Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar IUD (Intra Uterine Devices)
1. Pengertian
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam terdiri dari plastik yang dililiti tembaga atau Cu.
(Abdul Bari Saifudin, 2013 : hal MK 74-75)
2. Macam-macam IUD
Menurut Hanafi, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi hal 205-206, macam- macam IUD
sebagai berikut :
Un medicated IUD
1.
2.

IUD generasi pertama


Bersifat dari bahan pocyethylen (plastik) yang mengandung dan terbuat

3.
4.

dari bahan yang tidak bisa diserap


Terbuat dari bahan polyethylen (plastik) yang mengandung barium sulfat.
Macamnya ada 4 macam IUD lippes loop
a.
Lippes loop A : Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru,
satu titik pada panggul IUD dekat benang ekor
b.
Lippes loop B :Panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm 2 benang hitam
bertitik 4
c.

Lippes loop C :Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang


kuning bertitik

d.

Lippes loop D :
Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih bertitik 2.

Medicated Devices:
1. Bio-active devices
2. Second Generation Devices
a. Mengandung Logam
AKDR-Cu Generasi pertama (First Generation Copper Devices )
o Cu- T- 200 : Jarum T
o Cu-7: Gravivard
o ML-Cu-250
AKDR- Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices)
o CUT-380 A : Parogara
o CUT- 380 Ag
o CUT- 220 C
o Nova-T: Novagard: mengandung Ag
o Delta-T: Modified CUT-220 C: penambahan benang chromic catgut pada
lengan atas, terutama untuk insersi postpartum
o ML CU-375
b. Mengandung hormon: progesteron atau levonogestrel
Progesterst : A12a-T dengan daya kerja 1 tahun
LNG-20 : mengandung levonogestrel
3. Mekanisme Kerja IUD

Menurut Mochtar (2008) dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111, mekanisme kerja
yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah
dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh selsel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat
bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron)
yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat
menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak
sperma.
5. IUD menimbulkan

perubahan

pengeluaran

cairan,

prostaglandin

yang

menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke


kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas IUD
Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi hal 200-212,
Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa
lama IUD tetap tinggal di utera tanpa :
1.
Ekspulsi spontan
2.
Terjadinya kehamilan
3.
Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi.
Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya :
Jenis, ukuran, besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD medisionalis
bergntung pada luasnya permukaan bahan bioaktif yang dikandung dan lama
pemakaian.
Akseptor :
Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi senggama, personal
hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan
paritas, diketahui :
1. makin tua

usia,

makin

rendah

angka

kehamilan,

ekspulsi

danpengangkatan atau pengeluaran IUD.


2. makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka
ekspulsi dan pengangkutan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan medis,
termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari

pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan


kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
5. Keuntungan dan Kerugian IUD
Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
2013: MK-75 - MK-76.
Keuntungannya :
1.
2.
3.

Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %


IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu
diganti).

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.


Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

Kerugiannya :
1.
2.

Resiko penyakit radang panggul meningkat.


Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selam beberapa bulan pertama

3.
4.

pada berbagai pemakai IUD.


Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu

5.

hubungan sseksual pada sebagian pemakai.


Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.

6.

Indikasi pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
Pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 7 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap
penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

7.

Kontra Indikasi Pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1.
2.
3.
4.

Diketahui dan curiga hamil.


Infeksi panggul (pelvis)
Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.

5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip endometrium)


6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.
8.

Waktu Pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
waktu pemasangan IUD yaitu :
1. Sedang Haid
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak melebar dan
kemumgkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang dan perdarahan
idak begitu banyak
2. Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit.
Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3 bulan pasca
persalinan atau keguguran.
3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah sakit.
4. Masalah Interval
Yaitu antara dua haid bila dipasang setelah masa ovulasi, harus dipastikan wanita tidak
hamil atau mereka telah memakai cara-cara lain mencegah (kondom, sistem kalender,
dan sebagainya).
5. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari kavum
uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.

9.

Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Akseptor KB IUD


Menurut BKKBN tahun 2008 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan
Kontrasepsi hal 23-24:
Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi dan setiap
selesai haid.
Caranya :
a.

Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi


jongkok

b.

Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama

c.

sampai menjangkau rahim.


Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan jangan
ditarik.

Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan boleh melakukan
hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.
Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau lama, rasa sakit
atau kram.
Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a.
b.

Terlambat haid, perdarahan abnormal.


Nyeri abdomen, disparenmia.

c.
d.

Vaginal discargo abnormal.


Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang,
ujung IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.

Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu dokter
bahwa metode KB yang dipakai IUD.
Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD dilepas dan gunakan
kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah kehamilan ektopik.
IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya dan
bagian perut tidak boleh dipijat.
Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan oleh benang
yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol.
Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun daya
kerjanya belum habis.
B. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal ............. jam ............
A. Data Subjektif
1. Biodata
- Nama Ibu dan Suami : Untuk mempermudah dalam berkomunikasi.
- Umur Ibu dan Suami :untuk mengetahui umur ibu (>45 tahun
-

kemungkinan ibu sudah menopause).


Agama Ibu dan Suami : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan
diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanankan asuhan kebidanan.
(Depkes RI, 1995:14)

Pendidikan Ibu dan Suami : Untuk memberi bimbingan sesuai dengan

tingkat pendidikannya.
Pekerjaan Ibu dan Suami : untuk mengetahui taraf hidup dan kelas
sosial ekonomi klien sehingga petugas dapat memberikan nasehat

sesuai.
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan klien ingin menjadi akseptor kb IUD. Apakah
ingin menunda kehamilan, mengatur, atau mengakhiri kehamilan.
3. Keluhan Utama
Mengetahui perihal yang mendorong pasien / klien dating ke pelayanan
kesehatan, keluhan klien menunjang data apakah klien boleh atau tidak
menggunakan KB IUD.
4. Riwayat Kesehatan Lalu
Mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit yang merupakan
kontraindikasi pemasangan IUD seperti :

a. Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya serta anemia


(dugaan dengan insersi IUD menyebabkan meningginya konsentrasi
plasminogen aktivitas dalam endometrium dan enzim enzim ini
menyebabkan bertambahnya aktivitas fibrinolitik serta menghalangi
pembekuan darah, akibatnya timbul perdarahan yang lebih banyak).
b. Infeksi alat genitalia dan PID ( Pelvic Inflamation Diesease)
Mekanisme timbulnya infeksi pada pemasangan IUD: masuknya kuman
kuman yang biasanya hidup di dalam traktus genitalia bagian bawah
ke dalam uterus saat insersi, bertambahnya volume dan lamanya
perdarahan

dimana

darah

merupakan

media

sumber

untuk

berkembangbiaknya kuman kuman , adanya benang ekor IUD,


memudahkan kuman masuk ke dalam rahim)
c. Karsinoma atau mioma uteri, karena dapat mempengaruhi ukuran
rongga uterus.
d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim rahim
( yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR dengan ukuran
rongga rahim kurang dari 5 cm)
e. Abortus
f. Alergi terhadap logam atau tembaga.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dikaji apakah klien sedang menderita penyakit penyakit yang telah
disebutkan di atas.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehtanan pasien, seperti DM,
penyakit kuning, HIV / AIDS karena rentan terhadap infeksi, karsinoma
dan mioma uteri karena dapat mempengaruhi ukuran rongga rahim,
hemophilia karena terjadi gangguan pembekuan darah, serta penyakit lain
yang menjadi kontraindikasi IUD.
7. Riwayat Haid
Menarche: usia pertama kali haid, untuk menentukan masa subur sehingga
dapat menentukan metode kontrasepsi yang tepat.
Lama haid: untuk mengatahui perubahan yang mungkin terjadi selama
atau setelah menjadi akseptor IUD,(efek samping di kemudian hari dari
pemasangan IUD, salah satunya perdarahan yang berlangsung lebih lama
Siklus haid: untuk mengetahui apakah siklus haid paien teratur atau tidak.
HPHT: untuk mengetahui klien sedang hamil atau tidak.
Banyaknya darah : perlu dikaji karena IUD dapat menambah perdarahan
haid.
8. Riwayat Perkawinan
Merupakan data tentang status perkawinan, usia pertama kali menikah,
berapa kali menikah, untuk mengatahui persepsi dan tujuan ikut KB serta
menilai kemungkinan apakah ibu dapat terkena IMS atau tidak. Bila ada

kemungkinan , sebaiknya menggunakan KB lain yang lebih aman untuk


klien yang menderita IMS.
9. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Apakah pernah hamil di luar kandungan( sebaiknya tidak menggunakan
IUD karena dapat terulang lagi. IUD tidak menimbulkan / menambah
resiko kehamilan ektopik tetapi karena IUD mengurangi kemungkinan
implantasi intrauterine, maka kehamilan yang terjadi akan lebih cenderung
ke arah kehamilan ektopik)(Hartono,2004)
Apakah waktu nifas mengalami komplikasi seperti radang panggul. Jika
iya, maka sebaiknya tidak memakai IUD karena akseptor IUD mempunyai
resiko 2x lebih besar untuk mengalami PID.
(Hartono, 2004)
10. Riwayat KB
Perlu ditanyakan kepada ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB
sebagai berikut:
- Jenis kontrasepsi yang digunakan
- Efek samping
- Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
- Lamanya menggunakan alat kontrasepsi
- Keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
11. Pola Kebiasaan Sehari hari
Meliputi nutrisi (kualitas dan kuantitas), lamanya istirahat (adanya
gangguan atau tidak), aktivitas(ibu sering mengalami 5 L atau tidak dalam
beraktivitas yang menandakan anemia), dan seksual ( ada gangguan atau
tidak )
12. Data Psikososial Spiritual
- Meliputi bagaimana pandangan agama ibu terhadap kontrasepsi yang
-

dipakai
Untuk mengatahui bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarga,

apakah suami mendukung atau tidak jika ibu menggunakan KB IUD.


Meliputi kepercayaan beragama ibu dan larangan metode KB yang dipilih
ibu dalam pandangan agamanya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU

: baik

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 90/60 130/ 90 mmHg

Nadi

: 60 -90 x per menit

RR

: 16 24 x permenit

BB

: . Kg, IUD dapat digunakan oleh orang gemuk atau

kurus
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
-

Mata : konjungtiva pucat / tidak ( menandakan anemia), sclera


kuning /tidak(kuning menandakan hepatitis )

Leher : tampak pembesaran kelenjar tyroid/ tidak, dan vena jugularis.

Dada : Payudara simetris / tidak , ada benjolan abnormal / tidak.

Abdomen : ada benjolan abnormal / tidak, tampak bekas operasi /


tidak

Genitalia : apakah ada kondiloma akuminata yang disebabkan Gonore


(ditandai pada labia ada tumor bentuk runcing seperti jengger ayam),
adakah kondiloma lata yang disebabkan oleh sifilis (ditandai dengan
borok sebesar uang logam), adakah vulvitis ( ditandai dengan
pembakakan labia, kelihatan merah, gatal, nyeri, dan panas saat
kencing), adakah warna kebiruan yang menandakan kehamilan,
adakah vaginitis (ditandai secret berbau anyir, terasa panas dan gatal),
adakah tanda tanda infeksi yang ditandai adanya pembengkakan dan
merah pada kelenjar skene dan bartholini.

b. Palpasi
-

Leher: teraba pembesaran kelenjar tyroid / tidak, teraba bendungan


vena jugularis/ tidak.

Payudara: teraba benjolan abnormal pada payudara / tidak.

Abdomen :teraba pembesaran dan nyeri tekan hepar dan limpa,


adakah nyeri tekan pada adneksa kiri dan kanan ( bila nyeri tekan
berarti adanya radang panggul)

Genetalia : adakan pembesaran kelenjar skene dan bartholini.

c. Pemeriksaan inspekulo
-

Dinding vagina: normal warna merah muda, lipatan memanjang dan


melingkar.

Erosi portio ; kelihatan merah dan tidak rata.

Kanker serviks: permukaan kasar seperti bunga kolo, mudah berdarah,


keluar cairan khas encer bewarna coklat dan berbau busuk.

Polip : benjolan sepeti kutil pada potio.

Infeksi dalam rahim : ditandai dengan keluarnya cairan abnormal


bewarna kuning kehijauan. Bila ada sekretnya dengan lidi kapas dn
dimasukkan dalam tabung steril yang disediakan untuk pemeriksaan
lab.

d. Pemeriksaan bimanual
-

Adakah infeksi panggul , ditandai dengan nyeri goyang portio.

Menentukan posisi rahim


Posisi rahim antefleksi : jari pada forniks posterior, maka perabaan
uterus seperti terduduki, bila jari ada di dalam forniks anterior,
maka tangan di luar dan jari didalam seolah olah bertemu
hambatan.
Posisi rahim retrofleksi : jari di forniks posterior maka tangan
seakan akan seperti menemui penghalang, bila jari diletakkan
pada forniks anterior, tangan seolah olah dapat bertemu dengan
tangan yang ada di luar.

Adakah kehamilan, ditandai dengan rahim membesar, lunak , dan


licin.

Adakah mioma uteri, ditandai rahim membesar, kokoh , kenyal, tidak


rata,

Adakah kistoma uteri, ditandai dengan rahim lunak, licin berisi cairan.

Adakah adneksitis, bila terasa nyeri tekan saat menekan adnexa kanan/
kiri

e. Pemeriksaan rektovaginal
Bila ada indikasi adanya tumor pada cavum douglas dan
kesulitan menntukn besarnya uterus retrofleksi.
f. Pemeriksaan penunjang
Plano test +/2.Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny P Ab akseptor baru / lama IUD

Ds: klien mengatakan ingin menjadi akseptor IUD, jumlah anak, anak terakhir usia,.
Keluhan
Do: TTV dalam batas normal
KU

: baik

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 90/60 130/ 90 mmHg

Nadi

: 60 -90 x per menit

RR

: 16 24 x permenit

Pemeriksaan penunjang : laboratorium, inspekulo, bimanual.


3. Identifikasi diagnosa /masalah potensial
Untuk mengetahui masalah yang mungkin terjadi pada klien
4. Kebutuhan Segera
tidak ada
5. Intervensi
Dx : Ny P Ab akseptor baru / lama IUD
Tujuan : klien menjadi akseptor IUD tanpa terjadi komplikasi.
Kriteria hasil :
Klien mendapatkan pelayanan IUD sesuai dengan prosedur
Klien bersikap kooperatif saat pemasangan
IUD terpasang dengan benar dengan teknik aseptic dan antiseptic
TTV dalam batas normal
KU

: baik

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 90/60 130/ 90 mmHg

Nadi

: 60 -90 x per menit

RR

: 16 24 x permenit

Intervensi
1. Konseling pra pemasangan IUD
R : informasi tentang rencana pemasangan IUD akan lebih meningkatkan kooperatif
klien.
2. Lakukan informed consent
R: tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
3. Persiapkan pasien, diri alat
R; memudahkan proses pemasangan dan menjaga privasi klien
4. Patikan peralatan lengkap
R: mempermudah proses pemasangan
5. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
R: menghindari resiko infeksi
6. Lakukan pemasangan IUD sesuai dengan prosedur
R: IUD dapat terpasang dengan baik
7. Rapikan klien dan tempat serta bereskan alat
R: klien merasa nyaman saat pasca pemasangan IUD
8. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
R: ,menghindari risiko infeksi
9. Berikan KIE pasca pemasangan
R: informasi yang tepat akan meningkatkan pengetahuan klien.
10. Catat dalam kartu KB dan register KB
R: bukti bahwa pasien telah mendapatkan pelayanan KB
10.

Anjurkan klien kontrol 1 bulan lagi atau jika ada keluhan


R: follow up pasca pemasangan IUD serta deteksi dini adanya efek samping.

6.

Implementasi

Mengacu pada intervensi


7.

Evaluasi

Mengacu pada kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2008. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN
Hartanto, Hanafi. 2003. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan
Manuaba, Ida Bagus. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam.2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.


Saifuddin, Abdul Bari. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBPSP

Anda mungkin juga menyukai