ASFIKSIA
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan tindakan perawatan
terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian
besar terjadi pada waktu persalinan (Manuaba, I. B. G, 2010).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (Jitowiyono, Sugeng, 2010).
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2015).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga
dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2010)
B. Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia menurut Mochtar (2016) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu
sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
g. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
h. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
i. Paralisis pusat pernafasan
j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
k. Trauma dari dalam : akibat obat bius
Menurut Betz et al. (2011), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali
pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
Keterangan :
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
Pemeriksaan Downe Score pada bayi :
Kriteria 0 1 2
Pernapasan <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan pemberian walaupun diberi
oksigen oksigen
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar tanpa
dengan stetoskop alat bantu
Evaluasi
Total Diagnosis
<4 Gangguan pernapasan ringan
4-5 Gangguan pernapasan sedang
>6 Gangguan pernapasan berat, diperlukan analisis gas darah
E. Pathway
Asfiksia dalam persalinan Faktor ibu
Asfiksia dalam kehamilan a. Kekurangan O2 a. Hipoksia ibu
a. Penyakit infeksi b. Partus lama b. Gangguan
akut (CPD, rigid aliran darah
b. Penyakit infeksi serviks dan uterus
kronik atonia/ insersi Faktor plasenta
c. Keracunan oleh uteri) Faktor fetus
obat-obat bius c. Tekanan terlalu Faktor neonatus
d. Uraemia dan kuat dari kepala
toksemia anak pada
gravidarum plasenta.
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
ASFIKSIA
Muncul rangsangan
terhadap nervus
Bayi kekurangan O2 dalam simpatikus
kadarCO2 meningkat
Reflek menghisap
DJJ menjadi lebih cepat
lemah
Nafas cepat Suplai O2 ke
paru menurun Irreguler dan menghilang
Intake nutrisi
MK :
tidak adekuat Janin akan mengadakan
Pola Nafas Takipneu
pernafasan intrauterin
Tidak Efektif
Asupan gizi
Apneu primer
berkurang Paru-paru terisi
Gangguan
cairan ketuban
Denyut jantung dan metabolisme &
MK : Defisit Nutrisi dan mekonium
tonus otot menurun perubahan asam
basa Bronkus
Nafas cepat dan dalam tersumbat dan
H. Refleks Nounatus
1. Refleks Moro
Jika bayi dikagetkan oleh suara keras, gerakan mendadak atau seperti memeluk bila
ada rangsangan, cahaya atau posisi secara mendadak, seluruhtubuhnya bereaksi dengan gerakan kaget ,
yaitu gerakan mengayunkan/merentangkan lengan dan kaki seolah ia akan meraih sesuatu dan
menariknya dengan cepat ke arah dada dengan posisi tubuh meringkuk seperti berpegangan dengan erat,
mendorong kepala ke belakang, membuka mata, dan mungkin menangis.
Terjadi pada usia 1-2 minggu dan akan menghilang ketika berusia 6 bulan
2. Reflek Rooting
Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan memutar kepala ke arah benda itu dan
membuka mulutnya. Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu.
Refleks mengisap (sucking)
3. Refleks Swallowing
Muncul ketika benda-benda yang dimasukkan kedalam mulut, seperti puting susu ibu dan bayi
akan berusaha menghisap lalu menelan. Proses menelan ini yang disebut reflek swallowing.
Reflek ini tidak akan hilang
4. Reflek Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel
atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka
menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
5. Reflek Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
6. Reflek Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat
7. Refleks tonic neck
Ketika kedua tangan bayi diankat, bayi akan berusaha mengankat kepalanya Jika bayi baru lahir
tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek initerus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi
dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek
tonickneck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi
untuk mencapai gerak sadar.
8. Refleks tonic Labyrinthine / labirin
Pada posisi telentang, reflek ini dapat diamati dengan menggangkat tungkai bayi beberapa saat
lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akan bertahan sesaat, kemudian jatuh. Reflek ini akan hilang pada
usia 6 bulan
9. Refleks palmar grasping
Bayi baru lahir menggenggam/merenggut jari ibu jika ibu menyentuh telapak tangannya.
Genggaman tangan ini sangat kuat hingga ia bisa menopang seluruh berat badan jika ibu mengangkatnya
dengan satu jari tergenggam dalam setiap tangannya. Gerakan refleks ini juga terdapat ditelapak kaki
yang melengkung saat di sentuh. Gerakan refleks ini hilangs etelah beberapa bulan. Ia harus belajar
menggenggam dengan sengaja.Menurun setelah 10 hari dan biasanya menghilang setelah 1 bulan.Untuk
gerakan kaki berlanjut hingga 8 bulan
10. Refleks Crawling
Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, iamembentuk posisi merangkak karena
saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya
11. Refleks Stepping (berjalan dan melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak kakinya menyentuh
permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti
melangkah ke depan. Jika tulang keringnya menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya seperti akan
melangkahi benda tersebut. Refleks berjalan ini akan hilang dan berbeda dengan gerakan berjalan normal,
yang ia kuasai beberapa bulan berikutnya.Menurun setelah 1 minggu dan akan lenyap sekitar 2 bulan
12. Reflex Babinski
Jari-jari mencengkram/hiperekstensi ketika bagan bawah kaki diusap, indikasi
syaraf berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan
13. Refleks blinking
Jika bayi terkena sinar atau hembusan angin, matanya akan menutupatau dia akan mengerjapkan
matanya
14. Refleks yawning
Yakni refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, biasanya kemudian disertai dengan tangisan
15. Reflek Plantar
Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar
satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan menggosokkan sesuatu di telapan
kakinya, maka jari -jarikakinya akan melekuk secara erat
16. Reflek Swimming
Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisi air, ia akan mulai
mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang.Reflek ini akan menghilang pada usia empat sampai
enam bulan. Reflek ini berfungsi untuk membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan
mulai mengayuh dan menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko. Bayi
akan menelan banyak air pada saat itu
17. Reflek Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan. bayi merespon dengan mendorongnya keluar
harus menghilang pada usia 4 bulan
18. Reflek Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku
tangan tetap tergenggam
19. Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh
membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
20. Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
bergerak ke arah sisi yang terstimulasi
21. Reflek batuk dan bersin :
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan
22. Reflek leher asimetrik tonik
Caranya : baringkan sekecil , lalu miringkan kekiri misalnya .
reaksi : tangan kiri bayi akan merentang lurus keluar dan tangan kanannya akan menekuk
kearah kepala atau muka
23. Reflek mempertahankan diri (breathing reflek):
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal mrs, tanggal
pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
b. Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
umur)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Kesulitan bernafas akibat bersihan jalan nafas atau hipoksia janin akibat otot
pernapasan yang kurang optimal.
b. Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal, posnatal)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit
lainnya.
d. Kebutuhan dasar
- Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/IV.
Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
- Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
- Makanan/ cairan
Berat badan : 2500-4000 gram
Panjang badan : 44-45 cm
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
- Neurosensori
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
- Pernafasan
Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak
: kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
- Keamanan
Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal
: kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis
mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda
internal)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi air ketuban dan mekonium dalam paru
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan kadar CO2 di paru
4. Resiko Perfusi cerebral tidak efektif d.d kurangnya suplai darah dan O2 ke jaringan
cerebral
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter&Perry, 2011).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan
keperawatan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Potter&Perry, 2011).