Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSE PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB)
A. Definisi
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria (Cunningham et al. 2003, Matthew Warden, MD. 2005). Preeklampsia terjadi
pada umur kehamilan diatas 20 minggu paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37
minggu, tetapi juga dapat timbil kapan saja pada pertengahan kehamilan (George, 2007).
Preeclampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein urin tetapi tidak menunjukkan tandatanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Nanda, 2015).
Preeclampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan, 2009).
B. Etiologi
Penyebab preeklampsi sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi pada
penderita yang meninggal karena preeklampsi terdapat perubahan yang khas pada berbagai
alat. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air
dan koagulasi intravaskuler.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklampsia. Menurut
Prawirohardjo S. (2008) beberapa penyebab eklampsia adalah :
1. Vasospasmus menyebabkan :
a. Hipertensi
b. Pada otak (sakit kepala, kejang)
c. Pada plasenta (solution plasenta, kematian janin)
d. Pada ginjal (oliguria, insuffisiensi)
e. Pada hati (ikterus)
f. Pada retina (amourase)
2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
mahidatidosa
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus

d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinurin, kejang dan koma


3. Factor predisposisi preeclampsia
a. Molahidatidosa
b. Diabetes mellitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidrosefalus
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun
C. Patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunningham, 2003). Wanita degan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal
dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan
proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intravaskuler, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark
plasenta dan onstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin etrhambat bahkan kematian
janin dalam Rahim (Michael, 2005).
Pada mata dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah
satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan tanda
preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan
amblyopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam, 1998).
Pada paru-paru dengan diagnosis preeclampsia berat dapat menimbulkan edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis (Rustam, 1998).

Pathway

D. Manifestasi Klinis
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu bebarapa kali
2. Edema terjadi peningkatan berat badan
3. Pembengkakan kaki, jari tangan dan muka
4. Hipertensi
a. TD 140/90 mmHg
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolic > 15 mmHg
d. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang > 85 mmHg patut dicurigai sebagai
preeklampsia
5. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0.3 g/l dalam urine 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
+1/+2
b. Kadar protein > 1gr/l dalam urine yang dikeluarkan dengan kateter atau urine porsi
tengah, diambil 2 kali dalam waktu 6 jam
(Prawirohardjo, 2008)
Menurut Wagner Lk (2004), disebut preeclampsia berat apabila telam menunjukkan satu
lebih gejala dibawah ini :
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg atau kenaikan sistolik >30
mmHg dan diastolic >15 mmHg
2. Proteinuria 5gram atau adalm pemeriksaan kualitatif (tes celup strip/dipstick)
3. Oliguria <400cc/24 jam
4. Sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan
5. Nyeri epigastrium/ nyeri pada kuadran kanan abdomen
6. Edema paru dan sianosis
7. Adanya HELLP SYNDROME
8. Pertumbuhan janin terhambat
E. Pemeriksaan penunjang
1. Uji diagnostk dasar
a. Pengukuran tekanan darah dan ROT
b. Analisis protein urin dengan dipstick atau dalam uri 24 jam
c. Pemeriksaan edema
d. Pengukuran TFU
e. Pemeriksaan funduskopi
2. Uji laboratorium dasar
a. Evaluasi haematologis (hematocrit, jumlah trombosit, morfolgi eritrosit pada sediaan
hapus darah tepi)

b. Pemeriksaa fungsi hati (bilirubin, protein asam aspartate, aminotransferase,


protombin time, dll)
c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan keratinin)
3. USG
Untuk melihat perkembangan fetus, selain itu pada wanita yang menunjukkan gejala dan
tanda preeclampsia pada usia kehamilan >20 minggu sebaiknya dilakukan pemeriksaan
dengan USG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan mola
(Suyono, Joko, 2004)
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan umum
a. Jika tekanan diastolic >110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diantara
90-100 mmHg
b. Pasang infus RL
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjai overload, kateterisasi urin uttuk
pengeluaran volume dan proteinuria
d. Jika jumlah urin <30 ml perjam:
1) Infus cairan dipertahankan 1

1
8

jam

2) Pantau kemungkinan edema paru


e. Pantau keadaan pasien, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin
f. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam
g. Auskultasi paru untuk mencari edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema paru.
Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya
furosemide 40 mg intravena
h. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beside. Jika pembekuan tidak terjadi
sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.
(Abdul Bari, 2001)
2. Antikonvulsan
Pada kasus preeclampsia yang berat, magnesium sulfat yang diberikan secara
parenteral adalah obat anti kejangyang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan saraf
pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini diberikan secara IV melalui infus kontinu
atau IM dengan injeksi intermitten infus IV kontinu.
a. Berikan dosis bolus 4-6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan dan
diberikan dalam 15-20 menit
b. Mulai infus rumatan dengan dosis 2 gram/jam dalam 100ml cairan IV

c. Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan infuse
untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8 6,4)
d. MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir
Injeksi IM intermitten :
a. Berikan 4gr MgSO4 sebagai larutan 20% secara IV dengan kecepatan 19/menit
b. Lanjutkan segera dengan 10gr MgSO4 50%, sebagian (5%) disuntikkan dalam di
kuadran lateral atas bokong. Apabila wanita tersebut bertubuh besar, MgSO4 dapat
diberikan sampai 4gr perlahan
c. Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5gr larutan MgSO4 50% yang disuntikkan dalam ke
kuadran lateral atas bokong, bergantian kanan-kiri, tetapi setelah dipastikan bahwa :
1) Reflek patella (+)
2) Tidak ada depresi pernafasan
3) Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya 100ml
d. MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir
e. Siapkan antidotum (Cunningham, 2003)
3. Antihipertensi
a. Hidrolazin, 5mg (IV) pelan-pelan hingga tekanan darah turun
b. Nifedipine, oral 10mg
c. Labetalol, 10mg (IV)
(Cunningham, 2003)
4. Persalinan
Pada PEB persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika SC pastikan tidak ada koagulapati.
Berikan anestesi umum jangan anestesi local.
(Cunningham, 2003)
G. Komplikasi
1. Atonia uteri
2. Syndrome HELLP
3. Ablasio retina
4. KID (Koagulasi Intravaskuler Diseminata)
5. Gagal ginjal
6. Pendarahan otak
7. Oedema paru
8. Gagal jantung
9. Shock
10. Kematian
Komplikasi pada janin :
1. Pertumbuhan janin terhambat

2. Prematuritas
(Ida Bagus Gede Manuata, 2010)

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSE PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB)
A. Pengkajian
1. Identitas/biodata klien
Meliputi nama, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, nomor register, diagnose medis.
Umur biasanya sering terjadi pada primigravida (<20 tahun atau >35 tahun)
(Vicky Chapman, 2006)
2. Keluhan utama
Ibu biasanya dating dengan keluhan bengkak ekstremitas, pusing.
(Vicky Chapman, 2006)
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya ibu merasa sakit kepala didaerah frontal, terasa sakit dibagian ulu hati/ nyeri
epigastrium, penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual dan muntah, tidak nafsu
makan, berkunang-kunang, cemas, edema pada ekstremitas, tengkuk terasa berat dan
kenaikan BB 1 kg per minggu. (Mitayani, 2009)
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeclampsia pada kehamilan terdahulu
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal ginjal kronik
5) Kemungkinan ibu menderita DM, anemia, dan vaskuler esensial
(Mitayani, 2009)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeclampsia ringan atau berat dan eklampsia
dalam keluarga (Mitayani, 2009)
4. Riwayat obstetri
Biasanya ibu dengan usia kehamilan <20 tahun atau >35 tahun, riwayat kehamilan ganda,
melahidatidosa, hidramnion, serta riwayat kehamilan maupun persalinan dengan
preeklampsia sebelumnya
(Vicky Chapman, 2006)
5. Riwayat KB

Ibu yang sebelumnya mengikuti metode kontrasepsi hormonal dan mengalami efek
samping berupa hipertansi. Juga berpotensi mengalami kenaikan tekanan darah pada
kehamilan yang bisa berkembang menjadi preeklampsia.

B. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang PEB, cara pencegahan, penanganan dan
perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah
dalam perawatan dirinya
2. Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya akan terjadi peningkatan BB dan penurunan nafsu makan, mual muntah dapat
juga timbul. Tandanya adalah nyeri epigastrium. Kaji juga jenis makanan yang
dikonsumsi baik pokok ataupun selingan.
3. Pola aktivitas
Pada preeclampsia biasanya terjadi kelemahan, penambahan BB atau penurunan BB,
reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-. Tanda dari pola ini adalah terjadinya
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
4. Pola eliminasi
Pada tes proteinuria didalam urine akan menghasilkan positif. Biasanya proteinuria +
5gr/24 jam atau 3 pada tes celup. Biasanya juga akan terjadi oliguria.
5. Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur karena nyeri dan cemas
6. Pola hubungan dan peran
Meliputi hubungan klien dengan keluarga
7. Pola sensori kognitif
Biasanya klien akan mengalami hipertensi yang menyebabkan klien kejang/koma
8. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan mengalami perasaan cemas, takut, karena adanya nyeri epigastrium,
nyeri kepala, gangguan penglihatan akan menimbulkan kegelisahan pada klien.
9. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya akan terjadi kecemasan pada keselamatan janinnya dan dirinya.
10. Pola reproduksi seksual
Terjadi disfungdi seksual karena hospitalisasi, kecemasan akan janinnya, persalinan atau
nifas.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Terjadi gangguan karena klien bedrest.
(Vicky Chapman, 2006)

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : cukup, lemah
2. Kesadaran

: komposmentis, apatis, letargi, somnolen. Apatis merupakan tanda awal


kejang.

3. Tanda-tanda vital
a. TD

: 160/110 mmHg merupakan tanda PEB

b. Suhu : pada PEB suhu tubuh tidak berbeda dengan kondisi normal
c. Nadi

: pada preeclampsia terdapat peningkatan nadi

d. RR

: terdapat peningkatan untuk memenuhi suplai oksigen karena terjadi


vasospasme

4. Berat badan : peningkatan lebih dari 9 13,5 kg selama kehamilan atau kenaikan 1,5 kg
5. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Biasanya pernafasan 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak setelah
beraktivitas. Adanya edema paru hiperrefleksia klenur pada kaki. Pernafasan cuping
hidung menandakan adanya asfiksia pada ibu
b. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi :
1) Muka : Oedema pada muka akibat adanya darah tinggi
2) Mata : Penglihatan kabur
3) Mulut : bibir sianosis
4) Leher : pembendungan vena jugularis menandakan penyakit jantung dan
pembesaran kelenjar tiroid menunjukkan adanya penyakit paru berat
Palpasi :
Leher

: teraba pembesaran kelenjar tiroid, teraba pembendungan vena jugularis

Auskultasi : DJJ janin terdengar regular/irregular, frekuensi 120-160 x/menit


c. Sistem reproduksi
Dada

: adanya masa abnormal, nyeri tekan/tidak pada payudara

Abdomen :
-

Inspeksi : Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, hidramnion atau
Molahidatidosa

Palpasi :
Leopold I = TFU 3 jari dibawah pusat, teraba bokong
Leopold II = Puki, bagian kecil janin teraba disebelah kanan
Leopold III = teraba kepala, sudah masuk PAP/belum
Leopold IV = convergen atau divergen

d. Sistem integumen perkemihan

Adanya edema ekstremitas akibat gangguan filtrasi glomerulus

Oliguria

Proteinuria (+) 3

e. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f. Sistem pencernaan
Palpasi : adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II atas), anoreksia, mual
dan muntah
(Purwaningsih, Wahyu. 2010)
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d retensi air dan garam
2. Resiko injury janin b.d degenerasi plasenta lebih dini
3. Nyeri b.d kontraksi yang terus menerus
4. Resiko kelahiran premature b.d kenaikan tonus uterus
5. Nyeri b.d adanya luka post-op
6. Gangguan mobilitas fisik b.d ketakutan ibu post sc dalam bergerak
7. Resiko infeksi b.d adanya luka post-op
8. Gangguan penglihatan b.d edemaretina
9. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d hipoksia
10. Resiko injury maternal b.d vasospasme vaskuler
(Nanda, 2015)
E. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b.d retensi air dan garam
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan seimbang
Kriteria hasil :
-

Tidak terdapat tanda-tanda edema

Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal

Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan


darah, protein dan urine

Intervensi :
a. Pantau intake dan output cairan setiap hari
R/ : pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi edema
b. Timbang berat badan secara rutin
R/: Mengetahui peningkatan berat badan berlebih
c. Pantau tanda-tanda vital
R/: Menjaga peningkatan vital sign berlebih

d. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori, berikan informasi sesuai dengan
kebutuhan
R/: kesesuain dalam pemberian informasi dapat mengurangi tingkat kecemasan
e. Perhatikan tanda-tanda edema berlebih atau berlanjut
R/: menghindari edema anasarka, karena cairan yang tidak mampu keluar
f. Kaji distensi vena jugularis
R/: pembesaran vena jugularis merupakan tanda dari pembengkakan jantung
g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet rendah garam
R/: diet rendah garam akan mengurangi asupan Na dalam tubuh
h. Kolaborasi dalam pemberian antidiuretic
R/: pemberian antidiuretic akan mengurangi cairan yang tertimbun ditubuh melalui
urine
2. Nyeri b.d adanya luka post-op
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat berkurang rasa
nyerinya
Kriteria hasil :
-

Wajah pasien rileks

Nadi dan RR dalam batas normal

Skala nyeri pasien 0-1

Intervensi :
a. Kaji skala nyeri pasien
R/: mengetahui tingkat nyeri pasien
b. Kaji TTV pasien
R/: mengetahui perkembangan pasien
c. Ajarkan teknik relaksasi nyeri (nafas dalam)
R/: mengalihkan rasa nyeri pasien dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi,
terjadi vasodilatasi pembuluh darah
d. Jelaskan tentang penyebab nyeri yang timbul
R/: pasien lebih memahami tentang nyeri yang timbul
e. Kolaborasi pemberian analgetik
R/: analgetik berfungsi sebagai pengurang rasa nyeri pada pasien
(Nanda, 2015)
F. Implementasi Keperawatan
Melakukan yang telah direncanakan sesuai intervensi
G. Evaluasi Keperawatan
1. Tidak ada tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan pada pasien

2. Factor resiko injury janin berkurang


3. Nyeri pasien berkurang
4. Janin dapat dipertahankan/diselamatkan
5. Mobilitas fisik pasien meningkat
6. Resiko infeksi pasien berkurang
7. Gangguan penglihatan pada pasien dapat dicegah
8. Perfusi jaringan pasien efektif kembali
9. Pengurangan resiko injury maternal
Referensi
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Ilmu Kesehatan. Ed rev, Jakarta : Rineka Cipta
WWW.Scribd.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


KLIEN DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT (PEB )
Nama mahasiswa : Sinta diani rochmah
Nim : P27820714031
Ruangan : VK bersalin IRD lt II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Tanggal pengkajian : 2 desember 2016
Tanggal MRS : 1 desember 2016
No. reg : 12.53.xxxx
PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1. Biodata :
-

Nama pasien : ny. R

Umur : 15 thn

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Status perkawinan : menikah

Agama : islam

Pendidikan : smp

Alamat : tambak glingsing 1/33

Nama suami : tn. W

Umur : 20 thn

Pekerjaan : swasta

Suku/ bangsa : jawa/ Indonesia

Status perkawinan : menikah

Agama : islam

Pendidikan : smp

Alamat tambak glingsing 1/33

DIAGNOSA : G1P0000 33/34 minggu + THIU+ let kep+PEB+C IUGR+TBJ


1500gr+primi muda+pasca maturasi paru

2. Keluhan utama
Pasien mengeluh kepala pusing
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dikatakan hamil 8 minggu dan kehamilan dikatakan normal, saat periksa ke
puskesmas. Kemudian pasien control ke puskesmas td berkisar 140/100 mual muntah,
pusing, protein urin +2, pasien di diagnose peb dan di rujuk ke rumah sakitairlangga, di
rumah akit airlangga td 180/100 mmhg. Kepala pusing, berkunang kunang, penglihatan
berkurang, pasien di rujuk ke RSDS, pasien mrs di RSDS tanggal 1 desember 2016 di
VK IRD LT 2
4. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien tidak pernah menderita sakit dm, hy,hepatitis,asma.


5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit ht, dm, maupun pre
eklamsia berat seperti yang dialami pasien.
6. Riwayat obtetri
a. Riwayat haid
Pasien mengatakan haid pertama pada saat uur 10 tahun, pasien mengatakan haid
teratur, siklus 28 hari, lama haid 7 hari, volum sedang tidak ada keluhan nyeri saat
haid.HPHT: 12-4-2016
b. Riwayat perkawinan
Pasien mengatakan menikah 1 kali pada usia 15 tahun usia perkawinan 2 bulan ini
adalah kehamilan pertama pasien hahmil dahulu kemudian menikah.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
ANC: ibu periksa kehamilan di puskesmas diperiksa oleh bidan frekuensi > 3 kali,
keluhan saat hamil pasien tidak ada keluhan, riwayat persalinan pasien tidak pernah
melahirkan, ini adlah anak pertama.
d. Riwayat kb
Pasien mengatakan I tidak pernah kb
POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Smrs : pasien mandi 2x sehari pasien tidak pernah mengikuti senam hamil pasien periksa
kehamilan ke puskesmas.
Mrs: pasien mengatakan tidak mandi sejak di rumah sakit dr.soetomo perawatan pasien di
bantu perawat atau bidan pasien cemas dengan kondisinya saat ini pasien tidak tau
dengan penyakitnya dan efek dari peb
2. Pola nutrisi dan metabolsme
Smrs: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu berfariasi . pasien minum
kurang lebih 100ml/hr pasien tidak punyak alergi maupun pantangan makan.
Mrs: pasien mengatakan di rumah sakit nafsu makan pasien menurun makan 3 kali sehari
dengan porsi . minum hanya 600 ml/hr
3. Pola istirahat tidur
Smrs: pasien tidur 8 jam perhari ibu serig tidur siang 1-2 jam, dan tidur malam kurang
lebih 6-7 jam tidak ada gangguan saat tidur.
Mrs: pasien tidur 5 jam /hr ibu sering terbangun saat tidur karena ibu merasa
punggungnya nyeri.
4. Pola eliminasi

Smrs : pasien mengatakan bak kurang lebih 1000cc/hr warna kuning bau khas urin BAB
dalam sehari 1 kali dengan konsistensi lunak warna kuning kecoklatan dengan baukhas
feses.
Mrs: pasien mengatakan bak krang lebih 600 cc/hr warna kuning bau khas urin, dalam
sehari pasien tidak bab pasien terakhir bab tanggal 30 november.
5. Pola aktivitas
Smrs : pasien mengatakan mrlakukan aktivitasnya sehari hari yaitu membersihkan rumah
dan lain lain.
Mrs : pasien berbaring di tempat tidur karena tubuhnya lemas dan kepala pusing.
6. Pola hubungan peran
Smrs: pasien berhubungan baik dengan keluarga pasien kurang berhubungan baik dengan
suaminya karena saat pasien di rumah suaminya sering minim alcohol mabuk mabukan
dan sering marah marah.
Mrs: pasien berhubungan baik dengan keluarga dan petugas kesehatan . pasien
berhubungan baik dengan suaminya meskipun tidak jarang suaminya marah.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Smrs : pasien mengatakan bersyukur atas hidupnya dan keadaannya saat ini.
Mrs: pasien mengatakan bersyukur atas hidupnya dan keadaannya saat ini.
8. Pola sensori dan kognitif
Smrs : pasien tidak mengalami ganggguan dalam sensorinya kognitif pasien normal tidak
ada waham dan proses berfikir lancer.
Mrs: pasien tidak mengalami gangguan dalam sensorinya kognitif pasien normal tidak
ada waham proses berfikir lancer.
9. Pola reproduksi seksual
Smrs: pasien mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam reproduksi seksual.
Mrs: pasien mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam reproduksi seksual
10. Pola penanggulangan stress
Smrs: pasien mengatakan sudah beradaptasi dengan kehamilannya bila ada masalah yang
mengganggu fikirannya pasien bercerita dengan ibunya dan mengalihkan fikiran dengan
menonton tv.
Mrs: pasien mengatakan sudah beradap tasi dengan kehamilannya, bila ada masalah yang
mengganggu fikirannya pasien bercerita dengan ibunya.
11. Pola tta nilai dan kepercayaan
Smrs: pasien mengatakan melakukan sholat meskipun tidak 5 waktu pasien selalu berdoa
kepada allah.
Mrs: pasien mengatakan tidak melakukan sholat 5 warktu tapi pasien slalu berdoa.

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda tanda vital:
Td : 140/100
Suhu 36
Nadi : 84
Rr; 16
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala leher
Wajah : tidak ada edema , tidak pucat
Mata: simetris tidak ada poli, tidak ada sinus, tidak ada sret.
Hidung mulut : tidak ada karies gigi, tidak ada sianosis, mukosa kering, tidak ada
sariawan pada mulut.
Telinga: simetris, tidak ada nyeri tekan , tidak ada serumen, tidak ada scret, dapat
mendengar dengan baik
Leher; tidak ada pembengkakan klenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugulari.
b. Dada
Jantung : suara jantung normal s1 s2 tunggal tidak ada suara tambahan.
Paru paru : pengembangan paru normal, pergeraan simetris, tidak ada suara
tambahan.
Payudara: simetris tidak ada lesi, putting menonjol tidak ada lesi, keadaan bersih,
hiperpigmentasi aerola, asi belum keluar.
c. Abdomen :
lepold I : tfu 2 jari di atas pusat bagian fundus teraba bulat , lunak tidak
melenting.
Leopold II: perut bagian kanan bawah teraba panjang, keras datar, seperti
papan(pungung) perut kiri teraba bagian kecil janin.
Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat keras melenting masih bias di
goyangnkan.
Leopold IV : kepala belum masuk PAP (konvergen) djj:134x/menit his:d. Perineum dan genetalia
Vagina: tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada condiloma, keadaan bersih,
tidak basa.
Perineum : tidak ada luka epysiotomi.
Anus: tidak ada hemoroid.
e. Ekstermitas

Tidak oedema, crt<2 detik, tidak ada varises, reflex patella +/+ akral hangat
kering merah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan urin lengkap
Rincian tindakan
GLU
BIL
PH
PRO
URD
NIT

hasil
NEGATIF
NEGATIF
6,5
NEGATIF
3,2
NEGATIF

Nilai rujukan
NEGATIF
NEGATIF
6-8
NEGATIF
<17
NEGATIF

TERAPI
1. Nifedipin 3x 10 mg bila td: 160/100
2. Metildopa 3x250mg
3. Diet tktp rg
4. Minum max 1500 cc/24 jam
ANALISA DATA
NO.
1.

PENGELOMPOKAN DATA
DS: pasien mengatakan tidak

KEMUNGKINAN

MASALAH

PENYEBAB
Pre eklamsi berat

Defisiensi pengetahuan

mengetahui tentang
penyakitnya

Kurangnya informasi

DO: - keadaan umum lemah


-pasien tampak bingung

Defisiensi pengetahuan

-pasien tampak cemas


2.

DS: pasien mengatakan takut

PEB

dengan keadaannya dan


janinnnya

TD meningkat

DO:
-

Keadaan umum lemah

Pasien tampak cemas

Pasien tampak bingung

N: 80x/menit

S: 36,5 c

RR: 20x/menit

TD: 150/100mmHg

Kesadaran

Pandangan kabur
Kurangnya pengetahuan /
informasi
Kekhawatiran
cemas

ANSIETAS

composmentis
-

Score skala HARS =19


(kecemasan sedang )

Akral hangat kering

merah
DS :pasien mengatakan sering

3.

PEB

terbangun saat tidur


DO :
-

TD meningkat
frekuensi tidur kurang
lebih 5 jam

Keadaan umum lemah

Akral hangat kering


merah

Pandangan kabur
Kurangnya pengetahuan /
informasi

N: 80 x/menit

Td : 150/100 mmhg

S : 36,5

Crt ; <2 det

Gangguan pola tidur

Kekhawatiran
Cemas
Peningkatan ketegangan
Gangguan pola tidur

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL

TANGGAL

Defisiensi pengetahuan

DITEMUKAN
02-12-16

DIATASI

1.

NAMA JELAS

berhubungan dengan kurang


pajanan ditandai dengan pasien
2.

tampak bingung dancemas.


Ansietas berhubungan dengan

02-12-16

perubahan kesehatan ditandai


dengan tekanan darah meningkat
150/100
Gangguan pola tidur

3.

02-12-16

berhubungan dengan kurang


control tidur di tandai dengan
frekuensi tidur kurang dari 5 jam

INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1.

Diagnose
keperawatan
Dx 1

Tujuan
Kriteria hasil

Rencana tindakan keperawatan

Tujuan : setelah dilakukan

1. Jelaskan tentang penyakit dan

Rasional
1. Untuk

asuhan keperawatan 1x 24

bagaimana hal ni

memberitahuka

jam tidak ada defisiensi

berhubungan dengan

n pada pasien

pengetahuan.

kondisinya saat ini

penyakit dan

Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga

2. Gambarkan tanda dan gejala

hubungan

yang biasa muncul pada

dengan

menyatakan.

penyakit, dengan cara tepat.

kondisinya.

Pemahaman

3. Jelaskan kondisi pasien saat

tentang penyakit,
kondisi, prognosis,

ini dengan cara yang tepat.


4. Instruksikan pasien mengenali

2. Untuk
menggambarkan
apa tanda dan

dan program

tanda dan gejala untuk

gejala yang

pengobatan.

melaporkan pada pemberi

muncul pada

perawatan kesehatan.

penyakit.

2. Pasien dan keluarga


mampu

3. Menjelaskan

melaksanakan

kondisi pasien

prosedur yang di

bagaimana saat

jelaskan secara

ini dan tindakan

benar

yang dilakukan.
4. Memberitahuka
n bahwa bila
ada tanda dan
gejala segera

Dx 2

Tujuan : setelah dilakukan

1. Jelaskan semua prosedur.

lapor.
1. Untuk

asuhan keperawatan 2x 24
jam tidak ada ansietas
Kriteria hasil :

2. Dengarkan keluhan pasien


dengan penuh perhatian.
3. Identifikasi tingkat

1. Klien mampu

menjelaskan
prosedur
2. Mendengarkan

kecemasan.

mengidentifikasi

4. Bantu pasien mengenal

dan

situasi yang menimbulkan

mengungkapkan

kecemasan.

gejala cemas.

keluh kesa
pasien
3. Mengetahui
tingkat

5. Observasi tanda tanda

2. Tanda vital dalam


batas normal

kecemasan

vital
6. Intruksikan pasien

pasien.
4. Membantu

menggunakan teknik

pasien

relaksasi.

menentukan
situasi yang
dapat
mengganggu.
5. Monitor tanda
tanda vital
6. Menghilangkan

3.

Dx 3

Tujuan : setelah dilakukan


asuhan keperawatan 2x 24
jam pasien tidak ada

1. Jelaskan pentingnya tidur


yang adekuat
2. Fasilitas untuk

ganggguan pola tidur.

mempertahankan aktifitas

Kriteria hasil

sebelum tidur.

1. Jumlah tidur dlam


batas normal

3. Ciptakan lingkungan yang


nyama.

2. Pola tidur kualitas


dalam batas normal
3. Perasaan segar

4. Instruksikan untk memonitor


tidur pasien.
5. Monitor cara perubahan tdr

rasa cemas.
1. Edukasi tentang
normalnya tidur.
2. Untuk meningkatkan
kualitas tidur
3. . memberikan rasa
nyaman saat tidur
4. Memantau tdr sudah
terpenuhi atau tdk
5. Monitor perubahan
tdr

sesudah tidur atau


istirahat

PELAKSANAAN
DX

TANGGAL/

DX 1

JAM
02-12-12

TINDAKAN KEPERAWATAN

TANDA
TANGAN

1. Menjelaskan tentang penyakit PEB

dan berhubungan dengan kondisi


pasien saat ini
2. Menjelaskan tanda dan gejala yang
muncul pada penderita PEB
3. Menjelaskan kondisi pasien saat ini
4. Mengobservasi pasien
TD: 150/90
RR:18x/menit
N:80x/menit
5. Menginformasikan pada pasien bila
terjadi gejala gejala langsung
melapor pada petugas
Dx 2

02-2-16

1. Menjelaskan semua prosedur dan


tindakan yang akan dilakukan
2. Menjalin trust dan mendengarkan
keluahan pasien
3. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
pasien.
4. Mengobservasi tanda tanda vital
TD : 150/90 mmHg
RR: 18x/menit
N: 80 x/menit
5. Mengajarkan teknik relaksasi untuk

DX 3

02-2-16

menghilangkan cemas
1. Menjelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
2. Menciptakan lingkungan yang
nyaman
3. Membantu memenuhi aktifitas untuk
mempertahankan aktifitas sebelum
tidur.
4. Mengontrol tidur pasien bila tidak
tidur membantu untuk memenuhi
kebutuhan yang di butuhkan agar
cepat tidur.
5. Memonitor cara dan perubahan
tidur.

EVALUASI
TANGGAL
02-12-16

NO. DX
DX 1

EVALUASI
S: Pasien mengetahui apayang di maksud
dengan PEB
O: keadaan umum lemah
Pasien tidak bingung
Pasien tampak faham
A: masalah teratasi

02-12-16

DX 2

P: intervensi di hentikan
S: pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi
karena di berikan obat dan perawatan di
rumah sakit.
O: keadaan umum lemah
Pasien tampak tenang
Score skala hars: 6
(kecemasan ringan )
A: Masalah teratasi

02-12-16

DX 3

P: intervensi di hentikan
S: Pasien mengatakan tidur lebih nyaman
tidak sering terbangun.
O: frekuensi tidur kurang lenih 7 jam
Akral hangat erring merah
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan

TTD

Anda mungkin juga menyukai