KEHAMILAN GANDA
Oleh:
Khusnul Khotimah (1202100020)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin atau lebih.
Kehamilan ganda dapat menghasilkan anak kembar dua kembar tiga (triplet kembar empat
(quadruplet), kembar lima (quintriplet), dan kembar enam (sextuplet). Hamil kembar
tentunya menjadi keajaiban. Butuh perlakuan ekstra terhadap tubuh ibu dan janinnya, sejalan
dengan perubahan dan kebutuhan yang jelas berbeda dibandingkan kehamilan biasa.
Mengandung bayi kembar merupakan berita besar bagi seorang ibu. Kehamilan
kembar memang tidak pernah bisa diduga, ada yang berasumsi bahwa seorang ibu bisa
memiliki bayi kembar karena keturunan, tetapi hal tersebut juga masih belum bisa dipastikan.
Faktor predisposisi dari kehamilan gameli antara lain adalah faktor bangsa, hereditas,
umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi terjadinya kehamilan
kembar.Ternyata, pertumbuhan janin kembar dan tunggal menunjukkan perbedaan yang
cukup berarti. Berat badan satu janin kembar rata-rata lebih ringan 1000 gram dari janin
tunggal. Berat badan bayi kembar dua dan tiga yang baru lahir kurang dan 2500 gram dan
kembar lima kurang dad 1000 gram. Berat badan janin dari kehamilan kembar tidak sama.
Umumnya, terjadi perbedaan antara 50 sampai 1000 gram. Selain itu, terjadi pembagian
sirkulasi darah yang tidak sama. Akibatnya. pertumbuhan kedua janinnya pun berbeda
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kehamilan kembar biasa disebut juga dengan kehamilan ganda maupun
kehamilan multipel. Kehamilan ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah
janin dua atu lebih (Taber, 1984). Sedangkan menurut Mochtar (1998), kehamilan ganda
atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kejadian kehamilan kembarterjadi kira- kira 1 diantara 80 kehamilan tapi
perbandingan ini tergantung pada bangsa; di Jepang misalnya 1:155. Kehamilan ganda
dapat menghasilkan anak kembar dua kembar tiga (triplet) kembar empat (quadruplet),
kembar lima (quintriplet), dan kembar enam (sextuplet). Dalam Mochtar (1998), menurut
penelitian Greulich (1930) dari 121 juta persalinan didapatkan angka kejadian kehamilan
ganda, yaitu Gemelli 1 : 8, Triplet 1 : 7.629, Kuadruplet 1 : 670.743,Quintiplet 1 :
41.600.000. Sedangkan menurut hukum Hellin frekuensi antara kehamilan ganda dan
tunggal adalah: Gemelli 1 : 89, Triplet 1 : 892, Kuadruplet 1 : 893, Quintiplet 1 : 894.
Dalam Obstetri Patofisiologi Unpad (1984), kehamilan kembar dibedakan
menjadi 2 macam:
1. Kehamilan kembar 2 telur, kehamilan kembar dizygotik, kehamilan kembar fraternal:
2 buah sel telur dibuahi oleh 2 sel sperma.
2. Kehamilan kembar 1 telur, kehamilan kembar monozygotik atau kehamilan kembar
identik: yang terjadi dari dua sel telur dan sebuah sel sperma.
Kehamilan dizygotik lebih sering diketemukan daripada kehamilan monozygotik.
2.2 Faktor Predisposisi
Menurut Cunningham, dkk (2001) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah :
1. Faktor ras
Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata diantara
berbagai ras yang berbeda. Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran
ganda terjadi 1 diantara 100 kehamilan kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan
pada orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan.
Pada kawasan di Afrika, frekuensi terjadinya kehamilan ganda sangat tinggi. Knox
dan Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan di
Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran,
kehamilan pada orang Timur atau Oriental tidak begitu sering terjadi. Perbedaan ras
yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan
kembar dizigot. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat
Folikel Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi
2. Faktor keturunan (hereditas)
Sebagai faktor penentu pembentukan kembar, riwayat keluarga pihak ibu jauh lebih
penting daripada riwayat dari pihak ayah. White dan Wyshak (1964) dalam suatu
penelitian terhadap 4000 catatan di The General Society Of The Church Of Jesus
Christ Of Latter-Day Saint, mendapatkan bahwa para wanita yang dirinya sendiri
adalah kembar dizigotik, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 58
kelahiran. Namun, wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar
dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan. Salah satu
penjelasannya yaitu bahwa yang diwariskan adalah kecenderungan mengalami
ovulasi multipel.
3. Faktor umur dan paritas
frekuensi pembentukan kembar meningkat dari 0 saat pubertas, yaitu saat aktivitas
ovarium minimal, hingga puncaknya pada usia 37 tahun, saat terjadi stimulasi
maksimal hormon yang meningkatkan angka ovulasi ganda (Bulmer, 1959). Ha l ini
sesuai dengan tanda pertama penuaan reproduksi yang ditemukan sevara konsisten,
yaitu peningkatan tersendiri kadar FSH di dalam serum (Klein dkk, 1996).
Tingkat kesuburan- seperti tercermin oleh peningkatan paritas sampai 7- juga
meningkatkan angka pembentukan kembar tanpa bergantung pada usia ibu.
Meningkatnya usia ibu dan paritas telah dibuktikan meningkatkan insiden kembar
pada semua populasi yang diteliti. Waterhouse membuktikan bahwa kehamilan
kembar pada wanita berusia dibawah 20 tahun yang belum pernah mempunyai anak
frekuensinya sepertiga pada wanita berusia 35 sampai 40 tahun yang sudah memiliki
4 anak atau lebih(1950). Di Swedia, Petterson dkk (1976), memastikan peningkatan
yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya
paritas. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan
dengan kehamilan keempat sebesar 2,7%.
4. Faktor nutrisi
Nylander (1971) mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan dengan
status nutrisi yang direfleksikan dengan berat badan ibu. Ibu yang lebih tinggi dan
berbadan besar mempunyai resiko hamil ganda sebesar 25-30% dibandingkan dengan
ibu yang lebih pendek dan berbadan kecil. McGillivray (1986) juga memaparkan
bahwa kehamilan dizigotik lebih sering ditemui pada wanita berbadan besar dan
tinggi dibandingkan pada wanita pendek dan bertubuh kecil. Bukti bahwa angka
kehamilan kembar lebih berkaitan dengan gizi yang luas di Eropa pada masa itu
disertai penurunan yang mencolok angka kejadian kembar dizigotik (Bulmer, 1959).
Yng lebih baru, Czeizel dkk (1994), dalam sebuah uji coba klinis acak tentang
suplementasi asam folat perikonsepsi, mendapatkan bahwa wanita yang mendapatkan
suplementasi asam folat mengalami peningkatan insiden gestasi multipel.
5. Gonadotropin Hipofisis
Faktor umum yang mengkaitkan ras, usia, berat, dan kesuburan dengan gestasi
multipel mungkin adalah kadar FSH. Benirschke dan Kim (1973) mengajukan
alasan- alasan menarik tentang dampak meningkatnya kadar FSH endogen dalam
pembentukan spontan kembar dizigotik. Selain data yang dikutip sebelumnya, teori
ini didukung oleh kenyataan bahwa terjadi peningkatan fekunditas dan angka
kehamiloan kembar dizigotik pada wanita yang hamil setelah 1 bulan menghentikan
kontrasepsi oral, tetapi tidak pada bulan- bulan berikutnya (Rothman, 1997). Hal ini
mungkin disebabkan oleh pelepasan mendadak gonadotropin hipofisis dalam jumlah
yang lebi besar daripada biasanya selama daur spontan pertama setelah penghentian
kontrasepsi.
6. Terapi infertilitas
Induksi ovulasi dengan menggunakan FSH plus chorionic gonadotropin atau
chlomiphene citrate menghasilkan ovulasi ganda. Insiden kehamilan ganda seiring
penggunaan gonadotropin sebesar 16-40%, 75% kehamilan dengan dua janin
(Schenker & co-workers, 1981). Tuppin dkk (1993) melaporkan dari Prancis, insiden
persalinan gemelli dan triplet terjadi karena induksi ovulasi dengan terapi human
menopause gonadotropin (hMG). Faktor resiko untuk kehamilan ganda setelah
ovarium distimualsi dengan hMG berpengaruh terhadap peningkatan jumlah estradiol
dan injeksi chorionic gonadotropin pada saat bersamaan akan berpengaruh terhadap
karakteristik sperma, meningkatkan konsenterasi dan motilitas sperma (Dickey, dkk
1992, Pasqualato dkk,1999). Induksi ovulasi meningkatkan insiden kehamilan ganda
dizigotik dan monozigotik.
Salah satu perkembangan teknologi dalam ilmu reproduksi adalah assisted
reproductive technology (ART). Teknik ART didesain untuk meningkatkan
kemungkinan kehamilan, dan juga meningkatkan kemungkinan kehamilan ganda.
Pasien pada kasus ini, pembuahan dilakukan melalui teknik fertilisasi in vitro dengan
melakukan seleksi terhadap ovum yang benar-benar berkualitas baik, dan dua dari
empat embrio ditransfer kedalam uterus. Pada umumnya, sejumlah embrio yang
ditransfer kedalam uterus maka sejumlah itulah akan berisiko kembar dan
meningkatkan kehamilan ganda.
2.3 Patofisiologi
Kembar Fraternal
Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua ovum yang berbeda yaitu kembar
ovum-ganda, dizigotik atau fraternal.Kembar dizigotik dalam arti sebenarnya bukanlah
kembar sejati karena mereka berasal dari pematangan dan pembuahan dua ovum selama
satu periode ovulatorik. Kedua ovum bisa berasal dari satu ovarium atau masing-masing
dari ovarium yang berlainan.
Anatomi placenta dan selaput janin pada kehamilan kembar: pada kehamilan kembar dua
telur selalu ada dua korion dan dua amnion dan plasenta dua buah, tapi kadang- kadang
kedua plasenta bersatu karena pinggir- pinggirnya bertemu waktu tumbuh (Obstetri
Patofisiologi Unpad, 1984).
Berkaitan dengan waktu terjadinya pembuahan terhadap ovum tersebut dikemukakan
tiga bentuk yaitu:
a. Kembar dizigotik: terjadi konsepsi terhadap ovum pada hubungan seksual dengan
waktu sama terhadap dua ovum
b. Superfekundasi: terjadi konsepsi terhadap ovum dengan waktu yang relatif
berdekatan oleh hubungan seksual dari suami sendiri atau oarang lainnya.
c. Superfetasi: Kehamilan kedua terjadi pada waktu relatif jauh, setelah kehamilan
pertama. Kejadian ini telah terbukti terjadi pada kuda tapi belum pernah terbukti pada
manusia
Kembar Identik
sekitar sepertiga janin kembar berasal dari satu ovum yang dibuahi, kemudian menjadi
dua strukttur yang serupa, masing- masing berpotensi berkembang menjadi individu
terpisah, yaitu kembar ovum-tunggal, monozigotik, dan identik. Dasar fisiologis
pembentukan kembar monozigotik perlahan- lahan mulai terkuak. Bukti- bukti yang ada
sekarang mengisyaratkan bahwa pembelahan ovum yang sudah dibuahi dapat terjadi
akibat tertundanya proses- proses perkembangan yang normal. Karena obat progesteron
dan kontrasepsi kombinasi mengurangi motilitas tuba, diperkirakan bahwa tertundanya
transportasi tuba dan implantasi meningkatkan risiko terjadinya kembar pada kehamilan
yang pembuahannya terjadi dekat dengan pemakaian kontrasepsi (Bressers dkk, 1987
dalam Cunningham dkk, 2001). Trauma minor pada blastokista sewaktu tindakan
reproduksi dengan bantuan (assisted reproduction) juga mungkin berperan meningkatkan
kembar monozigotik yang dijumpai pada kehamilan dengan cara ini (Wenstrom dkk,
1993 dalam Cunningham, 2001).
Hasil akhir proses pembentukan kembar bergantung pada kapan pembelahan terjadi:
Apabila pembelahan terjadi sebelum massa sel dalam (morula) terbentuk dan lapisan
blastokista belum pasti menjadi korion, yaitui dalam 72 jam pertama setelah
pembuahan, maka akan terbentuk dua mudigah, dua amnion, dan dua korion. Akan
terjadi kembar monozigotik, diamniotik, dan dikorionik. Jumlah plasenta mungkin
Perbedaan
Jenis Kelamin
Rupa dan Sifat
Ukuran Antropologik
Sidik jari
Golongan Darah
Plasenta
Korion
Amnion
Monozigotik
Sama
Sama
Sama
Sama
Sama
1 (70%), 2 (30%)
1 (70%), 2 (30%)
1 (70%), 2 (30%)
Dizigotik
Tidak Sama
Tidak Sama
Tidak Sama
Tidak Sama
Tidak Sama
2 (100%)
2 (100%)
2 (100%)
Gejala Klinik
a. Ukuran uterus lebih besar daripada yang diperkirakan untuk usia gestasi yang
dihitung dari data HPHT. Antara UK 20-30 minggu, TFU rata- rata 5cm lebih
besar daripada yang diperhitungkan untuk janin tunggal dengan usia
kehamilan setara. (Cunningham dkk, 2001).
b. Pemeriksaan Biokimia: Jumlah gonadotropin korionik plasma dan urin,
secara rata- rata lebih tinggi daripada yang dijumpai pada kehamilan tunggal.
(Cunningham dkk, 2001). Kadar HCG yang lebih tinggi daripada kehamilan
tunggal, hal ini terjadi karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar
atau ada 2 placenta sehingga HCG yang diproduksi juga akan lebih banyak
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. (Mochtar, 1998)
c. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil (Taber, 1984)
d. Pada pemeriksaan ulang, BB bertambah dengan cepat tanpa adanya edema
e.
f.
g.
h.
Diagnosis Pasti
1. Terdengar bunyi jantung yang sama jelasnya pada 2 tempat berbeda. Jika
perbandingan simultan frekuensi jantung menunjukkan perbedaan sedikitnya
10 denyut per menit, dapat diperkirakan bahwa denyut jantung yang berasal
dari dua jantung yang berbeda (Fraser dan Cooper, 2003)
2. USG : terlihat 2 kerangka janin dengan 1 atau 2 kantong amnion. Diagnosis
USG sudah dapat ditegakkan pada kehamilan 10 mimggu. (Prawirohardjo,
2009)
3. Rontgen : tampak 2 kerangka tapi saat ini pemeriksaan denga rontgen sudah
jarang dilakukan untuk mendiagnosis kehamilan ganda karena bahaya
penyinaran. (Prawirohardjo, 2009)
Diagnosis Diferensial
1.
2.
3.
4.
5.
(Manuaba, 2007)
Susun rencana supaya dokter hadir ketika perlahiran berlangsung. Bidan
memegang peran utama dalam menangani pelahiran janin kembar pervaginam jika
kemajuannya normal. Akan tetapi, kondisi ini dapat mengalami perubahan yang cepat
dan staf harus dipersiapkan tanggap terhadap keadaan ini. Apapun posisi janin yang
kedua pada saat persalinan, begitu janin A lahir, janin B akan dapat bergerak bebas di
dalam rahim dan mengubah posisinya dengan mudah. Berdasarkan posisi janin B,
pengalaman dan keputusan dokter, bayi B kemudian dapat dilahirkan pervaginam
ataupun melalui sesaria (Varney dkk, 2003).
Induksi persalianan biasanya dilakukan pada usia gestasi kira- kira 38 minggu.
Adanya komplikasi seperti, hipertensi akibat kehamilan, restriksi pertumbuhan
intrauteri, atau twin-to-twin tranfusion syndrome dapat menjadi alasan dilakukannya
induksi lebih awal (Fraser dan Cooper, 2003)
BAB III
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
PADA KEHAMILAN GANDA
1. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Biodata :
Umur : Makin tinggi usia ibu hamil, makin besar kemugkinan mendapat
kehamilan ganda, sedangkan pada usia 40 tahun atau lebih kejadian hamil
ganda makin menurun (Manuaba, 2007)
Ras
: Pada ras Negro- Amerika kejadian hamil kembar lebih tinggi daripada
2.
c. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan lebih
cepat tumbuhnya dari biasanya. (Mochtar, 1998)
3. Palpasi :
a. Ukuran uterus lebih besar daripada yang diperkirakan untuk usia gestasi yang
dihitung dari data HPHT. Antara UK 20-30 minggu, TFU rata- rata 5cm lebih
besar daripada yang diperhitungkan untuk janin tunggal dengan usia kehamilan
setara. (Cunningham dkk, 2001).
b. Teraba 2 balotemen atau lebih. (Prawirohardjo, 2009)
c. Teraba 3 bagian besar janin. (Prawirohardjo, 2009)
d. Teraba dua bagian besar berdekatan, atau teraba dua bokong/ dua kepala janin
(Manuaba, 2007)
d.Teraba banyak bagian kecil janin (Manuaba, 2007)
e. Gerakan- gerakan janin teraba lebih sering. (Mochtar, 1998)
4. Auskultasi
DJJ: Terdengar bunyi jantung yang sama jelasnya pada 2 tempat berbeda. Jika
perbandingan simultan frekuensi jantung menunjukkan perbedaan sedikitnya
10 denyut per menit, dapat diperkirakan bahwa denyut jantung yang berasal
dari dua jantung yang berbeda (Fraser dan Cooper, 2003)
4. Pemeriksaan penunjang
a.USG : terlihat 2 kerangka janin dengan 1 atau 2 kantong amnion. Diagnosis USG
sudah dapat ditegakkan pada kehamilan 10 minggu. (Prawirohardjo, 2009)
b.Rontgen : tampak 2 kerangka tapi saat ini pemeriksaan denga rontgen sudah
jarang dilakukan untuk mendiagnosis kehamilan ganda karena bahaya
penyinaran. (Prawirohardjo, 2009)
c. Pemeriksaan Biokimia: Jumlah gonadotropin korionik plasma dan urin, secara
rata- rata lebih tinggi daripada yang dijumpai pada kehamilan tunggal.
(Cunningham dkk, 2001).
C. Analisis Data
a. Diagnosa : G_P_Ab_ usia kehamilan_ , janin hidup atau tidak, kembar intra uterin
dengan bayi pertama pres kep/ pres bok/ let lin dan bayi kedua pres kep/
pres bok/ let lin, KU ibu dan janin baik atau tidak.
DS:
Anamnesis:
DO:
Palpasi:
Auskultasi:
DJJ terdengar dua pungtum maksimum DJJ
Pemeriksaan USG:
a. Dengan pemeriksaan USG, dipastikan terjadi kehamilan ganda:
Dua kepala/ dua bokong
Dua pungtum maksimum DJJ janin
(Manuaba, 2007)
Diagnosa Potensial
1. Emesis gravidarum hiperemesis gravidarum
2. Hipertensi dalam kehamilan
3. Anemia
4. Hidramnion
5. Persalinan prematurus
6. IUGR
7. Sering terjadi penyakit penyerta: diabetes melitus gestasional, pielonefritis
D. Penatalaksanaan
PADA KEHAMILAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
2. Memberikan dukungan psikologis bagi ibu
3. Merencanakan program diet ibu hamil ganda:
Memerlukan kalori yang lebih tinggi 300 kal/kg
Komposisi makanan sebaiknya 5 sempurna sehingga tumbuh- kembang janin
tidak menimbulkan cacat jasmani dan juga dapat mencapai IQ yang cukup
Kebutuhan protein dapat diatasi dengan tambahan satu telur setiap hari
(Manuaba, 2007)
4. Menganjurkan ibu untuk membatasi aktivitasnya dan meningkatkan pola istirahat
selama masa kehamilan (Varney dkk, 2003)
dengan partograf
Jika presentasi bokong, usahakan persalinan spontan sebagaimana
persalinan tunggal dengan presentasi bokong dan monitor persalinan
dengan partograf
Jika letak lintang, lakukan seksio sesarea
5. Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat jangan melahirkan plasenta
sebelum kedua janin lahir
Janin Kedua atau janin berikutnya
1. Segera setalah bayi pertama lahir, lakukan pemeriksaan berikut:
Palpasi abdomen untuk menentukan letak janin kedua atau berikutnya
Jika perlu, lakukan versi luar agar janin kedua letak memanjang
Periksa denyut jantung janin
2. Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan:
Presentasi janin kedua
Selaput ketuban utuh tau pecah
Prolapsus tali pusat
Presentasi Verteks
1. Jika kepala belum masuk PAP, masukkan kepala secara manual (dengan bantuan
tangan di abdomen), jika memungkinkan
2. Pecahkan ketuban dengan klem khoker jika ketuban belum pecah
3. Periksa djj antara kontaksi uterus untuk menilai keadaan janin
4. Jika his tidak adekuat setelah kelahiran bayi pertama, berikan infus oksitosin
dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10
menit, dengan lama setiap his lebih dari 40 detik).
5. Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his yang baik, atau ada tanda- tanda
gawat janin (djj <100 atau >180 per menit), lakukan seksio sesaria.
Presentasi Bokong
1. Jika taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama dan serviks tidak
mengecil rencanakan partus pontan
Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran pertama, berikan infus
oksitosin dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi
dalam 10 menit, dengan lama his lebih dari 40 detik)
Pecahakan ketuban dengan klem khoker jika ketuban belum pecah dan bokong
sudah turun
Periksa djj diantara 2 kontraksi uterus. Jika djj abnormal (djj <100 atau >180
per menit), lakukan ekstraksi bokong
Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio
sesaria
Letak Lintang
1. Jika selaput ketuban utuh, lakukan versi luar
2. Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban masih utuh,
lakukan versi dalam dan lanjutkan dengan ekstraksi (lakukan versi dalam podalik):
Catatan: jangan lakukan versi dalam jika penolong persalinan tidak terlatih, selaput
ketuban telah pecah dan cairan amnion telah berkurang, atau jika ada jaringan parut
pada uterus. Jangan teruskan jika janin tidak dapat berputar dengan mudah.
Dengan memakai sarung tangan yang telah di DTT, masukkan satu tanga ke
dalam uterus dan raihlah kaki janin
Secara perlahan tarik kaki janin ke bawah
Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang
3. Periksa djj diantara his
4. Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal segera lakukan
seksio sesaria
Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1 menit
setelah bayi terakhir lahir dan teruskan penanganan aktif kala III untuk
mengurangi perdarahan pascapersalinan
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kehamilan kembar (gemeli) adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih .
Kehamilan kembar dapat memberikanrisiko yang lebih tinggi terhadap bayi dan ibu.
Oleh karena itu, iyang dapat meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor
ras, keturunan, umur wanita dan paritas, dll.
Jenis jenis kehamilan kembar :
1.
2.
Dapat di raba tiga bagian besar janin dan teraba dua balotemen.
DAFTAR PUSTAKA
Fraser, M. Diane dan Cooper, Margaret .A. Myles Buku Ajar Bidan. 2003. Jakarta: EGC
Buku Pandua Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002. Jakarta: YBP-SP
Manuaba, I.B.G, dkk . Pengantar Kuliah Obstetri. 2007. Jakarta:EGC
Cunningham, dkk. Obstetri William.2001. Jakarta: EGC
Taber, Ber-zion. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. 1984. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. 1998. Jakarta:EGC
Obstetri Patologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Badung. 1984. Bandung:Ellstar