Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Keperawatan Maternitas

Oleh:
Anius Wandik
1490122145

PROGRAM PROFESI NERS XXIX


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
TA/2023
A. Pengertian
Ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Sofian, 2012). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan
manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah
dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput ketuban yang
mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu dan
setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya.

B. Anatomi dan Fisiologi


Air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan
selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban
(loquoramnii). Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml:
warna agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis. Cairan ini dengan
berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam
anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat rambut lanugo
(rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata- rata 2,6%
perliter,sebagian besar sebagai albumin. Warna air ketuban ini menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan
mengeluarkan empedu). Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel
yang terdapat di dalam air ketuban dengan melakukan fungsi kedalam ruang
ketuban Rahim melalui dinding depan perut unutk memperoleh sampel cairan
ketuban (amniocentesis). Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga 16
dengan ultra sonografi ditentukan sebelum letak plasenta, untuk menghindari
plasenta ditembus. Fungsi melalui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan
pencemaran liquir amni oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma
pada janin. Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu dengan
kemungkinan sensitive (sensitization), dan abortus,meskipun ini jarang diterjadi,
maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa dikerjakan bila ada indikasi
yang tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
1. Melindungi janin terhadap trauma luar
2. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
3. Melindungi suhu tubuh janind. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat
partus, sehingga serviks membuka
4. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan
mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami
infeksi.
5. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminumyang
kemudian dikeluarkan melalui kencing.

Fisiologi selaput ketuban


Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah
membrane yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur
avascular khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia.
Amnion adalah jaringan yang menetukan hampir semua kekuatan regang
membrane janin. Dengan demikian, pembentukan komponen-komponen amnion
yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan
persalinan. Amnion (selaput ketuban) merupakan membrane internal yang
membungkus janindan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan
transparan.
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus. Ketika
amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini meliputi embrio yang sedang
berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya. Distensi kantong amnion
akhirnya mengakibatkan kantong tersebut menempel dengan bagian didalam
ketuban (interior korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama
mengakibatkan kantong tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban
(entrior korion), amnion dan korion walaupun sedikit menempel tidak pernah
berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada
waktu atterm. amnion normal mempunyai tebal 0,02 sampai 0,5 mm.

C. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum jelas (Sofian, 2012).
Menjelang usia kehamilan cukup bulan, terjadi kelamahan pada selaput janin
yang memicu robekan. Selain itu hal-hal yang bersifat patologis seperti
perdarahan dan infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya KPD (Rukiyah dan
Yulianti, 2010). Penyebab terjadinya KPD diantaranya karena trauma pada perut
ibu, kelainan 8 letak janin dalam rahim, atau pada kehamilan grande multipara
(Manuaba, 2009). KPD disebabkan oleh berkurangnya kekuatan membran
karena suatu infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks atau
meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut
(Prawirohardjo, 2009)

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2) Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
1) Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan
dunia luar.
2) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
3) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi. (Prawirohardjo, 2010)
E. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat,
cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Sunarti, 2017).

F. Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi
ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan inpartu
terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara
konservatif dan aktif (Prawirohardjo, 2010). Pada kehamilan kurang 32 minggu
dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah baring, diberikan sedatif berupa
fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid,
seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis, apabila
terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan
terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan. Pada kehamilan
lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan apabila tidak ada his
maka lakukan induksi persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan
pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam kurang dari 5
cm (Sukami, 2013). Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan
> 37 minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea.
Dapat diberikan misoprostol 25µg-50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
(Khafidoh,2014).
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janinlangsung berhubungan dengan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten (Taufan, 2011).
1. Konservatif
Penanganan secara konservatif yaitu:
a. Rawat di rumah sakit.
b. Beri antibiotik: bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisilin 4x500
mgatau gentamycin 1x 80 mg.
c. Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama air ketuban
masihkeluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
(halini sangat tergantung pada kemampuan keperawatan bayi
prematur).
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin
e).
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru-paru janin.
2. Aktif
Penanganan secara aktif yaitu:
a. Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan
seksiosesarea. Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam dektrosa 5 %,
dimulai4 tetes sampai maksimum 40 tetes/ menit.
b. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan secsio sesarea.
c. Bila ada tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri (Taufan, 2011).

G. Kemungkinan data fokus

1. Wawancara
a. Identitas Pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,


pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik.
b. Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Anamnesa yang perlu diarahkan untuk menggali keluhan utama


(Manurung et al., 2011).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Apabila sekarang selama kehamilan ibu menderita penyakit
menahun, menurun, dan menular seperti jantung, hipertensi, ginjal,
DM, TBC, Hepatitis, dan lain-lain.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu hamil yaitu penyakit
menahun seperti jantung, penyakit menurun seperti hipertensi, DM,
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, PMS baik yang sudah
sembuh/yang masih dalam penyembuhan (Mochtar, 1998).
4) Riwayat Penyakit Keluarga

Data ini meliputi penyakit keluarga yang bersifat penyakit


keturunan (asma, diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar)
dan penyakit kronis (Manurung et al., 2011).

5) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker


serviks yang perlu diketahui adalah:

6) Riwayat kehamilan/persalinan/postnatal

Adakah riwayat kehamilan/persalinan/abortus sebelumnya


(dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida/para/abortus), berapa
jumlah anak hidup. Ada/tidaknya masalah pada
kehamilan/persalinan sebelumnya seperti prematuritas, cacat
bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya. Penolong
persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat
(Ratnawati, 2017).
7) Riwayat KB

Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.


Penggunaan KB yang lalu.

8) Riwayat kesehatan reproduksi (menarche, menstruasi, penyakit


kesehatan reproduksi, dll)
Siklus haid, lama haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan haid
lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya (Manurung et al.,
2011).

2. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Keadaan umum (kesadaran, TTV)

a) Data Fisik

1) Kepala dan rambut

Apakah ada edema pada wajah, adakah cloasma gravidarium

2) Mata
Pada mata adakah pucat pada konjungtiva, adakah ikhterus
pada sklera dan oedem pada palpebra
3) Hidung

Pada hidung adakah pengeluaran cairan atau polip

4) Mulut

Pada mulut adakah gigi yang berlubang, lihat keadaan lidah

5) Telinga

Pada telinga adakah pengeluaran dari saluran luar telinga.

6) Leher

Pada leher apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan


pembuluh limfe.

7) Dada dan punggung

Bentuk simetris atau tidak, frekuensi pernafasa, ada suara nafas


tambahan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, bunyi jantung
abnormal atau tidak, frekuensi jantung.
8) Abdomen

Bentuk simetris atau tidak, bising usus, ada distensi abdomen


atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada massa tidak
9) Genetalia

Lihat adanya luka, varices, atau pengeluaran cairan ketuban

10) Ekstremitas

Apakah ada edema, apakah kuku pucat, apakah ada varices dan
bagaimana refleks patella
3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria laboratorium
yang digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (lebih dari
15.000/uL), adanya peningkatan C-reactive protein cairan ketuban
serta amniosentesis untuk mendapatkan bukti yang kuat (misalnya
cairan ketuban yang mengandung leukosit yang banyak atau bakteri
pada pengecatan gram maupun pada kultur aerob maupun anaerob).
c. Tes lakmus (Nitrazine Test)
Tes untuk mengetahui pH cairan, di mana cairan amnion memiliki pH
7,0-7,5 yang secara signifikan lebih basa daripada cairan vagina
dengan pH 4,5-5,5. jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban. Normalnya pH air ketuban berkisar
antara 7-7,5. Namun pada tes ini, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan positif palsu. (Nugroho, 2010)
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS: Gravida Nyeri akut

- Klien mengeluh nyeri pada ↓


bagian abdomen
His yang berulang
DO:

- Klien tampak meringis
Kontraksi dan
- Klien tampak gelisah
pembukaan serviks
- Skala nyeri (1-10)

- Nadi meningkat Mengiritasi
nervus
pundendalis

Stimulus
nyeri

Nyeri Akut
2. DS: Ketuban Pecah Ansietas
Sebelum Waktu
- Klien mengatakan cemas

DO:
- Tampak gelisah Air ketuban
- Tampak tegang terlalu
- Nadi meningkat banyak
keluar

Distosia (partus
kering)

Laserasi
jalan lahir

Kecemasan
ibu terhadap
janin dan dirinya

I. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik

2) Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal

3) Risiko Infeksi b.d ketuban pecah sebelum waktunya

4) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi


J. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri Akut Tupan : Observasi
Setelah dilakukan intervensi
- Identifikasi lokasi,
- Untuk menentukan
keperawatan selama 3x24
karakteristik, durasi,
intervensi selanjutnya
jam diharapkan nyeri teratasi
frekuensi, kualitas,
Tupen :
intensitas nyeri
Setelah dilakukan intervensi
- Untuk mengetahui skala
- Identifikasi skala nyeri
keperawatan selama 1x24
nyeri yang di alami
jam diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi faktor yang
- Mengetahui faktor -
menurun memperberat dan
faktor penyebab nyeri
Kriteria Hasil: memperingan nyeri
Terapeutik - Untuk menurunkan
- Meringis menurun
nyeri
- Berikan teknik non
- Keluhan nyeri
farmakologis untuk - Memberikan rasa
menurun
mengurangi rasa nyeri nyaman
- Gelisah menurun
- Fasilitasi istirahat dan
- Frekuensi nadi
tidur
- Mengetahui strategi
membaik
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
meredakan nyeri
- Membantu mengurangi
- Ajarkan teknik rasa nyeri
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Untuk menurunkan
Kolaborasi
nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Ansietas Tupan : Observasi
Setelah dilakukan intervensi
- Identifikasi saat tingkat
- Untuk menentukan
keperawatan selama 3x24
ansietas berubah
intervensi selanjutnya
jam diharapkan ansietas
(mis.kondisi, waktu,
teratasi
stresor)
Tupen :
- Untuk mengetahui
- Identifikasi kemampuan
Setelah dilakukan intervensi
kemampuan klien dalam
mengambil keputusan
keperawatan selama 1x24
mengambil keputusan
Terapeutik
jam diharapkan tingkat
- Untuk memberikan rasa
ansietas menurun - Ciptakan suasana
nyaman
teraupetik untuk
Kriteria Hasil:
menumbuhkan - Mengetahui penyebab
- Perilaku gelisah kepercayaan ansietas
menurun
- Pahami situasi yang - Untuk membantu klien
- Verbalisasi membuat ansietas dalam mengungkapkan
kebingungan menurun apa yang dirasakan
- Dengarkan dengan
- Frekuensi Nadi penuh perhatian
menurun Edukasi
- Agar klien memahami
- Jelaskan prosedur, apa yang di alami
termasuk sensasi yang
- Untuk membantu
mungkin di alami
menurunkan ansietas
- Anjurkan
mengungkapkan
- Membantu menurunkan
perasaan dan persepsi
ansietas
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
3. Risiko Infeksi Tupan : Observasi
Setelah dilakukan tindakan
- Monitor tanda dan - Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24
gejala infeksi lokal adanya tanda dan gejala
jam diharapkan tidak
dan sistemik infeksi lokal dan
terjadi infeksi.
sistemik
Terapeutik
Tupen :
- Untuk mengurangi
Setelah dilakukan tindakan - Batasi jumlah
keperawatan selama 1x24 resiko infeksi
pengunjung
jam diharapkan klien tidak yang mungkin terjadi
- Cuci tangan sebelum
menunjukan tanda-tanda pada klien
dan sesudah kontak
infeksi. - Untuk mencegah
dengan pasien dan
Kriteria Hasil : terjadinya infeksi lewat
lingkungan pasien
- Tidak ada tanda- kuman pada tangan.
- Pertahankan tekasepti - Untuk mengurangi
tanda infeksi
pada pasien beresiko resiko infeksi
- Tidak ada lagi cairan
tinggi dengan teknik aseptik.
ketuban yang keluar
pervagina. Edukasi - Untuk membantu klien

- DJJ normal mengenal tanda dan


- Jelaskan tanda
gejala infeksi
- Leukosit dan gejala infe ksi
- Untuk menjaga tangan
tetap bersih serta
kembali normal - Ajarkan mencuci
mengurangi resiko
- Suhu tubuh tangan dengan benar
terjadinya infeksi
normal (36,5- - Anjurkan
- Untuk meningkatkan
37,5ºC) meningkatkan asupan
pemenuhan nutrisi klien
nutrisi
4. Defisit Pengetahuan Tupan : Observasi
Setelah dilakukan intervensi
- Identifikasi kesiapan
keperawatan selama 3x24
dan kemampuan
jam diharapkan defisit - Untuk mengetahui
menerima informasi
pengetahuan teratasi tingkat pengetahuan
Terapeutik
Tupen : klien
- Sediakan materi dan
Setelah dilakukan intervensi
- Membantu klien
media pendidikan
keperawatan selama 1x24
memahami materi yang
kesehatan
jam diharapkan tingkat
diberikan
pengetahuan meningkat - Berikan kesempatan
- Untuk memberikan
Kriteria Hasil: untuk bertanya
informasi yang dapat
Edukasi
- Perilaku sesuai anjuran
dipahami klien
meningkat - Jelaskan penyebab dan
- Agar klien dapat
faktor resiko penyakit
- Pertanyaan tentang - Ajarkan cara mengetahui resiko yang
masalah yang dihadapi meredakan atau dapat mempengaruhi
menurun mengatasi gejala yang kesehatan
dirasakan
- Persepsi yang keliru - Untuk membantu klien
terhadap masalah - Anjurkan melapor jika mengatasi apa yang
menurun merasakan tanda dan dirasakan
gejala memberat atau
- Untuk membantu
tidak biasa
mengetahui keluhan apa
yang di alami klien
DAFTAR PUSTAKA

Ayu ida, Manuaba, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2,
Jakarta: EGC.
Karlinah, N., E. Yanti, & N. Arma. 2015. Bahan ajar embriologi manusia.
Deepublish, Yogyakarta: xii + 447 hlm
Prawiroharjo S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono 100
Prawirohardjo
Rukiyah Y dan Yulianti Lia, 2010. Asuhan Kebidanan IV, Trans Info Media. Jakarta
172-190
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri
Sosial. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai