Anda di halaman 1dari 21

MINGGU KE 1

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY “M”

DI RUANGAN ANTENATAL CARE (ANC)

RSIA SITI FATIMAH

MAKASSAR

RESTIKA DEWI NIHE

4123013

Ci Lahan Ci Institusi

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2024
1. Pendahuluan

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Prawirohardjo, 2008).

Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian
ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan
pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%)
komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya
(8%) (Wikjosastro, 2008).

Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70%
- 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm
akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran,
dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

2. Anatomi Fisiologi
a. Fisiologi
1). Selaput ketuban atau Amniokorion
Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan korion. Amnion
adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan langsung
dengan cairan amnion (Likuor Amnii). Amnion sendiri merupakan jaringan
yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin. Sehingga,
pembentukan komponen-komponen amnion yang mencegah ruptur atau
robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Pada uji kekuatan
peregangan, resistensi terhadap robekan dan ruptur, didapatkan bahwa
lapisan desidua dan korion laeve sudah robek terlebih dahulu daripada
amnion. Selain itu, daya regang amnion hampir seluruhnya terletak pada
lapisan kompak, yang terdiridari kolagen interstitium tipe I, III, V, dan VI
(dalam jumlah lebih sedikit) yang saling berikatan. Fungsi dari selaput
ketuban adalah sebagai pembungkus ketuban dan menutupi pembukaan
dorsal janin (Cunningham, et al., 2009). Sedangkan korion merupakan
membran eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari vili-vili sel telur
yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Korion akan berlanjut dengan
tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus. Amnion dan korion mulai
berkembang dan akan tumbuh terus sampai kira-kira 28 minggu (Blackburn
et al., 2004)
2). Cairan Ketuban (Likuor Amnii)
Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga amnion yang diliputi oleh
selaput janin (Wiknjosastro, 2005). Rongga amnion sendiri mulai terbentuk
pada hari ke 10-20 setelah pembuahan. (Siswosudarmo, 2008). Cairan ini
akan menumpukdi dalam rongga amnion yang jumlahnya meningkat seiring
dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, dimana terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal
(Cunningham, et al., 2006). Volume air ketuban bertambah banyak dengan
makin tuanya usia kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minggu volumenya
± 50 ml, pada usia 20 minggu antara 350-400 ml, dan pada saat usia
kehamilan mencapai 36-38 minggu kira-kira 1000 ml. Selanjutnya
volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm, tidak jarang
mencapai kurang dari 500 ml (Siswosudarmo, 2008). Air ketuban sendiri
berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis
dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008, yang akan menurun
seiring bertambahnya usia kehamilan. Air ketuban terdiri atas 98% air,
sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti
benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi), sel-sel epitel,
dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi).Protein ditemukan rata-
rata 2,6% gram per liter, sebagian besar sebagai albumin (Wiknjosastro,
2005).
Dari mana cairan ini berasal belum diketahui secara pasti, masih diperlukan
penelitian lebih lanjut. Telah banyak teori yang dikemukakan mengenai hal
ini. Salah satunya menurut Siswosudarmo (2008), bahwa air ketuban berasal
dari transudasi plasma maternal, masuk menembus selaput yang melapisi
plasenta dan tali pusat. Pada kehamilan lanjut, urin janin akan ikut
membentuk air ketuban.
Dikemukakan bahwa peredaran likuor amnii cukup baik pada rongga
amnion. Dalam 1 jam didapatkan perputaran lebih kurang 500 ml. mengenai
cara perputaran ini pun terdapat banyak teori, antara lain bayi menelan air
ketuban yang kemudian dikeluarkan melalui air kencing. Prichard dan Sparr
menyuntikkan kromat radioaktif ke dalam air ketuban ini. Hasilnya, mereka
menemukan bahwa janin menelan ± 8-10 cc air ketuban atau 1% dari total
seluruh volume air ketuban tiap jam. Apabila janin tidak menelan air ketuban
ini (pada kasus janin dengan stenosis), maka akan didapat keadaan
hidramnion (Wiknjosastro, 2005). Fungsi dari cairan ketuban ini antara lain:
a) Melindungi janin terhadap trauma dari luar
b) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c) Melindungi suhu tubuh janin
d) Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks
membuka
e) Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan cairan yang steril,
dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang
mengalami infeksi (Wiknjosastro, 2005).

3. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara
amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

4. Klasifikasi
Menurut POGI tahun (2014), KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu,
KPD preterm dam KPD aterm.
1). KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu
sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya ketuban saat umur
kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm
saat umur kehamilan ibu anatara 34 sampai kurang dari 37 minggu minggu.
2). KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yag
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+ ) pada
usia kehamilan ≥ 37 minggu.

5. Etiologi

Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :


1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik
uteridimana kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda
dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit
ketuban di atas

ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin


secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut
faselaten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya
tanpa menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas
panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asendendari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.

6. Patofisilogi
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

7. Tanda dan gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma
air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal “atau menyambut
kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sujiyatini, 2009).
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.
Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret
vagina, sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna,tetap kuning. 1.a tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu. 1b. mikroskop (tes pakis),
dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri
pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD
cukup banyak macam dan caranya, namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis
dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana (Sujiyatini, 2009).

9. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin
besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan
prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).

10. Pengkajian Keperawatan


Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan
membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat, 2000 ).

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

3. Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga
aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

11. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis proses menghadapi persalinan

b. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

12. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil

Ansietas Selama di lakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui


tindakan keperawatan
berhubungan pasien tingkatan kecemasan
selama 1x shift
dengan faktor diharapkan pasien tidak 2. Dorong pasien untuk yang dialami pasien
mengalami kecemasan
psikologis proses istirahat total
Kriteria Hasil : 2. Untuk
menghadapi 3. Berikan suasana yang
1. tingkat cemas mempercepat proses
persalinan tenang dan ajarkan keluarga
menurun penyembuhan
untuk memberikan

2. pasien tidak gelisah dukungan emosional 3.Untuk memberikan

lagi pasien. rasa nyaman dan


menurunkan
kecemasan pasien

Nyeri Selama di lakukan 1. Kali tanda-tanda Vital 1. Untuk


berhubungan tindakan keperawatan pasien mengetahui
dengan agen selama 1x shift 2. Kaji skala nyeri
pencedera diharapkan pasien tidak 3. Ajarkan pasien teknik keadaan umum
fisiologi mengalami kecemasan relaksasi nafas dalam pasien
Kriteria Hasil : 4. Atur posisi pasien 2. Untuk
mengetahui
1. tingkat nyeri menurun
derajat nyeri
2. tanda-tanda vital pasien dan
normal menentukan
tindakan yang
3. pasien tidak meringis
akan dilakukan
lagi
3. Untuk
mengurangi nyeri
yang dirasakan
pasien
4. Untuk
memberikan rasa
nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media


Aesculapius

Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material &
Neonatal. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2. Jakarta:Salemba


Medika
MINGGU KE 1

RESUME KEPERAWATAN PADA NY “M”

DI RUANGAN ANTENATAL CARE (ANC)

RSIA SITI FATIMAH

MAKASSAR

RESTIKA DEWI NIHE

4123013

Ci Lahan Ci Institusi

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2024
Nama : Ny M No. Reg : 00148825

Umur : 29 tahun Ruang pemeriksaan : Ruang Usg

Pekerjaan : IRT Tanggal pemeriksaan : 26 Februari 2024

Agama : Islam

Alamat : jl dg regge 4 no 18

Data subjektif Data objektif

1. klien mengatakan bahwa nyeri pada 1. klien nampak gelisah


kedua paha bagian atas 2. klien sesekali meringis
2. klien mengatakan tidak merasakan tanda- 3. klien nampak lemas
tanda kontraksi saat ini 4. mukosa bibir klien nampak pucat
3. klien merasa cemas dan khawatir dengan TD : 100/80
kehamilannya N : 86x/m
S : 36◦C
P : 20x/m

2. diagnosa keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis proses menghadapi persalinan

b. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

Ansietas berhubungan 1. Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan tidak


dengan faktor psikologis kecemasan klien cemas lagi
O : Pasien nampak tenang
proses menghadapi Hasil : untuk mengetahui A : Masalah teratasi
persalinan tingkat kecemasan P : Pertahankan intervensi
2. Dorong pasien untuk
istirahat total
Hasil : tidak merasa cemas

3. Berikan suasana yang


tenang dan ajarkan keluarga
untuk memberikan
dukungan emosional pasien.
Hasil : agar pasien merasa
aman dan nyaman

nyeri berhubungan dengan 1. Mengkaji tanda-tanda


agen pencedera fisiologis
Vital pasien S : Pasien mengatakan nyeri
Hasil : untuk mengetahui berkurang setelah
keadaan pasien setiap saat melakukan teknik relaksasi
2. Mengkaji skala nyeri nafas dalam
Hasil : dari skala 3 turun O : Nyeri hilang timbul
menjadi skala 2 A : Masalah teratasi
3. Mengajarkan pasien P : Pertahankan intervensi
teknik relaksasi nafas dalam
Hasil : Rasa nyeri berkurang
4. Mengatur posisi pasien
Hasil : merasa aman dan
nyaman

3. Nasehat pada waktu pasien pulang

Menganjurkan pasien agar tidak cemas atau khawatir pada masalah kehamilannya dan
menganjurkan pasien agar dapat mengulangi yang sudah di ajarkan mengenai teknik
relaksasi
Pengkajian antenatal Care ( ANC )

Nama mahasiswa : Restika Dewi Nihe

Tanggal pengkajian : Senin, 26 Februari 2024

Nim : 4123013

Ruangan/RS : ANC/RSIB SITI FATIMAH MAKASSAR

DATA UMUM

Inisial klien : Ny M

Usia : 29 tahun

Status perkawinan : Nikah

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

No Tahun Jenis persalinan Penolong Jenis Keadaan bayi Masalah


kelamin waktu lahir kehamilan
1 2018 abortus - Laki-laki meninggal Kandungan
lemah
2 2019 normal - Laki-laki hidup -
3 2021 normal - Laki-laki hidup -
Pengalaman menyusui : ya berapa lama : 6 bulan

Riwayat ginekologi

1. masalah ginekologi : ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit kelamin atau kandungan

2. riwayat kb : kb suntik 1 bulan

Riwayat kehamilan saat ini

HPHT : 21 maret 2023

Taksiran partus : 28 februari 2024

BB Sebelum hamil : 54 kg

TD Sebelum hamil : 67 kg

TD BB TFU Letak presentasi DJJ Usia gestasi keluhan Data


janin lain

100/80 67 kg 35 cm Chepalic 120x/m 40 minggu Nyeri pada -


kedua paha
bagian atas

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status Obstetrik : G4 P2 A1 Minggu ke 40

Keadaan umum : nampak baik kesadaran : compos mentis BB/TB : 67 kg/149 cm

Tanda vital

Tekanan darah : 100/80 mmhg, Nadi : 86 x/m, Suhu : 36◦ C, Pernapasan : 20 x/m

Kepala & leher

Kepala : rambut hitam, kulit kepala bersih


Mata : konjungtiva normal, sklera warna putih, penglihatan baik

Hidung : tidak ada polip, fungsi penciuman baik

Mulut : mulut dan gigi bersih

Telinga : fungsi pendengaran baik

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Masalah khusus : tidak ada masalah khusus

Abdomen

Uterus

TFU : 35 CM Kontraksi : tidak ada kontraksi

Leopold 1 : 2 jari di atas posesus xipoideus

Leopold 11 : punggung kanan

Leopold 111 : presentasi kepala

Leopold IV : sudah masuk PAP

Pigmentasi

Linea nigra : Ada, garis lurus perut

Striae : nampak striae albicans di sekitar abdomen

Fungsi pencernaan : baik, tidak ada masalah

Masalah khusus : tidak ada

Perineum dan genitalia

Vagina : tidak ada masalah

Kebersihan : bersih, tidak ada masalah

Keputihan : pasien mengatakan keputihan ada tapi tidak berbau

Konsistensi : tidak ada bau : tidak berbau

Hemoroid : tidak ada derajat :- lokasi :-


Berapa lama :- nyeri : -

Masalah khusus : tidak di temukan masalah pada hemoroid

Ekstremitas

Atas : tidak ada edema varises : tidak ada

Bawah : ada edema, pada kedua kaki varises : tidak ada

Refleks patella +2

Masalah khusus : sering terjadi kram otot kedua kaki pada malam hari

Eliminasi

Urin : sebelum hamil, frekuensi BAK dalam sehari 4 kali, dan saat hamil bisa 6-7 kali sehari

Fekal :sebelum hamil frekuensi BAB 1 kali sehari, dan saat hamil tidak menentu, kadang
dalam seminggu hanya 3-4 kali

Masalah khusus : konstipasi pada saat kehamilan

Mobilisasi dan latihan

Tingkat mobilisasi : ibu mengatakan selama hamil, sering melakukan gerakan sederhana
seperti jalan pagi dan aktifitas di dalam rumah

Latihan/senam : ibu mengatakan pernah melakukan senam

Masalah khusus : sesekali pegal pada tubuh kalau terlalu lama melakukan aktifitas

Nutrisi dan cairan

Asupan nutrisi : baik, sebelum hamil ibu sering mengkonsumsi makanan yang sehat
dan setelah hamil tetap sama, makan sayur dan buah

nafsu makan : nafsu makan bertambah pada saat hamil

Asupan cairan : pada saat hamil, ibu lebih banyak minum air

Masalah khusus : tidak ada masalah


Keadaan mental

Adaptasi psikologis : ibu mengatakan cemas dan khawatir dengan kondisi kehamilannya
yang sekarang, karena sampai dengan masuk usia 40 minggu belum ada tanda-tanda
kontraksi

Penerimaan terhadap kehamilan : ibu mengatakan, sangat senang dengan kehamilannya yang
ke 3 ini, karena ibu mengharapkan jenis kelamin perempuan

Masalah khusus : pada saat observasi di ruangan usg, dokter mendiagnosa ketuban pecah dini
dan harus dilakukan rangsangan pada ibu

Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : Sering melakukan hubungan intim tanpa
alat kontrasepsi dan tidak rutin melakukan penyuntikan KB tiap bulan

Persiapan persalinan

 Senam hamil : ibu tidak melakukan senam hamil


 Rencana tempat melahirkan : di RSIB SITI FATIMAH MAKASSAR
 Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu : semua perlengkapan sudah siap
 Kesiapan mental ibu dan keluarga : semua sudah siap
 Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri proses persalinan
: karna ini bukan kehamilan yang pertama, jadi ibu sudah berpengalaman dalam
menghadapi persalinan nanti
 Perawatan payudara : ibu sering melakukan perawatan payudara setip hari
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini : tidak ada obat yang dikonsumsi
Hasil pemeriksaan penunjang : tidak ada
Rangkuman hasil pengkajian

Masalah :

Pada saat pengkajian di dapatkan bahwa ini kehamilan yang ke empat kalinya.
Anak pertama abortus karena lemah kandungan, yang kedua dan ke tiga tidak ada
masalah, dan hamil yang ke empat dari hasil pemeriksaan USG, di dapatkan bahwa
kadar air ketuban mengurang dan umur kehamilan sudah 40 minggu, tidak adanya
tanda-tanda kontraksi dan dokter mengintruksikan untuk pemberian rangsangan atau
induksi melalui vagina ibu

Anda mungkin juga menyukai