OLEH :
20182041011101
2019
A. Konsep Teori Tumor Otak
1. Definisi Tumor Otak
Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor
yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan
beberapa tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari
otak (tumor otak primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan
merambat ke otak (tumor otak sekunder / metastatik).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
(Sylvia.A, 2013: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak
kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut
tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
(Mayer. SA,2002).
2. Indikasi
a. Pengangkatan jaringan abnormal
b. Mengurangi tekanan intracranial
c. Mengevaluasi bekuan darah
d. Mengontrol bekuan darah
e. Pembenahan organ-organ intracranial
f. Tumor otak
g. Perdarahan
h. Peradangan dalam otak
i. Trauma pada tengkorak
3. Tehnik Operasi
a. Positioning
Letakkan kepala pada tepi meja untuk memudahkan operator. Head-up
kurang lebih 15o (pasang donat kecil dibawah kepala). Letakkan kepala
miring kontralateral lokasi lesi/ hematoma. Ganjal bahu satu sisi saja (pada
sisi lesi) misalnya kepala miring ke kanan maka ganjal bantal di bahu kiri
dan sebaliknya.
b. Washing
Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon: desinfektan,
menghilangkan lemak yang ada di kulit kepala sehingga pori-pori terbuka,
penetrasi betadine lebih baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang doek
steril di bawah kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi
c. Markering
Setelah markering periksa kembali apakah lokasi hematomnya sudah
benar dengan melihat CT scan. Saat markering perhatikan: garis rambut
untuk kosmetik, sinus untuk menghindari perdarahan, sutura untuk
mengetahui lokasi, zygoma sebagai batas basis cranii, jalannya N VII
(kurang lebih 1/3 depan antara tragus sampai dengan canthus lateralis
orbita)
d. Desinfeksi
Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine. Suntikkan Adrenalin
1:200.000 yang mengandung lidocain 0,5%. Tutup lapangan operasi
dengan doek steril.
e. Operasi
1) Incisi lapis demi lapis sedalam galea (setiap 5cm) mulai dari ujung.
2) Pasang haak tajam 2 buah (oleh asisten), tarik ke atas sekitar 60
derajat.
3) Buka flap secara tajam pada loose connective tissue. Kompres dengan
kasa basah. Di bawahnya diganjal dengan kasa steril supaya pembuluh
darah tidak tertekuk (bahaya nekrosis pada kulit kepala). Klem pada
pangkal flap dan fiksasi pada doek.
4) Buka pericranium dengan diatermi. Kelupas secara hati-hati dengan
rasparatorium pada daerah yang akan di burrhole dan gergaji kemudian
dan rawat perdarahan.
5) Penentuan lokasi burrhole idealnya pada setiap tepi hematom sesuai
gambar CT scan.
6) Lakukan burrhole pertama dengan mata bor tajam (Hudson’s Brace)
kemudian dengan mata bor yang melingkar (Conical boor) bila sudah
menembus tabula interna.
7) Boorhole minimal pada 4 tempat sesuai dengan merkering.
8) Perdarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bone wax. Tutup
lubang boorhole dengan kapas basah/ wetjes.
9) Buka tulang dengan gigli. Bebaskan dura dari cranium dengan
menggunakan sonde. Masukan penuntun gigli pada lubang boorhole.
Pasang gigli kemudian masukkan penuntun gigli sampai menembus
lubang boorhole di sebelahnya. Lakukan pemotongan dengan gergaji
dan asisten memfixir kepala penderita.
10) Patahkan tulang kepala dengan flap ke atas menjauhi otak dengan
cara tulang dipegang dengan knabel tang dan bagian bawah dilindungi
dengan elevator kemudian miringkan posisi elevator pada saat
mematahkan tulang.
11) Setelah nampak hematom epidural, bersihkan tepi-tepi tulang dengan
spoeling dan suctioning sedikit demi sedikit. Pedarahan dari tulang
dapat dihentikan dengan bone wax.
12) Gantung dura (hitch stitch) dengan benang silk 3.0 sedikitnya 4 buah.
13) Evakuasi hematoma dengan spoeling dan suctioning secara gentle.
Evaluasi dura, perdarahan dari dura dihentikan dengan diatermi. Bila
ada perdarahan dari tepi bawah tulang yang merembes tambahkan
hitch stitch pada daerah tersebut kalau perlu tambahkan spongostan di
bawah tulang. Bila perdarahan profus dari bawah tulang (berasal dari
arteri) tulang boleh di-knabel untuk mencari sumber perdarahan
kecuali dicurigai berasal dari sinus.
14) Bila ada dura yang robek jahit dura dengan silk 3.0 atau vicryl 3.0
secara simpul dengan jarak kurang dari 5mm. Pastikan sudah tidak ada
lagi perdarahan dengan spoeling berulang-ulang.
15) Pada subdural hematoma setelah dilakukan kraniektomi langkah
salanjutnya adalah membuka duramater.
16) Sayatan pembukaan dura seyogianya berbentuk tapal kuda (bentuk U)
berlawanan dengan sayatan kulit. Duramater dikait dengan pengait
dura, kemudian bagian yang terangkat disayat dengan pisau sampai
terlihat lapisan mengkilat dari arakhnoid. (Bila sampai keluar cairan
otak, berarti arachnoid sudah turut tersayat). Masukkan kapas
berbuntut melalui lubang sayatan ke bawah duramater di dalam ruang
subdural, dan sefanjutnya dengan kapas ini sebagai pelindung terhadap
kemungkinan trauma pada lapisan tersebut.
17) Perdarahan dihentikan dengan koagulasi atau pemakaian klip khusus.
Koagulasi yang dipakai dengan kekuatan lebih rendah dibandingkan
untuk pembuluh darah kulit atau subkutan.
18) Reseksi jaringan otak didahului dengan koagulasi permukaan otak
dengan pembuluh-pembuluh darahnya baik arteri maupun vena.
19) Semua pembuluh darah baik arteri maupun vena berada di permukaan
di ruang subarahnoidal, sehingga bila ditutup maka pada jaringan otak
dibawahnya tak ada darah lagi.
20) Perlengketan jaringan otak dilepaskan dengan koagulasi. Tepi bagian
otak yang direseksi harus dikoagulasi untuk menjamin jaringan otak
bebas dari perlengketan. Untuk membakar permukaan otak, idealnya
dipergunakan kauter bipolar. Bila dipergunakan kauter monopolar,
untuk memegang jaringan otak gunakan pinset anatomis halus sebagai
alat bantu kauterisasi.
21) Pengembalian tulang. Perlu dipertimbangkan dikembalikan/tidaknya
tulang dengan evaluasi klinis pre operasi dan ketegangan dura. Bila
tidak dikembalikan lapangan operasi dapat ditutup lapis demi lapis
dengan cara sebagai berikut:
a) Teugel dura di tengah lapangan operasi dengan silk 3.0 menembus
keluar kulit.
b) Periost dan fascia otot dijahit dengan vicryl 2.0.
c) Pasang drain subgaleal.
d) Jahit galea dengan vicryl 2.0.
e) Jahit kulit dengan silk 3.0.
f) Hubungkan drain dengan vaum drain (Redon drain).
f. Operasi selesai.
Bila tulang dikembalikan, buat lubang untuk fiksasi tulang, pertama
pada tulang yang tidak diangkat (3-4 buah). Tegel dura ditengah tulang
yang akan dikembalikan untuk menghindari dead space. Buat lubang pada
tulang yang akan dikembalikan sesuai dengan lokasi yang akan di fiksasi
(3-4 buah ditepi dan 2 lubang ditengah berdekatan untuk teugel dura).
Lakukan fiksasi tulang dengan dengan silk 2.0, selanjutnya tutup lapis
demi lapis seperti diatas.
4. Komplikasi Post Operasi
a. Edema cerebral.
b. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral.
c. Hypovolemik syok.
d. Hydrocephalus.
e. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus).
f. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
b. Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 – 14 hari setelah operasi.
c. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati,dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
ambulatif dini
d. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus
aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik
6. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut (00133) berhubungan dengan agen cidera
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x24 jam kontrol a. Mengurangi/menghilangkan faktor-
nyeri adekuat dengan kriteria hasil : faktor yang memimbulkan /
- Mengenali kapan nyeri terjadi meningkatkan pengalaman nyeri
- Menggambarkan faktor b. Memilih dan mengimplementasikan
penyebab satu jenis tindakan (farmakologi,
- Mengenali apa yang terkait non-farmakologi, interpersonal)
dengan gejala nyeri untuk memfasilitasi pertolongan
- Melaporkan kontrol nyeri nyeri
c. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri ketika memilih strategi
pertolongan nyeri
d. Mendorong klien untuk
menggunakan pengobatan nyeri
yang adekuat
e. Instruksikan pasien/keluarga untuk
melaporkan nyeri dengan segera jika
nyeri timbul.
f. Mengajarkan tehnik relaksasi dan
metode distraksi
g. Observasi adanya tanda-tanda nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Monitor Pernafasan
keperawatan selama 1x24 jam status 1) Monitor kecepatan, irama,
respiratori kembali normal dengan kedalaman dan upaya pernafasan.
kriteria Hasil : 2) Monitor pola pernapasan
- Frekuensi pernafasan 3) Monitor tingkat saturasi oksigen
- Irama pernafasan dalam klien yang tenang
- Kedalaman inspirasi 4) Auskultasi suara napas, mencatat
- Saturasi oksigen area penurunan ketiadaan ventilasi
- Sianosis dan keberadaan suara tambahan
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Monitor Tekanan Intrakranial
keperawatan selama 1x24 jam perfusi 1) Monitor kualitas dan karakteristik
jaringan klien membaik ditandai dari bentuk gelombang TIK
dengan tanda-tanda vital stabil dengan 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
kriteria hasil : 3) Monitor status neurologis
4) Monitor TIK klien dan respon
Perfusi Jaringan: Serebral (0406)
neurologis untuk merawat aktivitas
dan stimuli lingkungan
Tekanan intracranial normal
5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
Tekanan darah sistolik normal
karakteristik dari aliran cairan
Tekanan darah diastolic normal
serebrospinal (CSF)
Mean Blood Pressure normal
6) Memberikan agen farmakologi
Sakit kepala hilang
untuk menjaga TIK pada batas
Tidak mengalami penurunan tingkat
tertentu
kesadaran
7) Memberi jarak waktu intervensi
Tidak ada gangguan reflek neurologik
keperawatan untuk meminimalkan
PTIK
8) Monitor secara berkala tanda dan
gejala peningkatan TIK
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.
4. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan
sensorik dan motorik
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam, 1) Kaji fungsi motorik secara
gangguan mobilitas dapat berkala
diminimalkan dengan kriteria Hasil : 2) Menjaga pergelangan kaki 90
1. Mempertahankan posisi fungsi derajat dengan papan kaki.
yang dibuktikan dengan tidak Gunakan trochanter rolls
adanya kontraktur. Foodtrop sepanjang paha saat di
2. Meningkatkan kekuatan tidak ranjang
terpengaruh/ kompenssi 3) Ukur dan pantau tekanan
bagian tubuh darah pada fase akut atau
3. Menunjukan teknik eprilaku hingga stabil. Ubah posisi
yang meingkinkan dimulainya secara perlahan
kembali kegiatan 4) Inspeksi kulit setiap hari.
Mobility (0208) Kaji terhadap area yang
Keseimbangan terjaga tertekan dan memberikan
Koordinasi terjaga perawatan kulit secara teliti
Bergerak dengan mudah 5) Membantu mendorong
pulmonary hygiene seperti
napas dalam, batuk, suction
6) Kaji dari kemerahan,
bengkak/ketegangan otot
jaringan betis
WOC TUMOR OTAK
Herediter Trauma Virus Onkogenik (Rotavirus) Radiasi
Mengenai lobus oksipitalis Pertumbuhan Sel yang Abnormal Obstruksi cairan Peregangan Epidural
serebrospinal dari ventrikel
lateral ke sub arachnoid
Gangguan visual TUMOR OTAK Nyeri Kepala
HIDROSEPALUS Papiledema
Penambahan Massa Otak dan atau Cairan Otak
Kerusakan pembuluh darah otak Kompresi jaringan otak Mengenai lobus frontalis Mengenai batang otak Bergesernya ginus
medialis lobus temporal
terhadap sirkulasi darah & O2
ke inferior melalui
Perpindahan cairan intravaskuler Kompresi daerah motorik Iritasi pusat vagal di insisura tentorial
ke jaringan serebral Penurunan suplai O2 ke medula oblongata
jaringan otak akibat obstruksi
Hemiparesis
Herniasi medula
Volume intrakranial naik (PTIK) Mual & Muntah oblongata
Iskemik MK. Hambatan
Menggangu fungsi spesifik Mobilitas Fisik MK. Nutrisi Menekan pusat saraf napas
bagian otak tempat tumor MK. Gangguan Perfusi Kurang dari
Jaringan Cerebral Kebutuhan Tubuh
Mengenai lobus parietalis
MK. Ketidakefektifan
MK. Nyeri Kronis
MK. Risiko Pola Napas
Kejang fokal
Tinggi Cedera
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement
of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
PriceS.A., Wilson L. M. 2006. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta
: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3 volume 8.
Jakarta: EGC.