Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

KATARAK

Disusun Oleh:
Salma Rizqi Amanah 1920221093

Pembimbing :
dr. Ade Irawan, Sp. M
dr. Devi Cynthia Sari, Sp. M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RSUD CILEGON
10 JANUARI-29 JANUARI 2022

0
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Katarak

Disusun oleh :

Salma Rizi Amanah 1920221093

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik

Di SMF Ilmu Penyakit Mata

RSUD Cilegon

Telah disetujui pada

Tanggal, 28 Januari 2022

Pembimbing,

dr. Ade Irawan, Sp.M

dr. Devi Cynthia Sari, Sp. M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul ‘Katarak’ Referat
ini ditulis merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Departemen Ilmu Penyakit Mata RSUD Cilegon.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen


pembimbing, dr. Ade Irawan, Sp.M , dan dr. Devi Cynthia Sari, Sp.M yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam
penyusunan makalah dari awal hingga selesai. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Cilegon, 2 8 Januari 2022

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

Katarak berasal dari kata Yunani, Katarrhakies, dan latin cataracta yang berarti air
terjun. Dalam Bahasa Indonesia, disebut bular dimana pengelihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Penyakit
katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga
mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Biasanya kekeruhan pada mata berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Indonesia sebagai negara berkembang tidak luput dari masalah kebutaan. Disebutkan
saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara
berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan angka kebutaam
sebesar 1,47%.Di dunia ini 48% kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak.
Katarak umunya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit
mata dapat menyebabkan katarak, seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis, rhinitis pigmentosa
bahkan toksik khusus (kimia dan fisik). Katarak dapat berhubungan dengan penyakit
intraokular lainya.
Tatalaksana katarak adalah tindakan operatif. Beberapa teknik operasi katarak makin
berkembang dengan irisan lebih kecil, penyembuhan cepat, dan angka komplikasi rendah.
Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat penting untuk mendeteksi komplikasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BASIC SCIENCE


2.1.1Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular atau tidak memiliki pembuluh darah,
tak berwarna, dan kristalin. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki kelengkungan
yang berbeda, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung di bagian posterior dan
kedua permukaan in akan bertemu di bagian ekuator. Lensa memiliki tebal sekitar 4 mm dan
diameter 9 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari corpus
siliaris. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan
posterior dari kapsul lensa. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor dan di sebelah
posterior terdapat badan vitreus. Di sebelah depan lensa terdapat selapis epitel kuboid
subkapsular.1
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel akan terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan persambungan lamella
in ujung ke ujung berbentuk ‘Y’ bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ‘Y’ ini tegak di anterior
dan terbalik di posterior. Lensa menupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata,
dengan kornea dan film air mata merupakan elemen terpenting pertama. Sebagai
mediarefraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39 dan memilki kekuatan hingga 15-
16 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang,
sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.1,2

4
Gambar 1. Anatomi lensa

2.1.2 Histologi lensa


Secara histologi, struktur lensa dapat diurai menjadi:1
1. Kapsul lensa
Merupakan membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Kapsul lensa
merapakan Asembran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen tipe-|V yang
berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat
akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14
um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel
kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Pada
bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru sehingga
lama kelamaan. lensa menjadi lebih besar dan kurang elastik.
3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur yang tipis dan gepeng. Setelah
berkembang dari sel punca di epitel lensa, serat lensa yang terdiferensiasi akhimya
kehilangan inti seta organel lainnya, memenuhi sitoplasma dengan sekelompok protein yang
5
disebut kristalin, dan menjadì sangat panjang. Serat lensa matur biasanya memiliki panjang
7-10 mm, lebar 8-10 um, dan tebal 2 um. Serat tersebut tersusun rapat yang akan membentuk
jaringan transparan yang sangat dikhususkan untuk fungsi pembiasan cahaya. Serat lensa
merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah serat lensa
yang telah keihlangan nukleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua
akan terdesak oleh serat lensa yang baru ke bagian tengah lensa
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinni)
Secara kasar, ligamentum suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa sehingga
lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian
anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan perpanjangan dari
corpus silliaris.

Gambar 2. Histologi lensa

2.1.3 Metabolisme Lensa


Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (atrium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueous dan humor vitreus. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar atrium lebih tinggi di
bagian posterior lensa. Lon kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar menuju humor
aqueous, dari luar ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk

6
menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na- ATPase, sedangkan kadar
kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.
Lensa memiliki kandungan air sebesar 65% dan protein sebesar 35%. Lensa memiliki
pHi sekitar 6.9, suhu yang relatif rendah, dan relatif hipoksik. Kebanyakan produksi energi
dan transpor aktif terjadi pada epitel. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%)
dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak
dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase
adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol diubah menjadi fruktosa
oleh enzim sorbitol dehidrogenase.2

2.2 KATARAK
2.2.1 Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduanya Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat juga tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.3

2.2.2 Etiologi dan faktor risiko


Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis
pigmentosa bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Katarak dapat berhubungan proses
penyakit intraokular lainnya. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan
katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik. Katarak dapat
ditemukan dalam keadaan tapa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil,
herediter) atau kelainan kongenital mata.3,4
Terdapat beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak
lebih cepat, seperti:
• Diabetes
• Radang mata.
• Trauma mata
• Riwayat keluarga dengan katarak
7
• Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
• Merokok
• Pembedahan mata lainnya
• Terpajan banyak sinar ultra violet (matahari)

2.2.3 Gejala Katarak


Pasien dengan katarak mengeluhkan, gangguan pengelihatan dapat berupa:3
• Merasa silau.
• Berkabut, berasap
• Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup
• Melihat ganda
• Melihat warna terganggu
• Melihat halo sekitar sinar
• Penglihatan menurun

2.2.4 Klasifikasi Katarak


Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam; Katarak kongenital adalah katarak
yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, katarak juvenil adalah katarak yang terjadi
sesudah usia 1 tahun, dan katarak sensil, katarak setelah usia 50 tahun. Bila mata sehat dan
tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat pada hampir semua katarak
senil, katarak herediter dan kongenital.3,4,5
a) Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:
1. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak
polaris.
2. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus lensa saja. Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul

8
sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau
umum. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian bat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat
kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali.
b) Katarak Juvenile
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:3
1. Katarak metabolik
a.Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b.Katarak hipokalsemik (tetanik)
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e. Penyakit Wilson
f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
C) Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan
penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat
menimbulkan katarak komplikata. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4
stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur.
1. Katarak insipient/iminens.
Pada stadium ini akan terihat hal-hal berikut: Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
9
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol
mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, krekeruhan mulai
terlihat anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks
berupa jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien
2. Katarak imatur
Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif., Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur.
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan in bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen
tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh ensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negatif.
4. Katarak hipermatur.
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul
lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan in disebut sebagai katarak Morgagni.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah normal Berkurang

10
(air+massa lensa
berkurang)
Iris Normal terdorong normal Tremulans
Bilik Mata Normal dangkal normal Dalam
depan
Sudut bilik mata normal sempit normal Terbuka
Shadow test negatif positif negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senil3

Terdapat tiga jenis katarak senil bedasarkan lokasi kekeruhanya;3,6


a. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan
slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris.
Perubahan warna mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan corak warna.
Katarak nuklearis secara khas lebih mengganggu gangguan penglihatan jauh
daripada penglihatan dekat.Nukleus lensa mengalami pengerasan progresif yang
menyebabkan naiknya indeks refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi
menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus
mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight
b. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein pada
sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan
menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan
penglihatan bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi
untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan
degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke
anterior dengan gambaran seperti embun.
c. Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior. Pemeriksaannya

11
menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks
subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan buruk pada tempat
terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu daripada penglihatan jauh.

Gambar 3. Jenis Katarak senilis bedasarkan lokasi kekeruhan

2.2.5 Diagnosis Katarak


Pada pemeriksaan fisik katarak, kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa
tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan
tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini
juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti kortek dan nukleus.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain
daripada pemeriksaan prabedah yang diperiukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pascabedah dan fisik umum. Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam
pengelihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan seban
ding dengan turunnya tajam penglihatan.
Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam
penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat
kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam
penglihatan yang tidak memuaskan. 2,3

12
2.2.6 Tatalaksana
Tatalaksana definitif dari katarak adalah pembedahan. Beberapa penelitian seperti
penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat pertumbuhan katarak, namun belum efektif untuk
menghilangkan katarak.
Tujuan tindakan bedah katarak adalah untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan. Keputusan
melakukan tindakan bedah tidak spesifik tergantung dari derajat tajam penglihatan, namun lebih pada
berapa besar penurunan tersebut mengganggu aktivitas pasien.
Indikasi lainnya adalah bila terjadi gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa
silau yang sangat mengganggu, dan simtomatik anisometrop.
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara lain: glaukoma fakolitik,
glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dislokasi lensa ke bilik depan, dan katarak sangat padat
sehingga menghalangi pandangan gambaran fundus karena dapat menghambat diagnosis retinopati
diabetika ataupun glaukoma
Beberapa pembedahan katarak yang dikenal adalah3,7
• Menekan lensa sehingga jatuh ke dalam badan kaca (couching)
• Kemudian penggunaan midriatika
• Jarum penusuk dari emas (tahun 1700)
• Aspirasi memakai jarum
• Memakai sendok Daviel
• Pinset kapsul + zolise
• Erisofek(erisiphake)
• Memakai krio teknik karbon dioksid, freon, termoelektrik
• mengeluarkan nukleus lensa dan aspirasi korteks lensa
• fako(phacoemulsification)
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat
dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lens atau
ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (Korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior
yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah
ini pada sat ini dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit.

13
a. Operasi katarak Ekstrakapsular, atau Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)3
EKEK adalah jenis operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks lensa melalui
lubang di kapsul anterior. EKEK meninggalkan kantong kapsul (capsular bag) sebagai
tempat untuk menanamkan lensa intraokuler (LIO)
• EKEK Konvensional
teknik ini mempunyai banyak kelebihan seperti trauma irisan yang lebih kecil
sehingga luka lebih stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma lebih kecil, dan
penyembuhan luka lebih cepat. Pada EKEK, kapsul posterior yang intak
mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema kornea, serta mencegah penempelan
vitreus ke iris, LIO, atau kornea
• Small Incision Cataract Surgery(SICS)
Teknik EKEK telah dikembangkan menjadi suatu teknik operasi dengan irisan
sangat kecil (7-8 mm) dan hampir tidak memerlukan jahitan, teknik ini dinamai
SICS. Oleh karena irisan yang sangat kecil, penyembuhan relatif lebih cepat dan
risiko astigmatisma lebih kecil dibandingkan EKEK konvensional. SICS dapat
mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau dihancurkan. Teknik ini populer di
negara berkembang karena tidak membutuhkan peralatan fakoemulsifikasi yang
mahal, dilakukan dengan anestesi topikal, dan bisa dipakai pada kasus nukleus yang
padat. Beberapa indikasi SICS adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.
b. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan
nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi2,5-3 mm dan kemudian dimasukan
lensa intraokular yang dapat dilpat. Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi
kecil ini adalah pomulhan visus lebih cepat. induksi astigmatis atibat operasi
minimal. Renyulit yang dapat timbul pada pembedahan katarak ekstrakapsul, dapat
terjadi katarak sekunder yang dapat dihilangkan/ dikurangi dengan tindakan Yag
laser.
c. Operasi katarak intrakapsular, atau Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK).
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan
pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak
ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

14
pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan in dilakukan dengan
mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak
banyak seperti sebelumnya. Katarak ekstraksi intrakapsular in tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.3,7

2.2.7 Penyulit
Katarak yang tidak diterapi dapat mengakibatkan glaucoma, uveitis dan bahkan
kebutaan. Maka itu harus dilakukan Tindakan operatif sesuai indikasi. Komplikasi operasi
katarak dapat terjadi selama operasi maupun setelah operasi. Pemeriksaan periodik pasca
operasi katarak sangat penting untuk mendeteksi komplikasi operasi.2,3,4
Beberapa komplikasi yang timbul selama operasi diantaranya;
a. Pendangkalan kamera okuli anterior
Pada saat operasi katarak, pendangkalan kamera okuli anterior (KOA) dapat
terjadi karena cairan yang masuk ke KOA tidak cukup, kebocoran melalui insisi
yang terlalu besar, tekanan dari luar bola mata, tekanan vitreus positif, efusi
suprakoroid, atau perdarahan suprakoroid.
b. Posterior Capsule Rupture (PCR)
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah komplikasi intraoperatif yang sering
terjadi. Beberapa faktor risiko PCR adalah miosis, KOA dangkal
pseudoeksfoliasi, floppy iris syndrome, dan zonulopati. Apabila terjadi PCR,
sebaiknya lakukan vitrektomi anterior untuk mencegah komplikasi yang lebih
berat.
c. Nucleus drop
Salah satu komplikasi teknik fakoemulsifikasi yang paling ditakutkan adalah
nucleus drop, yaitu jatuhnya seluruh atau bagian nukleus lensa ke dalam rongga
vitreus
Beberapa komplikasi yang terjadi setelah operasi;
a) Edema kornea
Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah operasi katarak.
15
Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama, trauma kimia,
radang, atau peningkatantekanan intraokular (TIO), dapat menyebabkan
edema kornea
b) Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain perdarahan
retrobulbar, perdarahan atau efusi suprakoroid, dan hifema.
c) Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam KOA pasca operasi
katarak dapat meningkatkan tekanan intraokular (TIO), peningkatan TIO
ringan bisa terjadi 4 sampai 6 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang
sendiri dan tidak memerlukan terapi anti glaukoma, sebaliknya jika
peningkatan TIO menetap, diperlukan terapi antiglaukoma.
d) Uveits kronik
Inflamasi normal akan menghilang setelah 3 sampai 4 minggu operasi
katarak dengan pemakaian steroid topikal.Inflamasi yang menetap lebih dari
4 minggu, didukung dengan penemuan keratik presipitat granulomatosa yang
terkadang disertai hipopion, dinamai uveitis kronik. Kondisi seperti
malposisi LIO, vitreus inkarserata, dan fragmen lensa yang tertinggal,
menjadi penyebab uveitis kronik
e) Edema macula kistoid
EMK ditandai dengan penurunan visus setelah operasi katarak, gambaran
karakteristik makula pada pemeriksaan oftalmoskopi atau FFA, atau
gambaran penebalan retina pada pemeriksaan OCT
f) Ablasio Retina
Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca EKIK, 0,5-2% pasca EKEK, dan <1%
pasca fakoemulsifikasi. Biasanya terjadi dalam 6 bulan sampai 1 tahun pasca
bedah katarak.
g) Endoftalmitis
Endoftalmitis termasuk komplikasi pasca operasi katarak yang jarang,
namun sangat berat. Gejala muncul setelah 3 sampai 10 hari operasi katarak.
Penyebab terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus
16
aureus, dan Streptococcus
h) Surgical Induced Astigmatism
Operasi katarak, terutama teknik EKIK dan EKEK konvensional, mengubah
topografi kornea dan akibatnya timbul astigmatisma pasca operasi. Risiko
SIA meningkat dengan besarnya insisi (> 3 mm), lokasi insisi di superior,
jahitan, derajat astigmatisma tinggi sebelum operasi, usia tua, serta kamera
okuli anterior dangkal.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduanya Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat juga tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama. Tatalaksana definitif katarak adalah tindakan operatif.
Operasi katarak bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan. Pemilihan teknik operasi
berdasarkan pertimbangan dan pemeriksaan periodik dilakukan untuk mencegah komplikasi
operasi

3.2 Saran
Diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai katarak dari lebih banyak
literatur agar lebih dipahami. Pendeteksian dini terhadap penyakit ini sebaiknya
dilakukan untuk mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan mencegah komplikasi-
komplikasi yang mungkin muncul.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan, Paul, Whitcher, John P. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.
2. James, Bruce,Chris C., Anthony B..2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta :
Erlangga.
3. Ilyas, Sidarta, 2019. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical
Science course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015.
5. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta: Departemen Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
6. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6th ed. Edinburgh:
Butterworth Heinemann/Elsevier; 2007.
7. Schaumberg DA, Dana MR, Christen WG, Glynn RJ. A Systematic overview of the
incidence of posterior capsule opacification. Ophthalmology. 1998;105(7):1213-21.

19

Anda mungkin juga menyukai