A. Konsep Thalasemia
2.1. Definisi Thalasemia
Istilah talasemia, yang berasal dari kata yunani thalassa dan memiliki makna “laut”,
digunakan pada sejumlah kelainan darah bawaan yang ditandai defisiensi pada kecepatan
produksi rantai globin yang spesifik dalam Hb (Wong, 2014).
Talasemia merupakan kelompok gangguan darah yang diwariskan, dikarakteristikkan
dengan defisiensi sintesis rantai globulin spesifik molekul hemoglobin (Muscari, 2015).
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk
kedalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sistem
hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin (Nurarif, 2013).
Sindrom talasemia merupakan kelompok heterogen kelainan mendelian yang ditandai
oleh defek yang menyebabkan berkurangnya sintesis rantai α- atau β-globin (Mitcheel,
2014).
Thalasemia adalah penyakit yang diturunkan kepada anaknya. Anak yang mewarisi gen
thalasemia dari satu orangtua dan gen normal dari orangtua yang lain adalah seorang
pembawa (carriers). Anak yang mewarisi gen thalasemia dari kedua orangtuanya akan
menderita thalasemia sedang sampai berat (Munce & Campbell, 2014).
2.5. Patofisiologi
Konsekuensi berkurangnya sintesis salah satu rantai globin berasal dari kadar
hemoglobin intrasel yang rendah (hipokromia) maupun kelebihan relatif rantai lainnya.
a. Talasemia-β: Dengan berkurangnya sintesis β-globin, rantai α tak terikat yang
berlebihan akan membentuk agregat yang sangat tidak stabil dan terjadi karena
kerusakan membran sel; selanjutnya, prekursor sel darah merah dihancurkan dalam
sumsum tulang (eritropoiesis yang tidak efektif) dan sel-sel darah merah yang
abnormal dihilangkan oleh fagosit dalam limpa (hemolisis). Anemia yang berat
menyebabkan ekspansi kompensatorik sumsum eritropoietik yang akhirnya akan
mengenai tulang kortikal dan menyebabkan kelainan skeletal pada anak-anak yang
sedang tumbuh. Eritropoiesis yang tidak efektif juga disertai dengan absorpsi besi
yang berlebihan dari makanan; bersama dengan transfusi darah yang dilakukan
berkali-kali, absorpsi besi yang berlebihan ini akan menimbulkan kelebihan muatan
besi yang berat.
b. Talasemia α disebabkan oleh ketidakseimbangan pada sintesis rantai α dan non-α
(rantai α pada bayi; rantai α setelah bayi berusia 6 bulan). Rantai α yang bebas akan
membentuk tetramer ini akan merusak sel-sel darah merah serta prekursornya. Rantai
α yang bebas akan membentuk tetramer yang stabil (Hb Bars) dan tetramer ini
mengikat oksigen dengan kekuatan (aviditas) yang berlebihan sehingga terjadi
hipoksia jaringan (Mitcheel, 2017).
2.6. Pathway
Thalasemia β Thalasemia α
MK : Perfusi
Perifer Tidak Energy yang
Efektif dihasilkan
Kelemahan fisik
MK : Intoleransi
2.7. Pemeriksaan Penunjang Aktivitas
2.8. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah rutin
2. Splenektomi
3. Transplantasi sel induk hemopoietik merupakan satu-satunya pilihan kuratif (hanya
direkomendasikan untuk anak yang memiliki donor saudara yang sesuai).
4. Risiko kerusakan organ akibat kelebihan beban zat besi setelah transfusi rutin dapat
diminimalkan dengan pemberian jangka panjang obat kelasi, seperti desferioksamin,
yang berikatan dengan zat besi dan memungkinkan zat besi diekskresikan kedalam
urine
(Brooker, 2017).
2.9. Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang
berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi,
sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan
lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa
yang besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda
hiperspleenisme seperti leukopenia dan trompositopenia. Kematian terutama disebabkan
oleh infeksi dan gagal jantung.
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa
terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes
2.10. Klasifikasi
a. Talasemia minor
Pada talasemia β minor, terdapat sebuah gen globin β yang normal dan sebuah
gen abnormal. Elektroforesis hemoglobin (Hb) normal, tetapi hemoglobin A2
(hemoglobin radimeter yang tidak diketahui fungsinya) meningkat dari 2% menjadi
4-6%.
Pada talasemia α minor, elektroforesis Hb dan kadar HbA2 normal. Dianosis
ditegakkan dengan menyingkirkan talasemia β minor dan defisiensi besi.
Kedua keadaan minor ini mengalami anemia ringan (Hb 10.0-12.0 g/dL dan
MCV = 65-70 fL). Pasangan dari orang-orang dengan talasemia minor harus
diperiksa. Karena kerier minor pada kedua pasangan dapat menghasilkan keturunan
dengan talasemia mayor.
b. Talasemia mayor
Talasemia mayor adalah penyakit yang mengancam jiwa. Talasemia mayor β
disebabkan oleh mutasi titik (kadang-kadang delesi) pada kedua gen globin β,
menyebabkan terjadinya anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan, seiring dengan
turunnya kadar hemoglobin fetal. Anak-anak yang tidak diterapi memiliki postur
tubuh yang kurus, mengalami penebalan tulang tengkorak, splenomegali, ulkus pada
kaki, dan gambaran patognomonik „hair on end‟ pada foto tengkorak. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan anemia mikrositik berat, terdapat sel terget dan sel darah
merah berinti pada darah perifer, dan titik terdapat HbA. Transfusi darah, untuk
mempertahankan kadar hemoglobin normal dan menekan produksi sel darah merah
Kadar hemoglobin normal dan menekan produksi sel darah merah abnormal, akan
menghasilkan perkembangan fisik yang normal. Kelebihan besi karena seringnya
transfusi menyebabkan kecacatan serius dan kematian pada usia 25 tahun, kecuali
bila dicegah dengan menggunakan desferioksamin. Kebanyakan pasien talasemia
yang diterapi dengan baik bertahan sampai usia 30 dan 40 tahun. Tranplantasi
sumsum tulang depat dipertimbangkan jika ditemukan donor saudara kandung yang
cocok.
Talasemia α mayor hydrops fetalis) sering kali berakhir dengan kematian
intauterin dan disebabkan oleh delesi keempat gen globin α. Kadang-kadang,
diagnosis ditegakkan lebih awal, jika transfusi darah intrauterin dapat
menyelamatkan hidup. Transfusi seumur hidup penting seperti pada talasemia β.
c. Talasemia intermedia
Tingkat keparahan dari talasemia berada diantara talasemia minor dan
talasemia mayor. Beberapa kelainan genetik yang berada mendasari keadaan ini.
Yang paling sering adalah talasemia β homozigot di mana satu atau kedua gen masih
memproduksi sejumlah kecil HbA. Delesi pada tiga dari empat gen globin α
(penyakit HbH) menyebabkan gambaran serupa, dengan anemia yang agak berat
sekitar 7-9 s/dL dan splenomegali. Secara definisi, penderita talasemia intermedia
tidak tergantung kepada transfusi. Splenektomi dapat dilakukan untuk mengurangi
anemia (Patrick, 2015).
B. Konsep Tumbuh Kembang
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2000).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak, yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan
anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).
2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal
ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan
menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan
mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur
yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
masing-masing anak.
cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
1) Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang
Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami
proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan
fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut
kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh
(Harahap, 2004).
sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui
periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”,
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier
dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis
status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran
a. Pertumbuhan linier
lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan
keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu
lampau. Ukuran linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan
bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa
tubuh adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit,
apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan.
Ukuran massa jaringan yang sering digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk,
2002).
1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian mengurang
2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
(kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi
bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1 tahun
2) Perkembangan Anak
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
(Soetjiningsih, 2000).
perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam
terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke
waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya
perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak
dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik,
motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai
lingkungannya).
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan
berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat
badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat
dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
menulis, dan sebagainya. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri
• merangkak
• mengambil benda kecil dengan ibu
• berdiri dan berjalan beberapa
jari atau telunjuk
langkah
• membuka 2-3 halaman buku secara
• berjalan cepat
bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak
• menyusun menara dari balok
jatuh
• memindahkan air dari gelas ke gelas
• merangkak di tangga
lain
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menarik dan mendorong benda-
• menyalakan TV dan bermain remote
benda berat
• belajar mengupas pisang
• melempar bola
Usia 2-3 tahun
• melompat-lompat
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit
• menggambar garis tak beraturan
• menendang bola
• memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur
• belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak
• mengancingkan baju
tangga terakhir
• memakai baju sendiri
• berdiri dengan 1 kaki
independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah
barisberbaris.
sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan).
kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan untuk anak umur
neonatus
3. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale, berfungsi terutama menaksir
kasar, motorik halus, adaptif, perilaku sosial dan bahasa, diguanakn pada
dan intelektual.
Perkembangan Motori :
oleh Depkes.
3) Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat
imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang
ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat
2010).
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
Soetjiningsih (2000):
2) Dalam priode tertentu ada masa percepatan dan ada masa perlambatan. Terdapat 3
(tiga) periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun,
3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya
berbeda.
5) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum
3) Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsusmsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih
(Supariasa dkk, 2002). Dr. Minarto mengatakan bahwa, selain gizi kurang dan gizi
buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi yang perlu perhatian lebih
(Redaksi, 2010).
serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian gizi adalah proses yang digunakan
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian status gizi
secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi
secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia
a. Pengukuran Anthropometri
“Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun
1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai, pengukuran pada variasi
dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajad
1) Jenis parameter
a) Umur
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Jadi perhitungan
umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
b) Berat Badan
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
c) Tinggi Badan
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan
dalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), atau juga indeks
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang
tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer.
b) Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia
c) Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula
d) Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas,
yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai
disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga.
3) Indeks Antropometri
ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku HARVARD (Rahma, 2010).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang
labil maka berat badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U
dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua
digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tubuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh definisi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang) (Supariasa, 2002).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Umumnya untuk survei klinis secara
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat (rapid clinical surveys)
tkita-tkita klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (sympton) atau riwayat penyakit
(Supariasa, 2002).
c. Biokimia
Yaitu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).
d. Biofisik
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of
night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 penilaian yaitu
pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini
a. Wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang
(check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
pemasukan makanan yang tidak adekuat, gangguan pencernaan atau absorbsi, atau
kelebihan makan. Kekurangan gizi merupakan tipe dari malnutrisi. Asupan zat gizi dari
makanan yang dikonsumsi kemudian akan menghasilkan dampak pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pertumbuhan anak yang dapat dilihat dari status gizinya (Moore,
kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga
untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga.
makanan secara adil dalam keluarga. Dimana sering kali kepentingan budaya bertabrakan
dengan kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek yang perlu ditambahkan
adalah keamanan pangan (food safety) yaitu bagiman makanan bebas dari berbagai racun;
harus mengandung energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral) yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pen damping
harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari
buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada
usia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu
Usia antara 9 sampai 24 bulan merupakan usia kritis dalam kehidupan anak.
Ketika memasuki usia 2 tahun anak harus sudah mulai diperkenalkan makanan biasa
Dengan kebutuhan kalori sekitar 1.100 kalori dan protein sekitar 20 gram dan
jika anak memperoleh makan 3 kali sehari beararti tiap porsi makanan anak harus
mengandung kalori sekitar 350 kalori dan 7,5 gram protein (Moehji,2003).
Tabel 2.1
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya
Tabel 2.2
Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
rata-rata perhari
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh.
Karbohidrat lebih banyak terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari
4) Penghemat protein
karbohidrat akan berakiba pada kekurangan energi. Kekurangan energi terjadi bila
konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan
mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat
badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat
pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan
tubuh. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng,
kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Akibat berat pada bayi dinamakan marasmus dan disertai kekurangan protein
tubuhnya mulai dari merangkak sampai berjalan dan berlari. Untuk melakukan
gerakan itu dibutuhkan energi yang cukup sesuai angka kecukupan gizi berdasarkan
2007).
perkembangan gerak motorik kasar sebagian besar terdapat pada bayi yang dengan
asupan energi <50% yaitu 60,3%. Dengan hasil analisis statistik dengan uji kai
b. Protein
tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Karena itu protein
disebut unsur pembangun (Moehji, 2002). Protein sama halnya dengan karbohidrat,
asam amino juga merupakan senyawa organik yang tersusun dari atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Protein terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta
tersusun atas berbagai macam asam amino yang menyatu dalam berbagai proprsi
dipecah dalam tubuh sebagai sumber energi ketika pasokan karbohidrat dan lemak
tidak mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang darah, kulit dan limfe
berasal dari hewani maupun nabati, Seperti (Depertemen Gizi dan Kesmas, 2009):
Kesmas, 2009).
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Protein
merupakan bagian dari semua sel-sel hidup, hampir setengah jumlah protein terdapat
di otot, 1/5 terdapat di tulang, 1/10 terdapat di kulit, sisanya terdapat dalam jaringan
dengan kekurangan energi yaitu marasmus. ini merupakakan masalah yang banyak
Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif besar jika dibandingkan
dengan orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak perempuan dan laki-laki dalam hal
kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin menurun seiring dengan
mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein.
Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama
Penelitian yang dilakukan oleh Antoni dkk, tahun 2005 di Propinsi Bengkulu
kasar sebagian besar terdapat pada bayi dengan asupan < dari AKG yaitu sebesar
85,0%. Yang dari hasil uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara asupan protein dengan perkembangan motorik kasar bayi (p<0,05) dan
Penelitian yang sama dilakukan oleh Sutrisno pada tahun 2003, Kecamatan
Protein (p = 0,039).
c. Lemak
Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Lemak bersifat larut dalam pelarut
lemak. Lemak yang memiliki titik lebur tinggi berbenuk padat pada suhu kamar
disebut lemak, sedang yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair disebut
vitamin yang juga membantu transportasi, menghemat sintesis protein untuk protein,
dan membantu sekresi asam lambung (Depertemen Gizi dan Kesmas, 2009).
Sebagaimana diketahuai Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang
dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat (Nursalam, 2005).
2007):
Penelitian yang dilakukan oleh Delmi Sulastri dkk, pada tahun 2009 diaman
dilakukan untuk melihat hubungan asam lemak dengan perkembangan anak yang
memperoleh hasil penelitian bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-
rata konsumsi omega 9 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05.
d. Besi (Fe)
tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3 – 5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa. Zat besi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Defisiensi zat
muka pucat. Keberadaan zat besi besi dalam tubuh dapat dilihat dari keberadaan
lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Absorbsi terutama
terjadi di bagian atas usus halus (doudenum) dengan bantuan alat angkut-protein
khusus. Ada dua jenis alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus yang
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat dalm
hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non-hem dalam makanan
nabati(Almatsier).
1) Metabolisme energi. Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein
energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi
dihasilkan ATP.
2) Kemampuan belajar. Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitian-
yang menderita anemia gizi besi dan anak-anak sehat. Beberapa bagian dari otak
mempunyai kadar besi yang tinggi yang diperoleh dari transpor besi yang
dipengaruhi oleh respon transferin. Kadar besi otak yang kurang pada masa
3) Sistem kekebalan. Besi memegang peran penting dalam sistem kekebalan tubuh
Disamping itu sel darah putih yang menghancurka bakteri tidak dapat bekerja
secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzym lain yang berpern
Estimasi prevalensi anemia pada anak-anak dengan usia kurang dari 4 tahun
berfungsi pada bayi dengan kekurangan anemia besi dibandingkan mereka yang
Tanda dan gejala kekurangan zat besi adalah kuku yang rapuh, konstipasi,
masalah pernapasan, luka atau inflamasi pada lidah, anmia, pucat, kelemahan, peke
Seng esensial untuk kehidupan telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun
yang lalu. Tubuh mengandung 2 – 2,5 seng yang tersebar dalam di ran dalam hampir
semua sel. Sebagian besar seng berada dalam hati, pangkreas, ginjal, otot dan tulang
(Almatsier, 2003).
besar dari enzim atau sebagai kofaktor kegiatan pada lebih dari ratusan enzim, seng
dengan sintesis dan degenerasi karbohidrat, lipid dan asam nukleat (Almatsier,
2003).
Seng berperan dalam sel kekebalan tubuh. Yaitu dalam fungsi sel T dan
dalam pembentukan antibodi oleh sel B. Karena seng berperan dalam reaksi-reaksi
yang luas, kekurangan seng akan berperan dalam reaksi-reaksi yang luas, kekurangan
seng akan berpengaruh banyak terhadap jaringan tubuh terutama pada saat
menderita defisiensi gizi. Ini bebrarti bahwa defisensi Zn hampir dipastikan terjadi
masyarakat. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Hadi Riadi di pedesaan Bogor
2006).
pertumbuhan sel, khususnya dalam produksi enzim-enzim yang penting bagi sintesis
RNA dan DNA. Zinc juga berlimpah diotak. Kandungan Zn otak menempati urutan
kelima setelah otot, tulang, kulit dan liver. Diotak ini Zn berikatan dengan protein-
protein, sehingga ia berkonstribusi pada struktur dan fungsi otak. Oleh karena itu
Penelitian yang dilakukan oleh, Lind, et al, (2004), pada bayi usia 6 bulan
perkembangan motorik.
Tanda dan gejala defisiensi seng adalah berupa lelah, kehilangan sensasi
pembau dan perasa, nafsu makan yang buruk, penyembuhan luka yang lama,
pertumbuhan yang lambat dan kelainan kulit (Williams Lippincott and Wilkins,
2007).
f. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi
metabolisme dan fungsi normal tubuh. Di tubuh vitamin berperan sebagai zat
pengatur dan pembangun bersama zat gizi yang lain melalui pembentukan enzim,
riwayat gizi. Salah satunya dengan metode recall 24 jam dimana individu diminta untuk
mngingat segala sesuatu yang dimakan sehari sebelumnya. Prinsip dari metode recall 24
jam, dilakuakan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi 24 jam
Dalam metode ini, responden, ibu, pengasuh (bila anak masih kecil)
diintruksikan untuk menceritakan semua makanan yang dimakan dan diminum selama 24
jam yang lalu (kemarin). Biasnya dimulai dari ia bangun pagi kemarin sampai dia tidur
malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancar sampai
mundur ke belakang 24 jam (Supariasa dkk, 2002). Untuk perhitungan ASI dimana anak
yang sehat mengkonsumsi 700 – 800 ml ASI per hari dengan intensitas pemberian
Hal penting yang perlu dikethui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
kauantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan
menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lain yang dipergunakan
4. Taburia Sebagai Solusi dalam Meningkatkan Kandungan Zat Gizi Mikro Anak
untuk menanggulangi defisiensi vitamin dan mineral. Sprinkle adalah bentuk penyediaan
zat-zat gizi mikro bagi populasi yang beresiko. Sprinkle memungkinkan keluarga dapat
melindungi bayi dan balita dengan memperkaya makanan semi padat (MP-ASI) dengan
Sprinkel atau taburia sebagai jawaban atas tantangan baru untuk mengembangkan
produk makanan yang mengalami fortifikasi zat gizi tertentu tanpa mengubah warna,
tekstur dan rasa makanan serta biaya produksi relatif murah untuk penanggulangan
dengan zat gizi mikro lain yang dibutuhkan bagi populasi berisiko seperti zinc, vitamin
a. Diare
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian
anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar
serangan dan 3,2 juta kematian di per tahun pada balita disebabkan oleh diare.
Setiap anak memiliki episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih
kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Schwartz,
2005).
cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri,
kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah
anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah (Schwartz, 2005).
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain (Dinkes
Sulsel, 2009):
d) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih
besar dari pada bayi yang diberi Asi penuh dan kemungkinan menderita
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,
g) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
h) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
c) Campak diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai
d) Imunodefesiensi /Imunosupresi.
%. Disamping itu kebiasaan orang tua mencegah pemberian makanan pada anak
yang menderita diare ikut memeperjelek keadaan dan setiap episode diare
berhubungan
Soetjiningsih (2000), Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti
flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat
menderita diare selama 3 bulan dan kenaikan panjang badannya 41 % kurang jika
dibandingkan dengan anak-anak tanpa diare pada periode yang sama (Soekirman,
b. ISPA
benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian
anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
1) Pencegahan
b) Imunisasi.
Jaringan tubuh pada bayi dan balita belum sempurna dalam upaya membentuk
pertahanan tubuh seperti halnya orang dewasa. Umumnya penyakit yang menyerang
anak bersifat akut artinya penyakit menyerang secara mendadak dan gejala timbul
protein dan zat gizi lainnya karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan
anak menjadi berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari
penyakit infeksi menyebabkan asupan makanan pada anak menurun (Rauf, 2007).
Penelitian yang dilakukan Pramusinta, dkk pada tahun 2003, untuk mengetahui
hubungan keadaan kesehatan anak dengan perkembangan motorik kasar pada 26 anak
usia dibawah dua tahun dan dari uji bivariatnya memeperoleh hasil adanya hubungan
antara status kesehatan dengan perkembangan motorik kasar yang dibuktikan dengan
mengalami sakit diare dan ISPA, dan semua balita (33 anak) yang terpapar KEP pernah
mengalami sakit infeksi. Penelitian denagan desain kohort ini menunjukkan bahwa ada
kaitan yang sangat signifikan antara status gizi dengan penyakit infeksi dan tidak ada
kaitan yang signifikan antara status gizi dengan penyakit campak, ada kaitan antara
1. Pengertian pengasuhan
Pola asuh anak berupa sikap dan prilaku ibu atau pengasuhan lain dalam hal
sayang dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan keadaan ibu tentang kesehatan
(fisik dan mental), status gizi, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, dan keterampilan
tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat dan
sebagainya dari si ibu dan pengasuhan anak (Sunarti, 2004 dalam Husin, 2008).
lanjut oleh Engle et al (1997) menekankan bahwa tiga komponen makanan – kesehatan
perkembangan anak yang optimal. Engle et al (1997) mengemukakan bahwa pola asuh
meliputi 6 hal yaitu : (1) perhatian / dukungan ibu terhadap anak, (2) pemberian ASI atau
makanan pendamping pada anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak, (4) persiapan
dan penyimpanan makanan, (5) praktek kebersihan atau higiene dan sanitasi lingkungan
dan (6) perawatan balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan.
Pemberian ASI dan makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan
Secara naluriah setiap orang tua pasti akan melindungi anaknya, terlebih apabila
anak masih dalam usia balita dan dianggap masih belum mandiri dan belum memiliki
ketrampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga dirinya dari
penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh jika seorang anak balita yang
seharusnya masih sangat tergantung dengan pengasuhan orang tuanya justru malah
banyak yang mengalami gangguan gizi seiring dengan bertambahnya usia. Dengan
logika sederhana seharusnya dengan bertambah usia, anak akan tumbuh semakin
kuat dan mandiri serta semakin jauh dari masalah gizi dan kesehatan pada umumnya
(Iwan, 2009).
Dari hasil penelitian Riyani Lubis (2008) di kecamatan tanjung pura kabupaten
Langkat mengemukakan adanya hubungan status gizi dengan praktek kesehatan yang
disimpulkan dengan melihat praktek kesehatan untuk anak dengan status gizi baik
sebesar 81,9%.
Penelitian Aminah dan Judiono (2008), diaman data perkembangan anak diukur
berdasarkan motorik kasar nampak terlihat pada kisaran 7,5% mengalami perkembangan
motorik belum sepenuhnya sempurna, yang ditandai p=0,960 dimana p>0,005 maka
Penelitian yang dilakukan oleh Amin (2003) terhadap balita umur 6 – 24 bulan di
kecamatan barru kabupaten barru juga menyimpulkan hasil bahwa semakin baik pola
penimbangan anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang tumbuh kembang anak.
Karena itu pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk diperhatikan dan
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu dengan
cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang
Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare atau
penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau
mengganggu proses tumbuh kembang anak. Ada beberapa penyebab seorang anak
1) Apabila kecukupan gizi terganggu karena anak sulit makan dan nafsu makan
menurun. Akibatnya daya tahan tubuh menurun sehingga anak menjadi rentan
terhadap penyakit.
3) Jika orang tua lalai dalam memperhatikan proses tumbuh kembang anak oleh
karena itu perlu memantau dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak
secara teratur sesuai dengan tahapan usianya dan segera memeriksakan kedokter
Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap
orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,
perkembangan anak adalah hal yang penting diperhatikan oleh orang tua agar setiap
masalah yang mungkin ada dapat ditentukan dan dirawat secepat mungkin. Anak-
anak tumbuh dan berkembang dengan cepat sekali, terutama pada tahun-tahun
pertama. Jika masalah tertentu tidak diketahui dan dirawat secara dini, dapat
Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses
tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting
dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan
.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THALASEMIA DI RUANG RKK
RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI TAHUN 2019
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak
anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya
lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
2. Keluhan Utama
Nyeri kepala, pasien lemah, sesak nafas, dan badan kekuningan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kepala pusing dan badan terus semakin lemah bila digunakan beraktivitas dan
badannya kekuningan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Antenatal : Diturunkan secara autosom dari ibu atau ayah yang menderita
thalasemia
- Natal : Peningkatan HbF
- Prenatal : Penghambatan pembentukan rantai β
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang
menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya
berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya
perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
disebabkan karena keturunan.
6. Riwayat Nutrisi
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan
anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
7. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh
kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang
bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik
anak adalah kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual,
seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak
selincah anak seusianya yang normal.
c. Kepala : Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas,
yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek
tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.
d. Mata : Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
e. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
f. Dada : Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik
g. Perut : Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati
( hepatosplemagali).Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya
kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya.
h. Sistem integumen : Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering
mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas (mis. Nyeri saat bernafas,
kelemahan otot pernafasan)
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d O2 dan Nutrisi tidak adekuat
3. Intoleransi Aktivitas b.d Berkurangnya Suplai O2/ Na ke Jaringan
4. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang b.d hipoksia jaringan
5. Gangguan Citra Tubuh b.d Perubahan Struktur atau Bentuk Tubuh
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas (mis. Nyeri saat bernafas,
kelemahan otot pernafasan)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam pola nafas pasien dapat kembali
efektif
Diagnosa 2 : Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d O2 dan Nutrisi tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
Kriteria Hasil: - Kulit tidak pucat
- Membran mukosa lembab
- Tidak terjadi palpitasi
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar kuku.
R/ : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien dengan
hipotensi).
R/ : Memberikan rasa nyaman kepada pasien
3. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
R/ : Mengetahui apakah terdapat masalah pada keadaan jantung pasien
Intervensi :
Intervensi :
Diagnosa 5 : Gangguan Citra Tubuh b.d Perubahan Struktur atau Bentuk Tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dirumah sakit, diharapkan pasien dapat
Intervensi :