PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita
yang mengalaminya. Karena besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik menjadi
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa
apabila wanita yang menderita kehamilan ektopik sebelumnya sampai mengalami
perdarahan dan dapat berlanjut hingga syok . Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa
pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan
haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan
ektopik terganggu.
II.
TUJUAN
Tujuan Umum
tentang
terganggu.
Mahasiswa dapat membuat diagnose kebidanan berdasarkan data yang
direncanakan
Mahasiswa dapat mengevaluasikan asuhan kebidanan yang telah
yang
telah
diberikan
BAB II
1
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana setelah fertilisasi, implantasi
terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik
terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau
rupture apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu.
( Prawirohardjo, 2009 : 152 )
Kehamilan ektopik merupakan istilah yang lebih luas dari daripada
kehamilan ekstrauterin, karena istilah ini mencakup gestasi pada pars
interstitialis tuba, kehamilan kornu dan kehamilan servikalis dan juga
kehamilan abdominal, kehamilan ovarial, dan kehamilan tuba.
( Ben-zion, 1994 :182 )
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dan berada di luar batas
endometrium yang normal.
( Manuaba, 2007:701 )
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik terganggu, dapat
terjadi abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita
tersebut.
( Mochtar, 1998:226 )
B. ETIOLOGI
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam Buku Ilmu Kebidanan ( 2009 :
476 ) apabila nidasi terjadi di luar cavum uteri atau di luar endometrium maka
terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan
Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium
yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba.
perut.
Jika janin keluar dari tuba dan diselubungi kantong amnion dan plasenta
yang utuh, kemungkinan akan terus tumbuh dalam rongga perut dan
terjadi kehamilan abdominal sekunder. Plasenta akan melebar mencari
kebutuhan janin pada usus, ligamentum latum, dan organ-organ
sekitarnya. Selanjutnya janin akan tumbuh terus dan dapat mencapai
aterm.
Kehamilan interstitial
Karena dinding interstitialis tuba agak tebal, maka dapat menahan kehamilan
sampai 4 bulan atau lebih bahkan kadang pula bisa mencapai aterm. Apabila pecah dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak dan janin keluar dari rongga perut.
Kehamilan isthmus
Dinding tuba disini lebih tipis, biasanya pada bulan 2-3 sudah pecah.
Kehamilan ampula dan fimbria
Dapat terjadi abortus atau rupture pada kehamilan bulan ke 1-2.
Perubahan pada uterus
FERTILISASI
NIDASI DI TUBA
RUPTUR TUBA
PERDARAHAN
ANEMIA
SYOK HIPOVELEMIK
F. DIAGNOSIS
Pada kehamilan ektopik yang belum terganggu sulit untuk menentukan
diagnosisnya, sehingga penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba
sebelum keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnosis yang dapat digunakan
adalah ultrasonografi, laparoskopi, atau kuldoskopi.
Pemeriksaan untuk membantu diagnosis diantaranya :
a.
Tes kehamilan
Apabila tes kehamilan positif, itu dapat membantu diagnosis.
6
b.
Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat pada perdarahan dalam rongga perut
tanda syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c.
Amenorea
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda yaitu nyeri perut bagian bawah.
d.
Pemeriksaan ginekologi
Tanda
kehamilan
muda
mungkin
ditemukan,
pergerakan
serviks
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan.
e.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda
perdarahan dalam ronggan perut.
f.
Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu
diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
g. Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis
pastinya ialah apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam
nya tampak denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik.
G. PENANGANAN
a. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) .
7
BAB III
MANAJEMEN KEBIDANAN
DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Usia
:
Biasanya terjadi pada wanita usia reproduksi, menurut Prawirohardjo
(2009:476) faktor usia pemderita yang menua juga dihubungkan menjadi
penyebab terjadinya kehamilan ektopik. Menurut Manuaba (2007:703) umur
kejadian maksimal antara 26-35 tahun.
2. Keluhan Utama
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu, nyeri
mula-mula terdapat pada satu sisi kemudian dapat menjalar ke seluruh
abdomen. Perdarahan pervaginam juga merupakan keluhan utama, namun
tidak banyak karena berasal dari uterus dan berwarna merah tua.
(Prawirohardjo, 2009:479 ). Perdarahan yang sedikit ini karena adanya
rupture tuba sehingga hanya sedikit darah yang masuk tuba menuju uterus
dan keluar dari vagina. Namun banyak darah terkumpul di kavum Douglas.
Menurut (Manuaba, 2007:712) gejala yang dirasakan ibu pada kehamilan
ektopik berdasarkan presentasenya yaitu :
Nyeri perut
90-100%
Amenorea
75-95%
Perdarahan pervaginam 50-80%
Pusing
20-35%
Gejala hamil muda
25-35%
Pengeluaran massa
5-10%
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Sekali pasien pernah mengalami
kehamilan
ektopik,
mempunyai
10
Apakah ada keluhan yang dirasakan oleh ibu setelah melakukan hubungan
seksual misalnya adanya bercak darah. Menurut (Prawirohardjo,
2009:477) rupture dinding tuba dapat terjadi karena trauma ringan seperti
koitus.
B. DATA OBJEKTIF
I.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: Lemah
Adanya nyeri yang sangat pada abdomen serta terjadi perdarahan
menyebabkan ibu nampak lemah. Menurut (Manuaba, 2007:712) pada
kehamilan ektopik penderita tampak anemis, sakit, mungkin sudah disertai
gangguan pernapasan. Tensi turun, akral dingin, dan nadi meningkat.
Tekanan darah
Apabila sudah terjadi perdarahan maka volume darah akan menurun yang
menyebabkan tekanan darahpun menurun.
Nadi
Karena tekanan darah menurun maka nadi akan semakin cepat namun halus.
Suhu
Suhu tubuh ibu akan menurun karena adanya perdarahan ke dalam abdomen.
Pernapasan
II.
Pemeriksaan Fisik
Wajah
: Nampak pucat
Terjadinya perdarahan ke dalam rongga perut menyebabkan kadar hemoglobin
darah turun sehingga ibu mengalami anemia.
Konjungtiva : pucat
Juga karena terjadinya penurunan hemoglobin sehingga ibu anemia.
11
Mulut
: Bibir nampak pucat
Berhubungan dengan anemia.
Abdomen
Inspeksi : Apakah terdapat luka bekas operasi atau tidak, apakah terdapat
linea alba berwarna biru kehitaman dan lebam menurut (Mochtar,
1998:232).
Palpasi :
III.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
:
Pemeriksaan hemoglobin perlu terutama apabila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Hemoglobin akan menurun dalam 24
jam dan jumlah sel darah merah meningkat. Peningkatan leukositosis
menunjukkan adanya perdarahan. (Prawirohardjo,2009:481) Pemeriksaan
golongan darah juga diperlukan untuk mempersiapkan apabila terjadi
perdarahan dan memerlukan transfusi.
2. Tes kehamilan untuk HCC
12
Konsentrasi HCG dalam serum dan urin lebih sedikit pada pasien dengan
kehamilan ektopik dibandingkan dengan pasien dengan kehamilan
intrauterin pada umur kehamilan yang sama. (Taber, 1994:191)
3. USG
:
Untuk menegakkan diagnosis apakah kehamilan intrauterine atau
kehamilan ektopik. Apabila kehamilan ektopik akan nampak kantong
gestasi berisi janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.
4. Kuldosintesis
:
Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum Douglas, bila keluar darah
berwarna coklat sampai hitam dan tidak membeku atau bekuan kecilkecil menunjukkan adanya hematoma retrouteina. (Prawirohardjo,
2009:481)
5. Laparoskopi
:
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir
apabila alat bantu diagnostic yang lain meragukan. Melalui laparoskopi
alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. (Prawirohardjo, 2009:481)
C. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
a. Diagnosa :
Kehamilan Ektopik Terganggu
b. Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Abortus ke dalam lumen tuba
Pembukaan pembuluh darah oleh vili korialis menyebabkan
timbulnya perdarahan ke dalam lumen tuba. Perdarahan yang terus
terjadi menyebabkan hematosalping tuba dan selanjutnya darah
mengalir ke rongga perut dan berkumpul di kavum Douglas
Syok hipovolemik
Ruptur tuba pada kehamilan ektopik dengan cepat menyebabkan
Aktinomisin D
Prostaglandin
RU 486
8. Dilakukan tindakan operatif oleh dokter obgyn yaitu tindakan laparotomi atau
salpingektomi.
R : Dengan dilakukan tindakan operatif KET dapat tertangani
E : KET ibu dapat tertangani
9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk selalu memberikan dukungan
kepada ibu pada keadaan ibu saat ini.
R : Ibu dapat lebih tenang dengan keadaan dan tindakan yang dilakukan
E : Proses pemulihan dapat berjalan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
Manuaba, Prof.Dr. Ida Bagus Gde, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB, Jakarta: EGC, 2001
Taber, Benzion, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi,
Jakarta:EGC, 1994
Mochtar, Prof.Dr. Rustam, MPH, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta: EGC, 1998
Manuaba, Prof.Dr. Ida Bagus Gde, Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: EGC,
2007
15