MAKASSAR
4123013
Ci Lahan Ci Institusi
MAKASSAR
2024
1. Pendahuluan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian
ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan
pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%)
komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya
(8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70%
- 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm
akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran,
dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
2. Anatomi Fisiologi
a. Fisiologi
1). Selaput ketuban atau Amniokorion
Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan korion. Amnion
adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan langsung
dengan cairan amnion (Likuor Amnii). Amnion sendiri merupakan jaringan
yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin. Sehingga,
pembentukan komponen-komponen amnion yang mencegah ruptur atau
robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Pada uji kekuatan
peregangan, resistensi terhadap robekan dan ruptur, didapatkan bahwa
lapisan desidua dan korion laeve sudah robek terlebih dahulu daripada
amnion. Selain itu, daya regang amnion hampir seluruhnya terletak pada
lapisan kompak, yang terdiridari kolagen interstitium tipe I, III, V, dan VI
(dalam jumlah lebih sedikit) yang saling berikatan. Fungsi dari selaput
ketuban adalah sebagai pembungkus ketuban dan menutupi pembukaan
dorsal janin (Cunningham, et al., 2009). Sedangkan korion merupakan
membran eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari vili-vili sel telur
yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Korion akan berlanjut dengan
tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus. Amnion dan korion mulai
berkembang dan akan tumbuh terus sampai kira-kira 28 minggu (Blackburn
et al., 2004)
2). Cairan Ketuban (Likuor Amnii)
Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga amnion yang diliputi oleh
selaput janin (Wiknjosastro, 2005). Rongga amnion sendiri mulai terbentuk
pada hari ke 10-20 setelah pembuahan. (Siswosudarmo, 2008). Cairan ini
akan menumpukdi dalam rongga amnion yang jumlahnya meningkat seiring
dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, dimana terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal
(Cunningham, et al., 2006). Volume air ketuban bertambah banyak dengan
makin tuanya usia kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minggu volumenya
± 50 ml, pada usia 20 minggu antara 350-400 ml, dan pada saat usia
kehamilan mencapai 36-38 minggu kira-kira 1000 ml. Selanjutnya
volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm, tidak jarang
mencapai kurang dari 500 ml (Siswosudarmo, 2008). Air ketuban sendiri
berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis
dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008, yang akan menurun
seiring bertambahnya usia kehamilan. Air ketuban terdiri atas 98% air,
sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti
benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi), sel-sel epitel,
dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi).Protein ditemukan rata-
rata 2,6% gram per liter, sebagian besar sebagai albumin (Wiknjosastro,
2005).
Dari mana cairan ini berasal belum diketahui secara pasti, masih diperlukan
penelitian lebih lanjut. Telah banyak teori yang dikemukakan mengenai hal
ini. Salah satunya menurut Siswosudarmo (2008), bahwa air ketuban berasal
dari transudasi plasma maternal, masuk menembus selaput yang melapisi
plasenta dan tali pusat. Pada kehamilan lanjut, urin janin akan ikut
membentuk air ketuban.
Dikemukakan bahwa peredaran likuor amnii cukup baik pada rongga
amnion. Dalam 1 jam didapatkan perputaran lebih kurang 500 ml. mengenai
cara perputaran ini pun terdapat banyak teori, antara lain bayi menelan air
ketuban yang kemudian dikeluarkan melalui air kencing. Prichard dan Sparr
menyuntikkan kromat radioaktif ke dalam air ketuban ini. Hasilnya, mereka
menemukan bahwa janin menelan ± 8-10 cc air ketuban atau 1% dari total
seluruh volume air ketuban tiap jam. Apabila janin tidak menelan air ketuban
ini (pada kasus janin dengan stenosis), maka akan didapat keadaan
hidramnion (Wiknjosastro, 2005). Fungsi dari cairan ketuban ini antara lain:
a) Melindungi janin terhadap trauma dari luar
b) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c) Melindungi suhu tubuh janin
d) Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks
membuka
e) Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan cairan yang steril,
dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang
mengalami infeksi (Wiknjosastro, 2005).
3. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara
amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
4. Klasifikasi
Menurut POGI tahun (2014), KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu,
KPD preterm dam KPD aterm.
1). KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu
sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya ketuban saat umur
kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm
saat umur kehamilan ibu anatara 34 sampai kurang dari 37 minggu minggu.
2). KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yag
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+ ) pada
usia kehamilan ≥ 37 minggu.
5. Etiologi
6. Patofisilogi
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
9. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin
besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan
prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta : EGC
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material &
Neonatal. Jakarta : EGC.
MAKASSAR
4123013
Ci Lahan Ci Institusi
MAKASSAR
2024
Nama : Ny M No. Reg : 00148825
Agama : Islam
Alamat : jl dg regge 4 no 18
2. diagnosa keperawatan
Menganjurkan pasien agar tidak cemas atau khawatir pada masalah kehamilannya dan
menganjurkan pasien agar dapat mengulangi yang sudah di ajarkan mengenai teknik
relaksasi
Pengkajian antenatal Care ( ANC )
Nim : 4123013
DATA UMUM
Inisial klien : Ny M
Usia : 29 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Riwayat ginekologi
1. masalah ginekologi : ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit kelamin atau kandungan
BB Sebelum hamil : 54 kg
TD Sebelum hamil : 67 kg
Tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmhg, Nadi : 86 x/m, Suhu : 36◦ C, Pernapasan : 20 x/m
Abdomen
Uterus
Pigmentasi
Ekstremitas
Refleks patella +2
Masalah khusus : sering terjadi kram otot kedua kaki pada malam hari
Eliminasi
Urin : sebelum hamil, frekuensi BAK dalam sehari 4 kali, dan saat hamil bisa 6-7 kali sehari
Fekal :sebelum hamil frekuensi BAB 1 kali sehari, dan saat hamil tidak menentu, kadang
dalam seminggu hanya 3-4 kali
Tingkat mobilisasi : ibu mengatakan selama hamil, sering melakukan gerakan sederhana
seperti jalan pagi dan aktifitas di dalam rumah
Masalah khusus : sesekali pegal pada tubuh kalau terlalu lama melakukan aktifitas
Asupan nutrisi : baik, sebelum hamil ibu sering mengkonsumsi makanan yang sehat
dan setelah hamil tetap sama, makan sayur dan buah
Asupan cairan : pada saat hamil, ibu lebih banyak minum air
Adaptasi psikologis : ibu mengatakan cemas dan khawatir dengan kondisi kehamilannya
yang sekarang, karena sampai dengan masuk usia 40 minggu belum ada tanda-tanda
kontraksi
Penerimaan terhadap kehamilan : ibu mengatakan, sangat senang dengan kehamilannya yang
ke 3 ini, karena ibu mengharapkan jenis kelamin perempuan
Masalah khusus : pada saat observasi di ruangan usg, dokter mendiagnosa ketuban pecah dini
dan harus dilakukan rangsangan pada ibu
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : Sering melakukan hubungan intim tanpa
alat kontrasepsi dan tidak rutin melakukan penyuntikan KB tiap bulan
Persiapan persalinan
Masalah :
Pada saat pengkajian di dapatkan bahwa ini kehamilan yang ke empat kalinya.
Anak pertama abortus karena lemah kandungan, yang kedua dan ke tiga tidak ada
masalah, dan hamil yang ke empat dari hasil pemeriksaan USG, di dapatkan bahwa
kadar air ketuban mengurang dan umur kehamilan sudah 40 minggu, tidak adanya
tanda-tanda kontraksi dan dokter mengintruksikan untuk pemberian rangsangan atau
induksi melalui vagina ibu