Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASFIKSIA


Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat

Disusun Oleh:
Anius Wandik
NIM : 1490122145

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIXX


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TA 2023
1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan inibiasanya disertai
dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena
kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti mengembangkan paru (Sudarti dan fauzizah, 2013).

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara


spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir.
Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat
bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia
sekunder) (Fauziah dan Sudarti, 2014).

Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.(Fauziah dan Sudarti , 2014).

2. Anatomi Fisiologi
Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (Oksigen) kedalam tubuh serta menghembuskan CO2
(karbondioksida) sebagi sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun kegunaan
pernafasan yaitu : mengambil O2 yang kemudian dibawa keseluruh tubuh untuk
mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran
karena tidak digunakan lagi oleh tubuh dan menghangatkan dan melembabkan
udara (Syaiffudin, 2016).

3. Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia menurut Mochtar
(1989) adalah :
a. Asfiksia dalam kehamilan
1) Penyakit infeksi akut
2) Penyakit infeksi kronik
3) Keracunan oleh obat-obat bius
4) Uraemia dan toksemia gravidarum
5) Anemia berat
6) Cacat bawaan
7) Trauma
b. Asfiksia dalam persalinan
1) Kekurangan O2
2) Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
3) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri
4) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
5) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
6) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
7) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
8) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
9) Paralisis pusat pernafasan
10) Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
11) Trauma dari dalam : akibat obat bius
Menurut Betz et al. (2001), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia, yaitu :
a. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik
atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
2) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini
sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin.
d. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,
trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial,
kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul mulai dari saat kehamilan hingga
kelahiran bayi yang berupa :
a. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
3) Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
b. Pada bayi setelah lahir
1) Bayi pucat dan kebiru-biruan
2) Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3) Hipoksia
4) Asidosis metabolik atau respiratori
5) Perubahan fungsi jantung
6) Kegagalan sistem multiorgan
7) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata yang terdiri
dari tremor kecil yang cepat ke satu arah dan yang lebih besar, lebih
lambat, berulang-ulang ke arah yang berlawanan) dan menangis kurang
baik/tidak baik.

5. Patofisiologi
Janin yang kekurangan O2 sedangkan kadar CO2-nya bertambah, akan
menyebabkan muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut
jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali
secara teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun disebabkan
karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh yang
sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme
asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah
bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O 2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di
otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan.

Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan


ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak
tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
b. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asfiksia berat.
Pemeriksaan apgar untuk bayi :
NILAI APGAR SCORE
TANDA
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada Lambat, < 100 x/mnt > 100 x/mnt
Usaha Napas Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
Tonus Otot Lunglai Beberapa fleksi ekstremitas Gerakan aktif
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
napas dibersihkan
Warna Kulit Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda seluruhnya
ekstremitas biru

Keterangan :
Nilai 0-3   : Asfiksia berat
Nilai 4-6   : Asfiksia sedang
  Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi
bayi baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi
karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan
Fauziah, 2016 ) yaitu :
a. Pemeriksaan analisa gas darah
b. Pemeriksaan elektrolit darah
c. Berat badan bayi
d. Penilaiaan APGAR Score
e. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asfiksia (Surasmi, 2017) adalah :
a. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
c. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :
1) Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus
dada, perut dan punggung
2) Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan resusitasi mouth
to mouth
3) Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia dengan
cara : membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi harus dalam
keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi, kepala bayi
ditutup dengan baik atau kenakan topi,
d. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan antromentri dan
pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan mengenakan tanda
pengenal bayi.

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisa data.
1) Biodata
a) Identitas klien meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, no medrec, diagnosa
medis.
b) Identitas penanggung jawab meliputi nama penanggung jawab,
hubungan dengan klien, alamat
2) Survey Primer
a) Airway
Bersihkan jalan nafas dahulu.
b) Breathing
Lakukan bantuan nafas sederhana. Kebanyakan bayi akan
membaik hanya dengan ventilasi
c) Circulation
Jika tidak ada/nadi dibawah 60, lakukan pijatan jantung. Dua
tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan kompresi
dada dan ventilasi.
3) Survey Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari
riwayat keperawatan (Riwayat penyakit sekarang) riawayat penyakit
dahulu, (riwayat keluarga) dan pengkajian kepala sampai kaki.

b. Pemeriksan fisik
a) Kulit kepala
Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau cairan dalam
ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka), molase, periksa
hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur lingkar kepala
dimulai dari lingkar skdipito sampai frontal.
b) Mata
Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau pus.
Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf mata
kepala.
c) Hidung dan Mulut
Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap, dinilai saat bayi
menyusui.terdapat nafas cuping hidung, terdapat secret
d) Telinga
Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
e) Leher
Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid
f) Dada
Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan dinding dada
dan lihat puting susu (simetris atau tidak), klien tampak sesak, pola nafas
abnormal
g) Abdomen
Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
h) Genitalia
Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam skrotum.
Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah vagina
berlubang dan uretra berlubang
i) Punggung
Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek di punggung
dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi, bayi akan
mengikuti gerakan dari doresan jari kita.
j) Anus
Periksa lubang anus bayi.
k) Ektremitas
Pada saat inspeksi lihat apakah adanya edema, gerakan, dan sensasi harus
diperhatikan hitung juga jumlah jari bayi
l) Kulit
Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir, terdapat sianosi,warna kulit
abnormal
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Bersihan jalan
- Asfiksia nafas tidak
DO: efektif b.d
- Keadaan umum lemah Paru-paru terisi cairan produksi mukus
- Wajah pucat berlebih
- Apgar Skor 5 Bersihan jalan nafas tidak

- Adanya pernafasan efektif

cuping hidung
- Terdapat secret
2 DS: Asfiksia Pola nafas tidak
- efektif b.d
DO: Janin kekurangan O2 dan kadar hipoventilasi/
- Mukosa bibir kering CO2 meningkat hiperventilasi
- Klien tampak sesak
- Terdapat pernafasan Nafas cepat
cuping hidung
Apneu

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

3 DS: Asfiksia Gangguan


- Dispneu pertukaran gas
DO: Paru-paru terisi cairan b.d
- Gelisah ketidakseimbang
- Sianosis Asidosis respiratorik an perfusi
- Warna kulit abnormal ventilasi
- Pola nafas abnormal Gangguan perfusi ventilasi

Gangguan pertukaran gas


d. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus berlebih
2) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
e. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan kebutuhan oral/ 1. Untuk memungkinkan
nafas tidak efektif asuhan keperawatan diha- suction tracheal. reoksigenasi.
b.d produksi rapkan bersihan jalan nafas 2. Auskultasi suara nafas 2. Pernapasan bising, ronki dan
mukus berlebih kembali efektif, dengan sebelum dan sesudah mengi menunjukkan tertahan-
kriteria hasil : suction. nya secret.
3. Beritahu keluarga tentang 3. Membantu memberikan infor-
Indikator AT suction. masi yang benar pada keluarga.
4. Bersihkan daerah bagian 4. Mencegah obstruksi/aspirasi.
Tidak menunjukkan
tracheal setelah suction
demam
selesai dilakukan.
Tidak menunjukkan 5. Monitor status oksigen 5. Membantu untuk
cemas pasien, status hemodinamik mengidentifikasi perbedaan
Rata-rata repirasi segera sebelum, selama dan status oksigen sebelum dan
dalam batas normal sesudah suction sesudah suction.
Pengeluaran sputum
melalui jalan nafas
Tidak ada suara nafas
tambahan
Tidak adanya sianosis
PaCO2 dalam batas
normal
PaO2 dalam batas
normal

Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
1.
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kepatenan 1. Untuk menghilangkan mucus
efektif b.d asuhan keperawatan diharap- jalan nafas dengan yang terakumulasi dari
hipoventilasi/ kan pola nafas menjadi efektif melakukan pengisapan nasofaring, tracea.
hiperventilasi dengan kriteria hasil : lender
2. Auskultasi jalan nafas 2. Bunyi nafas menurun/tak ada
Indikator AT untuk mengetahui adanya bila jalan nafas obstruksi
penurunan ventilasi sekunder. Ronki dan mengi
Pasien menunjukkan
menyertai obstruksi jalan
pola nafas yang efektif
nafas/kegagalan pernafasan.
Ekspansi dada simetris 3. Berikan oksigenasi sesuai 3. Memaksimalkan bernafas dan
Tidak ada bunyi nafas kebutuhan menurunkan kerja nafas.
tambahan
Kecepatan dan irama
respirasi dalam batas
normal

Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi 1. Penurunan bunyi nafas dapat
pertukaran gas b.d keperawatan pada pasien diha- nafas, kedalaman nafas dan menunjukkan atelektasis. Ronki,
ketidakseimbangan rapkan pertukaran gas teratasi, produksi sputum mengi menunjukkan akumulasi
perfusi ventilasi dengan kriteria hasil : secret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang
Indikator AT dapat menimbulkan peningkatan
kerja pernafasan.
Tidak sesak nafas
2. Pantau saturasi O2 dengan 2. Penurunan kandungan oksigen
Fungsi paru dalam oksimetri (PaO2) dan/atau saturasi atau
batas normal peningkatan PaCO2
menunjukkan kebutuhan untuk
Keterangan : 3. Berikan oksigen tambahan intervensi/perubahan program
1. Keluhan ekstrim yang sesuai. terapi.
2. Keluhan berat 3. Alat dalam memperbaiki
3. Keluhan sedang hipoksemia yang dapat terjadi
4. Keluhan ringan sekunder terhadap penurunan
5. Tidak ada keluhan ventilasi/menurunnya
1. permukaan alveolar paru.
f. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan atau kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Evaluasi pada asuhan keperawatan dilakukan secara
sumatif dan formatif
DAFTAR PUSTAKA

Syaiffudin. 2016. Asuhan Bayi Baru Lahir Dan Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Dengan Asfiksia. Jakarta : JNPK
Sudarti dan Fauziah, 2016. Patologi kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus
resiko tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika
Surasmi. 2017. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Cukup Bulan. Jurnal
Berkala Ilmu Kedokteran vol 37, 143-145
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-
2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai