Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atauPremature Rupture of
Membrane(PROM)merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
terdapat tanda-tanda persalinan. Namun, apabilaketuban pecah dini sebelum
usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai ketubanpecah dini pada
kehamilan prematur atauPreterm Premature Rupture of Membrane (PPROM)
(Soewarto, 2009).
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) di Amerika
Serikat terjadi 120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan
resiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan
neonatal (Sualman, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
228/100.000 kelahiran hidup.Salah satu penyebabkematian adalah karena
infeksi intrapartum yaitu, infeksi yang terjadi pada ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini yang tidak segera mendapatkan penanganan
(Dinkes RI, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum
dimulainya tanda –tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan
serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013).
Menurut Manuaba (2012) faktor penyebab KPD adalah serviks
inkompeten, ketegangan rahim berlebihan (Kehamilan ganda/Hidramnion),
kelainan letak janin dalam rahim (letak sungsang/lintang), kemungkinan
kesempitan panggul, kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi yang
menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
preteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Faktor-faktor penyebab
KPD tersebut merupakan faktor penyebab langsung, sedangkan faktor

1
penyebab tidak langsung adalah karakteristik ibu yaitu umur, paritas, sosial
ekonomi, pendidikan dan pekerjaan.
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka
kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan.Pengelolaan KPD pada
kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek, yaitu bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration
Dystress Syndrome) (Hanifah, 2010).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, mahasiswa ingin mengkaji
lebih dalam mengenai Kejadian Ketuban Pecah Dini.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Ingin mengetahui Ketuban Pecah Dinipada ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari ketuban pecah dini (KPD)
b. Untuk mengetahui etiologi ketuban pecah dini (KPD)
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala ketuban pecah dini (KPD)
d. Untuk mengetahui klasifikasi ketuban pecah dini (KPD)
e. Untuk mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini (KPD)
f. Untuk mengetahui pathway ketuban pecah dini (KPD)
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik dan prinsip keperawatan
ketuban pecah dini (KPD)

2
BAB II
KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI

A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane
(PROM) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan. Namun, apabila ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur atau Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM)
(Soewarto, 2009).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum tanda-tanda
persalinan dimulai dan ditungu satu jam sebelum terjadi inpartu terjadi pada
pembukaan <4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Winkjosastro,2011).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan (Sarwono, 2010).
B. Etiologi
1. Faktor Maternal
a. Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana
korion,amnion,dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
b. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secra spesifik permulaan
berasal dari vagina,anus,atau rectum dan menjalar ke uterus.
c. Inkompetensi serviks(leher rahim)adalah istilah untuk menyebut
kelainan pada otot-otot leher atau leher Rahim (serviks) yang terlalu
lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengan-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar.
d. Riwayat KPD sebelumnya(Winkjosastro,2011).

3
2. Faktor Neonatal
a. Makrosomia adalah berat badan neonates >400 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi
berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
b. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
Gemelli(Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih). Pada kehamilan gamelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang besar dan
kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban
tipis dan mudah pecah.
c. Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000ml. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidroamnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan
amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidroamnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensibnyata dalam waktu beberapa hari saja(Winkjosastro,2011).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat bergaris warna darah. Cairan ini
tidak berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.Tetapi

4
bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi(Saifuddin,2010).
D. Klasifikasi KPD
1. Ketuban Pecah Dini (KPD) Pretern
Ketuban pecah dini pretern adalah pecah ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern atau IGFBP-1(+) pada usia
kehamilan <37 minggu sebelum onset persalinan (Verney,2008).
KPD pretern adalah saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai
kurang 37 minggu.Definisi pretern bervariasi pada berbagai kepustakaan,
namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan
kurang dari 37 minggu(Royal Hospital for Women, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan KPD pretern adalah pecahnya
ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.
2. KPD pada kehamilan Atern
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes(PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal
pooling, tes nitrazin dan tes fern(+),IGFBP-1(+) pada usia kehamilan ≥37
minggu (Cunningham, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi
pada pembukaan <4cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
waktu atau kurang waktu (Winkjosastro, 2011).
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan ketuban pecah dini
ataupremature rupture of membranes(PROM) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalian pada usia kehamilan ≥37 minggu.

5
E. Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi
cairan dan janinselama masa kehamilan.Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian.Bagian pertamadisebut amnion, terdapat di sebelah dalam.Sedangkan,
bagian kedua yang terdapat disebelah luar disebut chorion (Wira, 2012).
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung
amnion.Cairan ketuban initerdiri dari 98 persen air dan sisanya garam
anorganik serta bahan organik.Cairan inidihasilkan selaput ketuban dan
diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan
otak pada anensefalus.Pada ibu hamil, jumlah cairanketuban ini beragam.
Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa jugakurang dari jumlah
tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter.
Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankanatau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan
yang diakibatkan oleh‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban
bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat
danvaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput
ketuban sangat lemahdan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas,
jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi
jaringan kolagen dikontrol olehsistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika adainfeksi dan
inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin,menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi

6
depolimerisasi kolagen padaselaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum :a)ascending infection,
pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsungantara
ruang intraamnion dengan dunia luar. b)infeksi intraamnion bisa
terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi
melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke
ruangintraamnion.

F. Pathway

7
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
dapat dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan laboraturiumCairan yang keluar dari vagina perlu
diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pHnya. Cairan yang keluar
dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urineatau sekret
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin
tidak berubah warna, tetap kuning.
2. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi birumenunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7 – 7,5, darah daninfeksi vagina dapat mengahasilakan tes
yang positif palsu.
3. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavumuteri. Pada
kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
seringterjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.Walaupun
pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaansederhana.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Penanganan ketuban pecah dini menurut Mufdhlilah (2009) meliputi :
1. Konserpatif
a. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

8
b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air
ketubanmasih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak adainfeksi,
tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tandainfeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah24
jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
danlakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memicukematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa
kadarlesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12
mgsehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap
6jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
c. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
d. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervagina.

9
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang penatalaksanaan
KPD adalah :
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan
janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
3. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan
4. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin
harus mengorbankan janinnya.
5. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
6. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-
24 jam bila tidak terjadi his spontan
I. Komplikasi Ketuban Pecah Dini
1. Ibu
a. Infeksi pada ibu yang disebabkan oleh bakteri yang spesifik permulaan
berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus.
b. Gagalnya persalinan normal yang diakibatkan oleh tidak adanya
kemajuan persalinan sehingga meningkatkan insiden seksio sesarea.
c. Meningkatnya angka kemajuan kematian pada ibu (Sarwono, 2010).

10
2. Bayi
a. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat sehingga terjadi asfiksi atau hipoksia.
b. Persalinan Premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul dengan persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi pada 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan kurang dari
26 minggu persalinan dalam 1 minggu.
b. Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini menyebabkan pertumbuhn janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan dari angoota badan
janin.Peningkatan morbiditas neonatal karena prematuritas ( Sarwono,
2010).

11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas ibu
Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dandiagnosa keperawatan.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri
rendah.Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang
lain yang pernah hamil kembar atau turunan kembar.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

12
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering atau
susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
g. Pola penagulangan sterss
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.

13
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.

j. Pola reproduksi dan sosial


Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah
partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
 Mata : Perlu diperiksa dibagian sclera dan konjungtiva
 Hidung : Ada atau tidaknya pembengkakan konka nasalis serta
hipersekresi mukosa
 Mulut : Terdapat gigi karies atau tidak, mukosa mulut kering
atau lembab, dan warna mukosa gigi
 Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.
b. Dada Thorax
 Inspeksi : Kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorax abdominal,
dan tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernapasan normal
16-24x/menit, dan Iktus kordis terlihat atau tidak.
 Palpasi : Pada payudara terjadi pembengkakan atau tidak
 Auskultasi : Terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas
vesikuler.

14
c. Abdomen
 Inspeksi : Ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea
 Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih
penuh/tidak
 Auskultasi : DJJ ada/tidak
d. Genitalia
 Inspeksi : Keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, Discharge, Approximately), pengeluaran dari ketuban
(jumlah, warna, bau), dan lender merah muda kecoklatan
 Palpasi : Pembukaan serviks (0-4)
 Ekstremitas: Edema, varises ada/tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko asfiksia b.d aspirasi air dan lender ketuban oleh janin
(Domain 11, Kelas 2. Cedera Fisik, 00036)
2. Risiko gangguan hubungan ibu/janin dengan factor risiko komplikasi
kehamilan(ketuban pecah dini)
(Domain 8. Seksualitas, Kelas 3. Reproduksi, 00209)
3. Risiko sindrom kematian bayi mendadak dengan factor risiko prematuritas
(Domain 11. Keamanan/perlindungan, Kelas 2. Cidera Fisik, 00156)
C. Perencanaan
1. Risiko asfiksia (00036) b.d Aspirasi air dan lender ketuban oleh janin.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan terjadi penurunan risiko asfiksia dengan kriteria hasil :
 Warna cairan amnion normal (jernih hingga sedikit kekuningan).
 Jumlah cairan amnion.
 Heart rate janin dalam batas normal (120-160x per menit)

15
Intervensi :

No Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ terhadap adanya abnormal Takikardi atau bradikardi janin
seperti bradikardi, takikardi, dan masalah adalah indikasi dari kemungkinan
deselerasi yang lain setiap 15-30 menit. penurunan yang mungkin perlu
intervensi.
2. Posisikan ibu dalam posisi lateral Memperbaiki masalah heart
rateabnormal.
3. Berikan terapi oksigen 6-8 L Memperbaiki masalah heart
rateabnormal jika posisi lateral
tidak efektif.
4. Berikan informasi kepada ibu, suami, Keluarga dapat lebih siap
maupun keluarga mengengenai situasi menghadapi situasi tersebut.
tersebut.
5. Kolaborasi dengan bidan untuk melahirkan Dengan penurunan viabilitas
dengan cara yang paling baik (normal) dan mungkin memerlukan kelahiran
dokter kandungan beserta dokter bedah bila seksio caesarea untuk mencegah
terjadi situasi gawat darurat. cedera janin dan kematian karena
hipoksia.

2. Risiko gangguan hubungan ibu/janin dengan factor risiko komplikasi


kehamilan(ketuban pecah dini)
(Domain 8. Seksualitas, Kelas 3. Reproduksi, 00209)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan tidak terjadi gangguan hubungan ibu/janin dengan kriteria
hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

16
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :
(6800) Perawatan Kehamilan Risiko Tinggi
No Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran yang Memantau derajat kecemasan
berhubungan dengan faktor risiko kehamilan pasien.

2. Berikan materi pendidikan kesehatan yang Mengetahui apa yang diharapkan


membahas tentang faktor risiko, pasien dari penyebab kecemasan.
pemeriksaan surveilans dan tindakan yang
biasa dilakukan

3. Berikan bimbingan antisipasi Mengetahui apa yang diharapkan


Mengenai pengalaman yang biaasa dialami pasien dapat menurunkan
oleh ibu dengan risiko tinggi selama periode anxietas.
post partum
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Meningkatkan sikap kooperatif
terapi obat dan mengurangi kecemasan
dengan melibatkan keluarga
pasien.

3. Risiko sindrom kematian bayi mendadak dengan factor risiko prematuritas


(Domain 11. Keamanan/perlindungan, Kelas 2. Cidera Fisik, 00156)

17
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan tidak terjadi gangguan hubungan ibu/janin dengan kriteria
hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
5. Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran yang Memantau derajat kecemasan
berhubungan dengan faktor risiko kehamilan pasien.

6. Berikan materi pendidikan kesehatan yang Mengetahui apa yang diharapkan


membahas tentang faktor risiko, pasien dari penyebab kecemasan.
pemeriksaan surveilans dan tindakan yang
biasa dilakukan

7. Berikan bimbingan antisipasi Mengetahui apa yang diharapkan


Mengenai pengalaman yang biaasa dialami pasien dapat menurunkan
oleh ibu dengan risiko tinggi selama periode anxietas.
post partum
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Meningkatkan sikap kooperatif
terapi obat dan mengurangi kecemasan
dengan melibatkan keluarga
pasien.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhir

19
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Selain itu, Ketuban
pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan.Pengelolaan KPD pada kehamilan
kurang dari 34 minggu sangat komplek, yaitu bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress
Syndrome).

B. Saran
1. Ibu Hamil
Ketuban pecah dini harus dihindari karena dapat menyebabkan infeksi
karena dapat membuat kuman masuk melalui jalan lahir , untuk mencegahnya
diharapkan para calon ibu jangan melakukan aktifitas yang berat dan lebih
baik beristirahat dan lakukan kegiatan dalam batas kemampuan.
2. Perawat
Sebagai pemberi informasi perawat juga harus dapat memberikan
informasi melalui pendidikan kesehatan kepada para ibu hamil agar dapat
menjaga kehamilan baik dari dalam maupun luar diri agar tidak terjadi
masalah masalah sebelum ataupun sesudah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Din.Jakarta : Yayasan BinaPustaka Sarwono


Prawirohardjo
Heather, Herdman. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta:EGC

20
Sualman K. 2009. Penatalaksanaan ketuban pecah dini kehamilan preterm.
Pekanbaru : Universitas Riau
Dikes, RI. 2010. Angka Kematian Ibu Akibat Ketuban Pecah Dini. Diakses pada
tanggal 27 September 2018 dari
http://www.depkes.go.id/resoHurces/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2009.pdf
Maryunani A, Eka PS (2013). Asuhan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal. Jakarta : Trans Info Media
Manuaba Ida AC. 2012. Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC).St. Louis, Missouri:
Mosby Elsevier
Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification
(NIC).St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier

21

Anda mungkin juga menyukai