Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita
yang mengalaminya. Karena besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik menjadi
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa
apabila wanita yang menderita kehamilan ektopik sebelumnya sampai mengalami
perdarahan dan dapat berlanjut hingga syok . Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa
pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan
haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan
ektopik terganggu.

II.

TUJUAN
Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami teori manajemen

kebidanan mengenai kehamilan ektopik terganggu.


Untuk
menambah
dan
meningkatkan
pengetahuan

tentang

kegawatdaruratan maternal dan neonatal kehamilan ektopik terganngu


sehingga dapat dijadikan bekal dalam pemberian asuhan kebidanan di
kemudian hari.
Tujuan khusus

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dan mengidentifikasi data pada


klien dengan kehamilan patofisiologi terutama dengan kehamilan ektopik

terganggu.
Mahasiswa dapat membuat diagnose kebidanan berdasarkan data yang

diperoleh dari ibu hamil.


Mahasiswa dapat membuat rencana asuhan kebidanan
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan

direncanakan
Mahasiswa dapat mengevaluasikan asuhan kebidanan yang telah

yang

telah

diberikan

BAB II
1

TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana setelah fertilisasi, implantasi
terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik
terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau
rupture apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu.
( Prawirohardjo, 2009 : 152 )
Kehamilan ektopik merupakan istilah yang lebih luas dari daripada
kehamilan ekstrauterin, karena istilah ini mencakup gestasi pada pars
interstitialis tuba, kehamilan kornu dan kehamilan servikalis dan juga
kehamilan abdominal, kehamilan ovarial, dan kehamilan tuba.
( Ben-zion, 1994 :182 )
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dan berada di luar batas
endometrium yang normal.
( Manuaba, 2007:701 )
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik terganggu, dapat
terjadi abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita
tersebut.
( Mochtar, 1998:226 )
B. ETIOLOGI
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam Buku Ilmu Kebidanan ( 2009 :
476 ) apabila nidasi terjadi di luar cavum uteri atau di luar endometrium maka
terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya hambatan dalam nidasi endometrium adalah sebagai berikut :


Faktor tuba
Misalnya adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen
tuba menyempit. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba
yang berkelok kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi
dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik. Faktor tuba yang lain ialah adanya
kelainan endometritis tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat congenital.

Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium
yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba.

Faktor abnormalitas dari zigot


Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba. Kemudian berhenti

dan tumbuh di saluran tuba.


Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang

sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.


Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.


Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana dapat terjadi
proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping. Faktor
umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan
dengan terjadinya kehamilan ektopik.
Lokasi terjadinya kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa tempat
yaitu :
a. Kehamilan tuba
1. Interstisial tuba
2. Ampula tuba
3. Isthmus tuba
4. Kehamilan pada osteum tuba eksternum
b. Kehamilan servikal
c. Kehamilan ovarium
d. Kehamilan abdomen, dapat berimplantasi secara primer maupun
sekunder.
e. Kehamilan intraligamenter yaitu pada ligamentum rotundum
C. PATOLOGI
Kehamilan Tuba
Dinding tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis yang merupakan lapisan dalam
dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan buka merupakan tempat normal bagi
kehamilan, maka sebagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur 6-10
minggu. Dan hasil konsepsi dapat mengalami :
3

a. Mati dan kemudian direabsorbsi


b. Terjadi abortus tuba, ibu mengalami keguguran dan hasil konsepsi terlepas dari
dinding tuba kemudian terjadi perdarahan yang sedikit atau banyak. Hasil
konsepsi dan perdarahan bisa keluar kearah kavum abdominal sehingga
bertumpuk di belakang rahim yang disebut hematoma reterouterine atau disebut
juga massa pelvis (pelvic mass).
c. Terjadi rupture tuba
Bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dari
robekan tersebut akan terjadi perdarhan yang banyak. Bila robekan besar maka
hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut. Dan hasil konsepsi ini akan
mengalami :
Mati dan bersama darah berkumpul di retrouterine.
Bila janin agak besar dan mati akan menjadi litopedion dalam rongga

perut.
Jika janin keluar dari tuba dan diselubungi kantong amnion dan plasenta
yang utuh, kemungkinan akan terus tumbuh dalam rongga perut dan
terjadi kehamilan abdominal sekunder. Plasenta akan melebar mencari
kebutuhan janin pada usus, ligamentum latum, dan organ-organ
sekitarnya. Selanjutnya janin akan tumbuh terus dan dapat mencapai
aterm.

Kehamilan interstitial
Karena dinding interstitialis tuba agak tebal, maka dapat menahan kehamilan
sampai 4 bulan atau lebih bahkan kadang pula bisa mencapai aterm. Apabila pecah dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak dan janin keluar dari rongga perut.
Kehamilan isthmus
Dinding tuba disini lebih tipis, biasanya pada bulan 2-3 sudah pecah.
Kehamilan ampula dan fimbria
Dapat terjadi abortus atau rupture pada kehamilan bulan ke 1-2.
Perubahan pada uterus

Hormon-hormon pada kehamilan akan memberikan reaksi pada uterus seperti


pada kehamilan biasa. Maka tetap ditemui uterus yang bertambah besar dari biasanya
serta melunak, suplai darah ke uterus bertambah dan terbentuknya deciduas. Bila hasil
konsepsi dalam tuba mati, maka decidua akan mengalami degenerasi, terkelupas, dan
berdarah kemudian keluar pervaginam yang disebut decidua cast. Bila gejala lain tidak
ada, akan sering disangka keguguran.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Pada anamnesis ibu mengeluh terjadi amenorea yaitu haid yang terlambat mulai
beberapa hari sampai beberapa bulan. Atau hanya haid yang tidak teratur.
Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.
2. Pada kehamilan ektopik terganggu apabila sudah terjadi abortus tuba keluhan dan
gejala kemungkinan tidak begitu berat. Hanya rasa sakit di perut dan perdarahan
pervaginam. Apabila terjadi rupture tuba maka gejala akan lebih berat dan dapat
membahayakan nyawa ibu.
3. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut disertai muntah dan jatuh pingsan.
4. Tanda-tanda akut abdomen yaitu nyeri tekan yang hebat (defance muscular),
muntah, gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, dan tensi rendah.
5. Nyeri bahu, karena perangsaan diafragma.
6. Tanda Cullen, yaitu pada sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan
lebam.
7. Pada pemeriksaan ginekologik (periksa dalam) terdapat :
Adanya nyeri goyang apabila porsio dan serviks ibu digerakkan.
Douglas crise, yaitu nyeri hebat pada penekanan kavum Douglas.
Kavum Douglas teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula
teraba masa retrouterine.
8. Pervaginam keluar deciduas cast.
9. Pada palspasi perut dan perkusi ada tanda-tanda perdarahan intra abdominal
(shifting dullness).
10. Pemeriksaan hemoglobin setiap 1 jam menunjukkan penurunan.
11. Adanya lekositosis.
12. Pada pemeriksaan Kuldosintesis keluar darah berwarna coklat sampai hitam yang
membeku atau hanya keluar bekuan-bekuan kecil di atas kain kasa maka hal ini
dikatakan positif dan menunjukkan adanya hematortouterine. Namun apabila
keluar darah segar berwarna merah dan dalam beberapa menit membeku maka
hasil negatif karena darah berasal dari arteri atau vena yang tertusuk jarum.
E. PATOFISIOLOGI
SPERMA + OVUM
5

FERTILISASI

TERJADI HAMBATAN MENUJU KE ENDOMETRIUM

NIDASI DI TUBA

VILI KORIOLIS MENEMBUS DINDING TUBA

RUPTUR TUBA

ABORTUS KE LUMEN TUBA

PERDARAHAN

ANEMIA

SYOK HIPOVELEMIK
F. DIAGNOSIS
Pada kehamilan ektopik yang belum terganggu sulit untuk menentukan
diagnosisnya, sehingga penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba
sebelum keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnosis yang dapat digunakan
adalah ultrasonografi, laparoskopi, atau kuldoskopi.
Pemeriksaan untuk membantu diagnosis diantaranya :
a.

Tes kehamilan
Apabila tes kehamilan positif, itu dapat membantu diagnosis.
6

b.

Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat pada perdarahan dalam rongga perut
tanda syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.

c.

Amenorea
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda yaitu nyeri perut bagian bawah.

d.

Pemeriksaan ginekologi
Tanda

kehamilan

muda

mungkin

ditemukan,

pergerakan

serviks

menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan.
e.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda
perdarahan dalam ronggan perut.

f.

Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu
diagnosis kehamilan ektopik terganggu.

g. Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis
pastinya ialah apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam
nya tampak denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik.
G. PENANGANAN
a. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) .
7

d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :


1. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat
pengisap dan wadah penampung yang steril.
2. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan
dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan
diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
3. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan
pada bagian tabung tetesan.
e. Tindakan dapat berupa :
1. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi.
2. Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba
tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil
konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian
tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang
sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi
tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti
biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1. Ketoprofen 100 mg supositoria.
2. Tramadol 200 mg IV.
3. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas).
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
i. Konseling pasca tindakan
1. Kulanjutan fungsi reproduksi.
2. Resiko hamil ektopik ulangan.
3. Kontrasepsi yang sesuai.
4. Asuhan mandiri selama dirumah.

BAB III
MANAJEMEN KEBIDANAN
DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Usia
:
Biasanya terjadi pada wanita usia reproduksi, menurut Prawirohardjo
(2009:476) faktor usia pemderita yang menua juga dihubungkan menjadi
penyebab terjadinya kehamilan ektopik. Menurut Manuaba (2007:703) umur
kejadian maksimal antara 26-35 tahun.
2. Keluhan Utama
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu, nyeri
mula-mula terdapat pada satu sisi kemudian dapat menjalar ke seluruh
abdomen. Perdarahan pervaginam juga merupakan keluhan utama, namun
tidak banyak karena berasal dari uterus dan berwarna merah tua.
(Prawirohardjo, 2009:479 ). Perdarahan yang sedikit ini karena adanya
rupture tuba sehingga hanya sedikit darah yang masuk tuba menuju uterus
dan keluar dari vagina. Namun banyak darah terkumpul di kavum Douglas.
Menurut (Manuaba, 2007:712) gejala yang dirasakan ibu pada kehamilan
ektopik berdasarkan presentasenya yaitu :
Nyeri perut
90-100%
Amenorea
75-95%
Perdarahan pervaginam 50-80%
Pusing
20-35%
Gejala hamil muda
25-35%
Pengeluaran massa
5-10%
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Sekali pasien pernah mengalami

kehamilan

ektopik,

mempunyai

kemungkinan 10 sampai 25% untuk terjadi lagi. (Taber, 1994:185)


9

Ibu dengan riwayat rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya


kehamilan ektopik terganggu. Ibu dengan riwayat tumor di saluran tuba yang
menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba. (Prawirohardjo, 2009:476)
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya kelainan bawaan yang pernah diderita anggota keluarga penderita.
Misalnya tuba falopii memanjang dan terdapat divertikulum dalam tuba
falopii sehingga hasil konsepsi dapat melakukan implantasi dan menimbulkan
kehamilan ektopik. (Manuaba, 2007:702)
5. Riwayat menstruasi
Pada kehamilan ektopik biasanya ibu mengeluh adanya amenorea yaitu haid
yang terlambat atau haid yang tidak teratur. (Mochtar,1998:230) HPHT juga
untuk mengetahui usia kehamilan saat ini. Kehamilan tuba biasanya berakhir
pada minggu ke 6 sampai minggu ke 12. (Unpad, 1984:23)
6. Riwayat Obstetri yang lalu
Jika persalinan yang lalu penderita mengalami penyulit seperti perdarahan,
seksio caesaria, salusio plasenta, plasenta previa kemungkinan menimbulkan
penurunan fungsi uterus dan endometrium yang menyebabkan kehamilan
ektopik sekarang. Riwayat nifas yang mengalami infeksi juga menjadi
penyebab kehamilan ektopik.
7. Riwayat kehamilan sekarang
Pada kehamilan ektopik ibu akan mengeluh adanya tanda-tanda kehamilan
muda. Hormone-hormon kehamilan akan memberikan reaksi pada uterus
seperti pada kehamilan biasa. (Mochtar, 1998:230)
8. Riwayat KB
Pada kasus ibu dengan kegagalan kontrasepsi yang menggunakan kontrasepsi
oral atau kontrasepsi dalam rahim, memiliki resiko lebih besar terhadap
kehamilan ektopik. (Taber, 1994:185)

9. Riwayat kebiasaan sehari-hari


a. Eliminasi
Adanya tekanan pada rectum saat defekasi yang disebabkan oleh adanya
darah dalam kavum Douglas. (Taber, 1994:185) Hal ini menyebabkan ibu
akan merasa nyeri saat defekasi.
b. Seksualitas

10

Apakah ada keluhan yang dirasakan oleh ibu setelah melakukan hubungan
seksual misalnya adanya bercak darah. Menurut (Prawirohardjo,
2009:477) rupture dinding tuba dapat terjadi karena trauma ringan seperti
koitus.
B. DATA OBJEKTIF
I.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: Lemah
Adanya nyeri yang sangat pada abdomen serta terjadi perdarahan
menyebabkan ibu nampak lemah. Menurut (Manuaba, 2007:712) pada
kehamilan ektopik penderita tampak anemis, sakit, mungkin sudah disertai
gangguan pernapasan. Tensi turun, akral dingin, dan nadi meningkat.
Tekanan darah

Apabila sudah terjadi perdarahan maka volume darah akan menurun yang
menyebabkan tekanan darahpun menurun.
Nadi

Karena tekanan darah menurun maka nadi akan semakin cepat namun halus.
Suhu

Suhu tubuh ibu akan menurun karena adanya perdarahan ke dalam abdomen.
Pernapasan

II.

: Pernapasan akan semakin cepat (dispneu).

Pemeriksaan Fisik
Wajah
: Nampak pucat
Terjadinya perdarahan ke dalam rongga perut menyebabkan kadar hemoglobin
darah turun sehingga ibu mengalami anemia.
Konjungtiva : pucat
Juga karena terjadinya penurunan hemoglobin sehingga ibu anemia.

11

Mulut
: Bibir nampak pucat
Berhubungan dengan anemia.
Abdomen
Inspeksi : Apakah terdapat luka bekas operasi atau tidak, apakah terdapat
linea alba berwarna biru kehitaman dan lebam menurut (Mochtar,
1998:232).
Palpasi :

Adanya nyeri tekan lepas yang disebabkan karena darah masuk ke


dalam rongga abdomen yang kemudian terkumpul di kavum
Douglas. Menurut (Manuaba , 2007:712) pemeriksaan abdomen
dijumpai tanda cairan/darah di dalam abdomen, abdomen nyeri
dan tegang. Adanya pembesaran uterus namun tidak sesuai dengan
usia kehamilan. (Prawirohardjo, 2009:479)

Auskultasi: Kemungkinan terdengar bunyi denyut jantung janin terutama pada


kehamilan ektopik lanjut, namun ada juga yang tidak terdengar
karena janin sudah mati karena kurang mendapat nutrisi.
Genitalia
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal
bahwa usaha menggerakkan serviks menimbulkan rasa nyeri (nyeri goyang +).
Menurut (Manuaba, 2007:712) selain nyeri goyang pada serviks pada
pemeriksaan dalam akan teraba adanya massa pada adneksa dan kavum
Douglas menonjol.

III.

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
:
Pemeriksaan hemoglobin perlu terutama apabila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Hemoglobin akan menurun dalam 24
jam dan jumlah sel darah merah meningkat. Peningkatan leukositosis
menunjukkan adanya perdarahan. (Prawirohardjo,2009:481) Pemeriksaan
golongan darah juga diperlukan untuk mempersiapkan apabila terjadi
perdarahan dan memerlukan transfusi.
2. Tes kehamilan untuk HCC

12

Konsentrasi HCG dalam serum dan urin lebih sedikit pada pasien dengan
kehamilan ektopik dibandingkan dengan pasien dengan kehamilan
intrauterin pada umur kehamilan yang sama. (Taber, 1994:191)
3. USG
:
Untuk menegakkan diagnosis apakah kehamilan intrauterine atau
kehamilan ektopik. Apabila kehamilan ektopik akan nampak kantong
gestasi berisi janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.
4. Kuldosintesis
:
Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum Douglas, bila keluar darah
berwarna coklat sampai hitam dan tidak membeku atau bekuan kecilkecil menunjukkan adanya hematoma retrouteina. (Prawirohardjo,
2009:481)
5. Laparoskopi
:
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir
apabila alat bantu diagnostic yang lain meragukan. Melalui laparoskopi
alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. (Prawirohardjo, 2009:481)
C. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
a. Diagnosa :
Kehamilan Ektopik Terganggu
b. Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Abortus ke dalam lumen tuba
Pembukaan pembuluh darah oleh vili korialis menyebabkan
timbulnya perdarahan ke dalam lumen tuba. Perdarahan yang terus
terjadi menyebabkan hematosalping tuba dan selanjutnya darah
mengalir ke rongga perut dan berkumpul di kavum Douglas

membentuk hematokel retrouterina.


Ruptur dinding tuba
Faktor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

Syok hipovolemik
Ruptur tuba pada kehamilan ektopik dengan cepat menyebabkan

kehilangan cukup banyak darah menuju kavum abdomen sehingga secara


total dapat mengubah hemodinamik sirkulasi sistemik dan menimbulkan
kolaps yang disertai syok. (Manuaba, 2007:712) Adanya tanda-tanda
syok yakni tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah. Jika terjadi
13

vasokonstriksi pembuluh darah kulit menjadi pucat, keringat dingin,


sianosis diikuti sesak napas.
D. PENATALAKSAAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan kehamilan ibu saat
ini.
R : Ibu dapat menerima keadaannya saat ini
E : Ibu lebih kooperatif saat dilakukan tindakan
2. Memberikan cairan NS atau RL 500 ml dalam lima menit pertama atau 2 L
dalam dua jam pertama melalui infuse intravena.
R : Untuk mengurangi syok hipovolemik
E : Tekanan darah mengalami peningkatan dan nadi mengalami penurunan
yang menunjukkan ke keadaan yang cukup normal.
3. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga agar segera dilakukan rujukan.
R : Dapat dilakukan tindakan medis segera oleh tenaga medis yang lebih
berwenang.
E : ibu dan keluarga bersedia dilakukan rujukan
4. Mempersiapkan rujukan dengan prinsip BAKSOKUDA.
R : Ibu tidak mengalami masalah selama perjalanan menuju tempat rujukan
E : Sesampainya di tempat rujukan ibu segera mendapat pertolongan yang
tepat
5. Melakukan observasi tanda-tanda vital selama perjalanan menuju tempat
rujukan.
R : Mengetahui perkembangan kondisi ibu
E : Tanda-tanda vital ibu dalam kondisi yang stabil
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn untuk penanganan lebih
lanjut.
R : Ibu mendapat penanganan KET dari tenaga medis yang lebih berwenang
E : Ibu mendapat penanganan KET oleh tenaga medis yang tepat.
7. Memberikan terapi medikamentosa oleh dokter obgyn, yaitu metrotreksat
dengan dosis 20-25 mg secara IV setiap hari. Dan obat-obatan lainnya yang
dapat diberikan yaitu apabila obat langsung pada kehamilannya yaitu :
Kalium Klorida
Hiperosmosis glukosa
Prostaglandin
Sedangkan obat yang diberikan untuk pengobatan secara sistemik yaitu :

Aktinomisin D
Prostaglandin
RU 486

R : Meringankan gejala dan mempercepat penyembuhan.


E : Kondisi ibu menjadi lebih baik.
14

8. Dilakukan tindakan operatif oleh dokter obgyn yaitu tindakan laparotomi atau
salpingektomi.
R : Dengan dilakukan tindakan operatif KET dapat tertangani
E : KET ibu dapat tertangani
9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk selalu memberikan dukungan
kepada ibu pada keadaan ibu saat ini.
R : Ibu dapat lebih tenang dengan keadaan dan tindakan yang dilakukan
E : Proses pemulihan dapat berjalan lebih baik

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
Manuaba, Prof.Dr. Ida Bagus Gde, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB, Jakarta: EGC, 2001
Taber, Benzion, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi,
Jakarta:EGC, 1994
Mochtar, Prof.Dr. Rustam, MPH, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta: EGC, 1998
Manuaba, Prof.Dr. Ida Bagus Gde, Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: EGC,
2007

15

Anda mungkin juga menyukai