,yaitu dua jam setelah persalinan normal.
Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling
tidak 6-12 jam post partum,sedangkan pada ibu dengan partus sectio
secarea ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post
partumsetelah ibu sebelumnya beristirahat (tidur).
Ambulasi dilakukan oleh ibu dengan tahapan:miring kiri atau
kanan terlebih dahulu,kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat
berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan ( mungkin ke toilet untuk
berkemih).
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dibuktikan oleh
sejumlah penelitian. Para wanita menyatakan bahwa mereka lebih baik
dan lebih kuat setelah ambulasi awal. Dengan ambulasi dini:
a. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
b. Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak
frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea).

3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama
sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan.Ini terjadi karena volume
darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi
setelah persalinan.Oleh karena itu,ibu belajar berkemih secara
spontan setelah melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air
kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan.Menahan buang air akan
menyebabkan terjadinya bendungan air seni.Keadaan ini dapat
menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan
perdarahan yang berlebihan.Dengan mengosongkan kandung kemih
secara adekuat,tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali
dalam 5-7 hari post partum.
b. Buang Air Besar (BAB)
Sulit buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena
ketakutan akan rasa sakit,takut jahitan terbuka,atau karena
haemorrhoid.Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi
dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum sehingga
bisa buang air besar dengan lancar.Sebaiknya pada hari kedua ibu
sudah bisa buang air besar.Jika sudah pada hari ketiga ibu masih
belum bisa buang air besar,ibu bisa menggunakan pencahar
berbentuk supositoria .Ini penting untuk menghindarkan  gangguan
pada kontraksi  uterus yang dapat menghambat pengeluaran cairan
vagina.

c. Kebersihan Diri
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan
maupun kulit ,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara
keseluruhan. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
1) Perawatan Perineum
a) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar kan vulva terlebih dahulu,dari
depan ke belakang ,baru kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap
kali selesai BAK/BAB.
b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
2) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin).
Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra
volume  saat hamil.Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian  juga dengan
pakaian dalam,agar  tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat
lochea.
3) Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan
pada rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga
keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal.
Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara Satu wanita
dengan wanita lain. Meskipun demikian,kebanyakan akan  pulih
kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner
yang cukup, lalu sisir menggunakan sisir yang lembut.Hindari
penggunaan pengering rambut.
4) Kebersihan kulit
Setelah persalinan,ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah,kaki,betis dan
tangan ibu.Oleh karena itu,dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan,ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya.Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan
tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan
terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai,perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Lakukan perawatan payudara secara teratur.
b) Pelihara kebersihan sehari-hari
c) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI
d) Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
e) Ibu harus merasa nyaman dan santai
f) Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks
oksitosin.

Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini


mungki,yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua
kali sehari.

d. Istirahat
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan  rumah tangga
secara perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
a) mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
b) memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c) menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayinya dan dirinya sendiri
e. Seksual
Pada banyak pasangan,perubahan karena kehamilan dapat
mengganggu keseimbangan dalam hubungan mereka,terutama terutama
dalam hubungan seksual.Begitu juga setelah persalinan.Pada masa ini,ibu
menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan
perannya sebagai pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya
diri dengan peran barunya,ia akan menemukan waktu dan melihat
sekeliling serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam
kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu,suami perlu memahami
perubahan dalam diri istri sehingga tidak merasa diabaikan.Kerjasama
dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada
bayinya sangat dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap
saat ibu merasa nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu  darah merah berhenti dan ibu
tidak merasa nyeri,aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan.Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
f. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode
amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamanya kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini yaitu 2%
kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan terlebih dahulu kepada ibu: bagaimana metode ini dapat
mencegah kehamilan dan efektivitasnya, kekurangannya, efek samping,
bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat digunakan
untuk wanita pascasalin yang menyusui.
Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan
untuk melihat apakah metode itu sudah bekerja dengan baik.

g. Latihan/senam nifas
Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas sesungguhnya
lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot yang kendur dan
membuang lemak tubuh yang tidak perlu, banyak lagi manfaat yang
didapat dari senam ini sehingga bidan perlu memberikan penjelasan dan
petunjuk senam nifas kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya.
Kondisi yang kendor setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena
selain bayi yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang
ibunya, juga suami. Untuk itulah pemulihan kondisi harus dilakukan
seawal mungkin sesuai kondisi.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai
selagi ibu masih berada di klinik atau Rumah Sakit, supaya involusi
berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan
fungsinya kembali.
Latihan/ senam nifas penting untuk mengembalikan otot-otot perut
dan panggul agar kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit
pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap
hari sampai membantu.
Beberapa latihan yang dapat ibu lakukan dengan mudah antara lain:
tidur terlentang dengan lengan kesamping, menarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada tahan satu
hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 5 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) : berdiri dengan
tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan panggul dan
sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sampai 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak
30 kali. Pada masa nifas ibu sangat membutuhkan asuhan sama seperti
pada saat kehamilan bahkan mungkin lebih.

h. Pengurangan Ketidaknyamanan Ibu


1) Terapi Massage
Effleurage adalah bentuk masasse dengan menggunakan
telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan
tubuh dengan arah sirkular secara berulang (Reeder, 2011). Teknik
ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan,
dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan relaksasi fisik
dan mental. Langkah-langkah melakukan teknik ini adalah kedua
telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan
pola gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian
bawah di atas simphisis oubis, arahkan ke samping perut, terus ke
fundus uteri kemudian turun ke umbilikus dan kembali ke perut
bagian bawah di atas simphisis pubis, bentuk pola gerakan seperti
kupu-kupu. Ulangi gerakan di atas selama 3-5 menit dan berikan
lotion atau minyak/baby oil tambahan jika dibutuhkan.
a) Aromatherapy
Aromatherapy dibuat dengan menggunakan minyak
esensial yang terbuat dari tanaman. Minyak esensial merupakan
bahan penting dari aromaterapi yang diolah menggunakan
penyulingan air atau uap. Pemakaian aromaterapi bisa
digunakan untuk pijat, digunakan sebagai kompres, diletakkan
di kamar mandi, digunakan sebagi lotion dan inhalasi (dihirup).
Aromaterapi sangat berguna dalam penanganan intensitas stress.
b) Terapi Musik
Salah satu upaya penanganan nyeri dengan non
farmakologi adalah dengan teknik distraksi. Teknik distrasi
antara lain dengan memberikan terapi musik. Teknik distraksi
sangat efektif digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri, hal
ini disebabkan karena distraksi merupakan suatu metode dalam
upaya menurunkan nyeri. Musik mampu meringankan
penderitaan dari rasa sakit karena saraf untuk mendengarkan
musik sama dengan saraf perasa, sehingga pada saat ibu
mengalami rasa sakitnya bisa dialihkan dengan cara
mendengarkan musik dan meringankan rasa sakit.

E. Patologi dan Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas

Selama masa nifas dapat terjadi 4 masalah utama:

1. Perdarahan masa persalinan


2. Infeksi masa nifas
3. Tromboemboli
4. Depresi pasca persalInan

F. vidence Based dan Program Pemerintah

Critical Thinking (Berpikir Kritis) merupakan proses berfikir secara


aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam
meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan. Keterampilan
berpikir kritis diperlukan untuk :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan
menyebabkan informasi yang diterima mahasiswa semakin banyak
ragamnya,
2. Mahasiswa merupakan salah satu kekuatan (people power),
3. Mahasiswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan
menjalani kehidupan yang semakin kompleks.
4. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana
kreativitas muncul karena melihat fenomena-fenomena atau permasalahan
yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif.
5. Banyak lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak, membutuhkan
keterampilan berpikir kritis, misalnya sebagai pengacara atau sebagai guru
maka berpikir kritis adalah kunci keberhasilannya.

Setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan,


mau ataupun tidak, sengaja atau tidak, dicari ataupun tidak akan memerlukan
keterampilan untuk berpikir kritis. Kunci utama untuk berpikir kritis antara
lain:
1. Recognize assumptions (mengenali masalah)
2. Evaluate arguments (menilai beberapa pendapat)
3. Draw conclusions (Menarik kesimpulan)

Melaksanakan post natal care sesuai dengan program yang telah


disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini penyulit
dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat postnatal, dengan
menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses postnatal
dapat berjalan dengan baik, ibu dapat menjalani proses postnatal dengan sehat
dan selamat.

Kebijakan Nasional Masa Nifas :

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah 1. Mencegahan perdarahan masa nifas karena
persalinan atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan; rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Meberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai
bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan
bayi yang baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hypothermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, dan perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu cukup makanan, cairan,
dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti diatas
setelah
persalinan
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-
setelah kesulitan yang ia atau bayinya alami
persalinan 2. Memberikan konseling KB secara dini
3. DATA FOKUS YANG PERLU DIKAJI PADA KASUS
SUBJEKTIF :
1. Identitas Keluarga
2. Keluhan saat ini/alasan berkunjung
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sebelumnnya
4. Riwayat Persalinan Sekarang
5. Riwayat Pernikahan
6. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
7. Kebutuhan Biologis (nafas, nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas,
mobilisasi, kebersihan diri, rasa nyeri), Data Psikologi (perasaan ibu saat
ini, kemandirian dan fase adaptasi psikologi), Data Sosial ( hubungan
dengan suami, mertua dan anggota lainnya), Rencana ibu ( Menyusui,
pengasuhan ibu dan rencana KB),
8. Pengetahuan ibu tentang Bahaya masa nifas, Cara memeriksa kontraksi
dan masase fundus uteri, Cara menyususi yang benar, ASI Eksklusif, Alat
Kontrasepsi, Cara memerah dan menampung ASI, Cara memperbanyak
produksi ASI, Cara merawat luka jaritan perineum, Senam Kegel dan
senam nifas.
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum ( KU, kesadaran, tanda vital)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
b. Mata
c. Mulut
d. Leher
e. Payudara
f. Dada
g. Perut
h. Ekstremitas
3. Pemeriksaan khusus
a. Penilaian Bonding score
b. Inspeksi Genitalia
c. Inspeksi anus

4. INTERPRETASI DATA PADA KASUS YANG DIASUH


Dalam menengakkan diagnose, harus berdasarkan hasil pengkajian
data subjekif dan objektif yang akan menggambarkan kondisi ibu saat ini
secara keseluruhan. Sedangkan masalah yang ditemukan yang berdampak
kurang baik pada keadaan ibu juga harus diindentifikasi sehingga bisa
dibuatkan rencana asuhan untuk perbaikan kondisi ibu. Diagnosa potensial
dan masalah potensial merupakan suatu kondisi yang kemungkinan terjadi
apabila suatu diagnose atau masalah tidak ditangani dengan baik. Tentunya
petugas harus memiliki pengetahuan yang cukup luas baik meteri di buku
pedoman atau jurnal yang ada. Dengan mengetahui diagnose, diagnose
potensial, masalah dan masalah potensial, petugas dapat merencanakan
asuhan untuk memperbaiki dan mencegah kondisi yang lebih buruk.

5. PERENCANAAN ASUHAN KASUS YANG DIASUH


Perencanaan asuhan dilakukan secara menyeluruh, ditentukan oleh
Langkah langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau
masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.
Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksankannya. Perencaanaan ini bisa dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan. Disusunnya perencanaan, diikuti dengan
pelaksanaan asuhan dan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Cuningham, F.G., Norman, F.G., Kenneth, J.L., Larry, C.G., John, C.H., &
Katharine, D.W. 2006. Obstetri Williams, Volume 1. Jakarta : EGC

Dewi, V.N.L & Tri, S. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta
Salemba Medika

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai