Anda di halaman 1dari 9

Makalah Konseling Menyusui

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. WHO dan UNICEF merekomendasikan ASI eksklusif
selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi
mau, tidak menggunakan botol dan dot. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegera mungkin
setelah melahirkan. Bayi dan ibu yang melakukan proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah
melahirkan memiliki keberhasilan yang lebih besar dari mereka yang menundanya. Bayi baru
lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas. Menyusui minimal 5 menit pada
masing-masing payudara pada hari pertama setelah melahirkan dan semakin meningkat
frekuensinya setiap hari sehingga dapat meningkatkan produksi ASI optimal. Waktu menyusui
20 menit pada masing-masing payudara cukup untuk bayi. Tidak perlu membatasi waktu
menyusui. Frekuensi menyusui yang sering dapat meningkatkan produksi ASI, mencegah
payudara nyeri dan sakit karena penumpukan dan penggumpalan ASI, dan meminimalkan
kemungkinan bayi menjadi kuning.

Jumlah ASI yang normal diproduksi pada akhir minggu pertama setelah melahirkan adalah 550
ml per hari. Dalam 2-3 minggu, produksi ASI meningkat sampai 800 ml per hari. Jumlah
produksi ASI dapat mencapai 1,5-2 L per harinya. Jumlah produksi ASI tergantung dari berapa
banyak bayi menyusu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak hormon prolaktin
dilepaskan, dan semakin banyak produksi ASI.
Menyusui dapat berkaitan dengan ketidaknyamanan pada payudara. Nyeri pada puting dapat
diberikan krim vaselin. Perubahan posisi menyusui untuk memutar titik stres pada puting juga
sebaiknya dilakukan. Sebaiknya bayi berhenti dahulu menghisap puting sebelum mengangkatnya
dari payudara.
Wanita yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita yang tidak
menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap kekurangan magnesium, vitamin B6, folat, kalsium,
dan seng. ASI tidak memiliki suplai zat besi yang cukup untuk bayi prematur atau bayi berusia
lebih dari 6 bulan. Karena itu suplementasi zat besi sebaiknya diberikan pada ibu menyusui
dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak adekuat dan stres dapat menurunkan jumlah produksi
ASI.
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat
menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini
melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).
Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat
pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan
tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau
tangan di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor seperti
kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang
merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya
perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat
luas (Maribeth Hasselquist, 2006).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena
tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada
payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak
lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam
merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang
yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau
kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar
(Soetjingsih, 1997).

B.    Rumusan Masalah


Masih terdapat ibu yang belum mengetahui cara-cara menyusui yang baik dan benar serta
masalah-masalah dalam pemberian ASI.

C.    Tujuan Penulisan


Adapun tujuan  dari penulisan  makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.    Sebagai tugas individu
2.    Untuk mengetahui cara menyusui yang baik dan benar
3.    Untuk mengetahui masalah-masalah dalam pemberian ASI

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI)
dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar
masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh risiko
penggunaan susu formula.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai
metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi,
antara lain WHO, Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics), dan
Departemen Kesehatan.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari
dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu (sacs) yang
berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.

B.    Keunggulan ASI


Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan
kehamilan.

1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
a)    Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi terutama diare.
b)    Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh
karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c)    Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan
lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d)    Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.
Komposisi ASI :
e)    ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
f)    ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
g)    Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35.
Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI :
h)    Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang
menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
i)    Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh
rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan
dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari
substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan
Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
a)    ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
b)    Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan.
c)    Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat
besi di saluran pencernaan.
d)    Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
e)    Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte
Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
f)    Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3.    Aspek Psikologik
a)    Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap
bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
b)     Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
c)    Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal
sejak bayi masih dalam rahim.
4.    Aspek Kecerdasan
a)    Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b)    Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point
lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih
tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5.    Aspek Neurologis
a)    Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6.    Aspek Ekonomis
a)    Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi
sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga
untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7.    Aspek Penundaan Kehamilan
a)    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL).
C.    Manfaat Menyusui
1.    Manfaat Menyusui bagi Bayi
ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta
laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh
atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama
tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih
cepat dari infeksi. Imunoglobulin A terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam kolostrum
sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan tubuh pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor
bifidus di dalam air susu ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang
dapat menurunkan kumpulan bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia) penyebab
diare.
Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran pernapasan
bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak),
infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis.
Karena protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia, maka
pengenalan lebih lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di dalam susu
formula, dapat mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi.
2.    Manfaat Menyusui bagi Ibu
Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan peningkatan kontraksi rahim,
mencegah involusi rahim, dan menurunkan angka kejadian perdarahan setelah melahirkan.
Wanita yang menyusui, menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara
setelah menopause sesuai dengan lamanya waktu dia menyusui. Wanita yang menyusui juga
dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause,
serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.
Meyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi yang juga dapat mengurangi biaya
dibandingkan dengan pemakaian susu formula. Menyusui memperlambat ovulasi (keluar dan
matangnya sel telur) setelah melahirkan sehingga menjadi suatu bentuk KB alamiah.

D.    Cara Menyusui yang Benar


Terdapat berbagai posisi untuk menyusui namun posisi yang baik adalah dimana posisi kepala
dan badan bayi berada pada garis yang lurus sehingga bayi dapat menyusui dengan nyaman.
Selain itu posisi ibu pun harus nyaman. Cara menyusui yang benar adalah :
1. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat
menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang dengan mudah
2. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan melekat
sempurna dengan payudara
3. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat membuat bayi
dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan jari ibu
4. Bayi anda akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu
5. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup putting dan lingkaran gelap di sekitar
puting, puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi
6. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari puting, dengan lembut letakkan ujung jari
ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik
secara paksa karena akan menimbulkan luka pada putting

E.     Masalah-masalah dalam pemberian ASI


Masalah masalah menyusui pada bayi:
1.      Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat
bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
2.      Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang
berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor
pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet
dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
1.      Bayi menolak menyusu
2.      Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar
3.      Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
1.      Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
2.      Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
3.      Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk
menyusu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih
sayang dan bila memungkinkan disusui.

4.      Bayi dengan Ikterus


Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada
bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
     Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
1.      Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
2.      Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum
membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga
mencegah bayi tidak kuning.
5.      Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum
molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih
dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui
karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada
keadaan ini dengan cara:
1.      Posisi bayi duduk.
2.      Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3.      Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4.      Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-
langit).
6.      Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang
bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian.
Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI
peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah
bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7.      Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi
pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi
pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat
mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering
kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan
untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.

8.      Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)


Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar
mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi
tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi
tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan
kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar.
Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.

9.      Bayi yang Memerlukan Perawatan


Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu
tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah
ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak
mudah basi.

10.  Menyusui dalam Keadaan Darurat


Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat
berkurang; makanan pengganti ASI tidak terkontrol.
Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat tersebut antara lain: pemberian ASI harus
dilindungi pada keadaan darurat, pemberian makanan pengganti ASI (PASI) dapat diberikan
dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila memungkinkan pemberian PASI
tidak menggunakan botol.
Masalah masalah menyusui pada ibu :
1.      Ibu Melahirkan Dengan Bedah Sesar.
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada juga yang mempunyai keinginan
kuat untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang
dapat mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak langsung antara lain: pengaruh pembiusan
saat operasi, psikologi ibu.
Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya. Hal yang perlu diperhatikan
pada kondisi ini adalah :
a.       Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui.
b.      Cari posisi yang nyaman untuk menyusui seperti : lying flat on your back, clutch (football)
hold, side lying, cross cradle (transition) hold.
c.       Mintalah dukungan dari keluarga.
d.      Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan ASI.
2.      Ibu Sakit.
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI
akan melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan
dari orang lain untuk mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan
istirahat yang cukup.
Periksalah ke tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan pengobatan yang tidak
mempengaruhi ASI maupun bayi.
3.      Ibu Penderita Hepatitis (hbsag +) Dan Ibu Penderita Hiv/Aids (+).
Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis melalui
ASI dari ibu penderita kepada bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS
atau Hepatitis tidak diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat: ibu
penderita tetap dianjurkan memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan.
Antara lain: alasan ekonomi, aspek kesehatan ibu.

4.      Ibu penderita TBC paru.


Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman TBC tidak
ditularkan melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan
cara pencegahan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai
profilaksis. Pengobatan pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian dilakukan uji
Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi
BCG.
5.      Ibu penderita diabetes.
Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula darahnya tetap dimonitor.
6.      Ibu hamil.
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak membahayakan bagi ibu
maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian,
perlu dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat dialami antara lain: puting susu lecet,
keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah dan dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI)
dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar
masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh risiko
penggunaan susu formula.
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan
kehamilan
Selain itu, adapun masalah-masalah dalam menyusui yaitu sebagai berikut :
a)    Bayi Sering Menangis
b)    Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
c)    Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
d)    Bayi dengan Ikterus
e)    Bayi dengan Bibir Sumbing
f)    Bayi Kembar
g)    Bayi Sakit
h)    Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
i)    Bayi yang Memerlukan Perawatan
j)    Menyusui dalam Keadaan Darurat

B.    Saran
Perlu adanya peningkatan dalam memberikan penyuluhan atau konseling tentang menyusui 
terutama tentang manfaat yang bisa didapatkan oleh bayi atau pun ibu. Ada baiknya konseling
menyusui ini tidak hanya dilakukan pada ibu yang sudah memiliki bayi tetapi juga yang sedang
dalam masa kehamilan dengan tujuan untuk pembekalan ibu ketika melahirkan nanti akan
menerapkan inisiasi menyusu dini dan dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif
selama 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Website :
http://www.kti-skripsi.com/2010/04/kti-k1ebidanan-cara-menyusui.html

http://www.google.com/images?um....

http://www.lusa.web.id/masalah-menyusui-pada-bayi/

http://bayidananak.com/2010/03/29/beberapa-posisi-menyusui-yang-benar/

Anda mungkin juga menyukai