PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu(AKI) adalah jumlah kematian ibu sebagai
akibat langsung dari proses reproduksi setiap 100.000 kelahiran
hidup(Wirakusumah,2010:2). Sedangkan definisi Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal per 1000 kelahiran hidup
(Leveno,2009: 4). AKI dan AKB merupakan beberapa indikator kualitas
pelayanan kesehatan di suatu wilayah.
AKI dan AKB di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa AKI
di Indonesia mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan antara
tahun 2007 dengan tahun 2012 yaitu awalnya AKI 228/100.000 kelahiran
hidup menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Hal tersebut
menunjukkan hasil yang berbeda dengan AKB. Jika ditinjau kembali, AKB di
Indonesia mengalami sedikit penurunan. Berdasarkan data SDKI (2007)
dalam Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2009) mengemukakan bahwa
AKB 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut The UN- Interagency
Group for Child Mortality Estimates (IGME)(2011) dalam Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia(2013) menunjukkan bahwa AKB yang
dimiliki Indonesia adalah 24,8 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2011.
Di Jawa Timur, capaian Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung
meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu berkisar antara 7-11 point
dengan data yang bersumber dari Laporan Kematian Ibu (LKI)
Kabupaten/Kota. Capaian AKI dapat digambarkan sebagai berikut: pada
tahun 2008 sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup (KH); tahun 2009 sebesar
90,7 per 100.000 KH; tahun 2010 sebesar 101,4 per 100.000 KH; tahun 2011
sebesar 104,3 per 100.000 KH; dan di tahun 2012 mencapai 97,43 per
100.000 KH. Berdasarkan data SDKI tahun 2007, AKB sebesar 35 per 1.000
KH. Sedangkan menurut data BPS(Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa
Timur, AKB tahun 2009 sebesar 31,41 per 1.000 KH; tahun 2010 mencapai
29,99 per 1.000 KH; tahun 2011 mencapai 29,24 per 1.000 KH; dan di tahun
2012 estimasi AKB telah mencapai 28,31 per 1.000 KH (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur,2013). Berdasarkan data BPS dalam Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur (2013) masih menunjukkan AKI dan AKB yang tinggi
di wilayah Kota Malang yaitu AKI pada tahun 2012 sebanyak 164,4 per
100.000 KH dan AKB sebanyak 24,74 per 1000 KH. Sedangkan AKI dan
AKB kota Batu sebagai tempat penelitian juga menunjukkan angka yang
relatif cukup tinggi yaitu sebanyak 107,33 per 100.000 KH dan 28,87 per
1000 KH.
Dari paparan di atas dapat diasumsikan bahwa tingginya AKI dan
AKB memiliki beberapa penyebab yang perlu dianalisis lebih lanjut.
Berdasarkan analisis AKI di Indonesia tahun 2010 yang diambil dari data
SDKI, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan laporan rutin Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain karena
perdarahan 27 % (baik saat kehamilan, persalinan, dan nifas), eklampsia 23 %
(pada saat masa kehamilan atau pun saat masa nifas), infeksi 11 % (saat
hamil, bersalin, atau pun pada saat nifas), komplikasi puerpurium 8 %,
trauma obstetrik 5%, partus lama (macet) 5 %, Abortus 5 %, dan lain lain
11% (Powerpoint presentation Analisis AKI Departemen Kesehatan Republik
Indonesia). Berdasarkan data Riskesdas(2007) dalam Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur (2009) mengemukakan bahwa penyebab kematian
neonatal 0 - 6 hari adalah akibat gangguan pernapasan (37%), prematuritas
(34%), sepsis (12 %), hipotermi (7 %), kelainan congenital (1 %). Penyebab
kematian neonatal 7 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan congenital
(19%), pneumonia (17%), Respiratory Distress Syndrom/ RDS(14%),
prematuritas (14%), ikterus(3%), cedera lahir(3%) dan Suddenly Infant Death
Syndrom/SIDS(3%). Penyebab kematian bayi (29- 1 tahun) adalah
diare(42%), pneumonia(24%), meningitis/ensefalitis(9%), kelainan saluran
cerna(7%), kelainan jantung congenital dan hidrosefalus(6%), sepsis (4%),
tetanus(3%), dan lain- lain (5%).
Penyebab tingginya AKI dan AKB di atas, dapat menjadi salah satu
penghambat terwujudnya tujuan Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Di bawah MDGs, negara
berkomitmen untuk mengurangi AKI sebanyak tiga perempat kasus dan AKB
sebanyak dua pertiga kasus yang terjadi dalam kurun waktu 1990 - 2015.
Pada tahun 2015 pemerintah ingin menurunkan AKI menjadi 102 / 100.000
KH dan AKB menjadi 23/1000 KH. Jika dibandingkan dengan AKI dan AKB
pada tahun 2012 yang masih sangat tinggi, maka tujuan MDGs masih sangat
jauh dari harapan. Untuk itulah sangat dibutuhkan tindak lanjut penelitian
sehingga diperoleh data yang akurat sebagai dasar tindakan pencapaian
MDGs.
Berdasarkan tugas pokok dan peran seorang bidan memiliki
korelasi yang tinggi terhadap kesehatan ibu dan anak. Dengan demikian,
bidan mempunyai tanggung jawab langsung terhadap penurunan AKI dan
AKB. Seorang bidan sebaiknya memberikan asuhan berkesinambungan sejak
saat ibu hamil, bersalin, melahirkan, menjalani masa nifas, sampai klien dapat
memilih alat kontrasepsi yang sesuai. Asuhan kebidanan komprehensif
tersebut dimaksudkan untuk melakukan deteksi dini terhadap berbagai
komplikasi yang mungkin muncul pada masa kehamilan yang berpotensi
berkelanjutan saat proses persalinan, nifas, dan juga pada bayi yang
dilahirkannya. Upaya pemberian asuhan secara komprehensif oleh seorang
bidan hendaknya disertai dengan kompetensi yang memadai sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu, penulis menyusun
proposal tugas akhir yang bersifat Continuity of Care (COC) dalam rangka
untuk mengimplementasikan teori pembelajaran yang diperoleh serta secara
tidak langsung dapat meningkatkan ketrampilan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan kebidanan serta sebagai upaya penurunan AKI dan
AKB.
Berdasarkan Keputusan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(KEPMENKES) nomor 1065/MENKES/SK/XI/2008 mengatur bahwa dalam
kebijaksanaan khusus menyatakan tentang penggunaan DAK(Dana Alokasi
Khusus) bidang kesehatan diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan
program pengembangaan desa siaga melalui pembangunan Poskesdes atau
peningkatan Polindes menjadi Poskesdes sehingga tercapai seluruh desa
menjadi desa siaga pada tahun 2009. Pada bagian Bab III KEPMENKES
tersebut menyatakan bahwa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa
dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. Upaya pendekatan pelayanan kesehatan dasar tersebut
sangat erat kaitannya dengan upaya penurunan AKI dan AKB.
Dalam kaitannya dengan upaya penurunan AKI dan AKB di
Indonesia, lembaga yang juga memiliki peran secara langsung antara lain
BPM(Bidan Praktek Mandiri). Keberadaan BPM di tengah tengah
masyarakat memudahakan masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan
serta dapat meningkatkan cakupan kesehatan ibu dan anak. Fenomena di
lapangan menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih BPM dibandingkan
pelayanan kesehatan di Poskesdes maupun Polindes dikarenakan keberadaan
bidan di BPM lebih memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan
masyarakat. BPM lebih sering menangani secara langsung dibanding lembaga
lainnya. Salah satu BPM yang terletak di wilayah Junrejo, Batu adalah BPM
Sri Sukawati. Dengan meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah tersebut
diharapkan penulis dapat ikut serta dalam menyumbang penurunan AKI. Dari
urain tersebut maka penulis merasa perlu untuk mengangkat kasus pada
NyN di BPM Sri Sukawati dalam sebuah tulisan.
1.2 Batasan Masalah
Berpijak dari berbagai kasus kesehatan ibu dan anak, maka batasan
masalah yang penulis paparkan meliputi upaya pemberian asuhan pada ibu
hamil trimester III, asuhan ibu bersalin, asuhan ibu nifas, asuhan bayi baru
lahir, hingga asuhan pada ibu calon akseptor KB.
1.3 Tujuan penyusunan laporan tugas akhir
Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1.3.1
Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif sejak masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB serta
mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen
kebidanan Varney dan pendokumentasian dengan metode SOAP.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusuna proposal laporan tugas akhir Ini
antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan
KB.
b. Menyusun diagnosa kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonatus, dan KB.
c. Menyusun diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil, bersalin,
nifas, neonatus, dan KB.
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera secara kontinyu pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
e. Merencanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan proposal laporan tugas akhir ini yaitu :
a. Bagi Peneliti
Diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif, peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara teori dan
praktek di lapangan. Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan serta
mengembangkan keterampilan pelayanan kebidanan dalam rangka
peningkatan profesionalitas.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dokumentasi hasil asuhan dapat dijadikan bahan masukan untuk
pengembangan materi dan kiat penanganan secara langsung yang
berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB
dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
c. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir.
d. Bagi Klien Asuhan
Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa perhatian
pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.