Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

a. Klasifikasi Preeklampsia

Menurut nita dan Mustika (2013) Preeklamsia digolongkan

ke dalam preeklamsia dan preeklamsia berat dengan gejala dan

tanda sebegai berikut:

1) Preeklamsia

a) Tekanan darah

Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau diastole >

15 mmHg ( dari tekanan darah sebelum hamil). Pada

kehamilan 20 minggu atau lebih dari atau sistole ≥ 140 ( <

160 mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤ 110 mmHg) dengan

interval pemeriksaan 6 jam.

b) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu

c) Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1

sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

d) Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi

pulmoner tidak terdengar

B. Hiperefleksi + 3, tidak ada

C.

D.

E.

F. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian

Kegawatdaruratan merupakan keadaan yang


bermanivestasikan gejala- gejala akut akan adanya suatu

keparahan suatu tingkatan tertentu, di mana apabila pada keadaan

tersebut tidak diberikan perhatian medis yang memadai, dapat

membahayakan keselama tan individu bersangkutan,

menyebabkan timbulnya gangguan serius fungsi tubuh ataupun

terjadinya difungsi organ atau kecacatan. (ACEP, 2013).

Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit

ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat

terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa

Wiknjosastri, 2014).

Kegawatdaruratan preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah

kondisi gawatdaruran yang diakibatkan oleh hipertensi, edema,

dan proteinuria yang dapat muncul pada kehamilan setelah 20

minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni,

ZH, 2013 : 169)


a) klonus di pergelangan kaki

b) Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30

ml/jam

c) Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan

penglihatan, tidak ada nyeri ulu hati

2) Preeklamsia berat

a) Tekanan darah 160/110 mmHg


b) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam

c) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

d) Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan

penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis,

gangguan kesadaran.

e) Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus,

perdarahan pada retina, trombosit kurang dari 100.000/mm

b. Etiologi

Etiologi pasti Preeklampsia Berat masih belum diketahui.

Walaupun begitu, beberapa peneliti menduga kuat adanya

hubungan antara preeklamsia dengan kelainan pada pembuluh

darah plasenta. Diduga bahwa pembuluh darah plasenta

mengalami kelainan sehingga menjadi lebih sempit dibandingkan

normal. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam aliran darah

melalui pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan

tekanan darah dan gangguan pertumbuhan janin intrauterin

(English FA, 2015).

Adapun factor resiko terjadinya preeklamsia adalah :

1) Primigravida atau > dari 10 tahun sejak kelahiran

anak terakhir

2) Kehamilan anak pertama dengan pasangan baru

3) Ada riwayat preklamsia sebelumnya


4) Genetic

5) Kehamilan kembar

6) Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial,

penyakit ginjal dan diabetes

7) Adanya proteinuria saat pemeriksaan (>1 + pada >1 kali

pemeriksaan atau > 0,3 gram /4 jam ).

8) Umur ≥40 tahun

9) Obesitas IMT >35)

10) IVF (vertilisasi in Vivo) (Bothamley, Boyle, 2013 :

194).

c. Patofisiologi preeklamsia

Pada Preeklampsia yang berat dapat terjadi perburukan

patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan

diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2013).

Perubahannya pada organ-organ :

1. Otak

Terjadi tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan

autoregulasi tidak berfungsi, pada saat auto regulasi tidak

berfungsi sebagaimana fungsinya, jembatan penguat endotel

akan terbuka dan dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel

darah merah keluar ke ruang ekstravaskuler. Hal ini akan

menimbulkan perdarahan petekie atau perdarahan itrakranial

yang sangat banyak


Perubahan hati perdarahan yang tidak teratur terjadi rekrosis,

thrombosis pada lobus hati rasanya nyerim epigastrium

2. Mata

Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat

atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi

perdarahan atau eksudat.

3. Paru

Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklamsia berat.

Edema paru biasa diakibatkan oleh kardiogenik ataupun non-

kardiogenik dan biasa terjadi setelah melahirkan.

4. Hati

Pada preklamsia berat terdapat perubahan fungsi dan

integritas hepar, termasuk perlambatan ekskresi

bromosulfoftalein dan peningkatan kadar aspartate

aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan

fosfatase alkali serum disebabkan oleh fostafase alkali tahan

panas yang berasal dari plasenta.

5. Ginjal

Pada preeklamsia berat keterlibatan ginjal menonjol dan

kreatinin plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai

normal ibu tidak hamil atau berkisaran hingga 2-


3 mg/dl. Hal ini di sebakan oleh perubahan instrikssi ginjal yang

di timbukan oleh vasoplasme hebat.

6. Darah

Kebanyakan pasien dengan prreklamsia memiliki

pembekukan darah yang normal. Perubahan tersamar yang

mengarah ke koangulasi inravaskuler dan dekstruksi eritrosit.

7. Plasenta

Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan

gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama,

pertumbuhan janin terganggu dan pada hipertensi yang singkat

dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat

kurangnya oksigenasi untuk janin.

d. Tanda dan gejala klinis

Menurut Mitayani (2014) Preeklamsi berat dapat di disertai

dengan satu atau lebih tanda dan gejala berikut:

a. Tekanan darah tinggi diakibatkan pembuluh darah plasenta

mengalami kelainan sehingga menjadi lebih sempit dibanding

normalnya, hal ini menyebabkan gangguan dalam aliran darah

melalui pembuluh darah sehingga muncul tanda dan gejala

peningkatan tekanan darah dan gangguan pertumbuhan janin.


b. Invasi trofoblasi mengakibatkan arteri spiralis bersifat

inkomplit sehingga Aliran darah uteroplasenta berkurang hal

ini akan memicu respon inflamasi yang merusak sel endotel,

rusaknya sel endotel dalam pembuluh darah akan

menyebabkan meningkatnya permeabilitas vaskuler dan akan

memicu vasokonstriksi. Peningkatan permeabilitas vaskurler.

Sehingga muncul tanda dan gejala protein urune meningkat

dan edema pada ibu hamil yang menderita preeklamsia berat.

c. Ablasio retina yang menyebabkan edema intra okuler sehingga

terjadi perubahan perendaran darah yang mengakibatkan pusat

penglihatan kabur/terganggu,

d. Pada preeklamsia dan eklamsia di sebabkan oleh edema paru

yang menimbukan dekompensasi kordis. Sehingga cairan di

paru-paru meningkat sehingga terjadinya aspirasi pneumonia

atau abses paru yang menimbulkan tanda dan gejala sesak

napas,sianosis dan adanya suara napas tambahan (Ronchi) dan

penumpukan secret.

e. Preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang di tandai

dengan kejang-kejang, Hal ini di akibatkah oleh Kadar gula

darah meningkat menyebabkan asam laktat dan asam organic

meningkat, sehingga cadangan alkali menurun yang

mengakibatkan kejang-kejang.
f. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

i Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar

normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-

14 gr%.

2) Hematoktit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)

3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450

ribu/mm3)

ii Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine meningkat >2+ iii

Pemeriksaan fungsi hati

1) Bilirubin meningkat (N=<1 mg/dl)

2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat

3) Aspartate aminomtranserase (AST)>60 ul.

4) Serum glutamate pirufat transfeminase (SGPT)

meningkat (N=15-45 U/dl)

5) Serum gltamat oxaloacetic transaminase (SGOT)

Meningkat (N=<31 U/l)

6) Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl) iv

Tes kimia darah


Asam urat meningkat (N=2,4-2,7 mg/dl)

b) Radiologi

i Ultrasenografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.

Pernafasan intrauterus lambat, aktifitas janin lambat,

dan volume cairan ketuban sedikit.

ii Kardiotografi

Diketahu denyut jantung janin bayi lemah.

Elektrokardiogram dan foto dada menunjukan

pembesaran ventrikel dan kardiomegali.

g. Penatalaksanaan kegawadaruratan preeklamsia

1) Penatalaksanaan preeklamsia ringan

a) Periksa kehamilan 2x seminggu

b) Lakukan pemantaun tekanan darah, proteinuria,

reflex dan kondisi janin.

c) Anjurkan untuk banyak istrahat/ tirah baring

d) Diet rendah garam dan protein. (pudiastuti, R, D, 2015).

2) Penatalaksanaan berat

Pada preeklamsia berat, pengobatan yang dilakukan adalah

secara medical, yaitu sebagai berukut :


a) Segera masuk ke rumah sakit

b) Posisikan tidur miring kiri hal ini akan meningkatkan

aliran darah dan nutrisi ke plasenta dan janin. Ginjal ibu

hamil juga akan bekerja lebih efisien, dengan

menghilangkan cairan dan sampah dari dalam tubuh.

Dengan posisi ini cairan yang menumpuk di kaki dan

tangan, yang mengakibatkan kaki bengkak akan

berkurang.

c) Bebaskan jalan napas jika terjadi sumbatan jalan napas

dan lakukan intubasi jika perlu.

d) Berikan oksigen jika terjadi sesak napas

e) Tanda vital di periksa setiap 30 menit, memeriksa reflex

patella setiap jam.

f) Memasang infus dengan cairan dextrose 5% dimana setiap

1 liter diseringi dengan cairan infus RL (60-125 cc/Jam)

500 cc.

g) Pemberian anti kejang/ anti konvulsan magnesium sulfat

(MgSO4) sebagai pencegah dan terapi kejang. MgSO4

merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi

kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia.

h) Jika pasien mengalami penurunan kesadaran: bebaskan

jalan napas, barikan pada satu sisi, ukur suhu, dan periksa

apakah ada kaku kuduk.


2. konsep Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian primer

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara

sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan

dan fungsional pasien pada saat ini dan riwayat sebelumnya

(Potter & Perry, 2013). Pengkajian keperawatan terdiri dari

dua tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data dari

sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah

menganalisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan

diagnosis keperawatan.

Menurut Jevon dan Ewens (2007), pengkajian Airway (A),

Breathing (B), Circulation (C), Disabillity (D), Expossure

(E) pada pengkajian gawat darurat adalah :

1) Airway (jalan napas)

Pada pengkajian airway pada pasien dengan preelamsia

masalah yang terjadi apabila adanya cairan dalam paru

dan edema paru menimbulkan gejala penumpukan secret,

adanya suara napas tambahan.

a. Diagnose Keperawatan

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan benda asin dalam jalan napas, Secresi yang

tertahan.
Tabel 2.1 Tanda Dan Gejala Pada Bersihan Jalan Napas

Tidak Efektif

Gejala Dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedi) 1. Batuk tidak efektif atau tidak

mampu batuk

2. Sputum berlebih/obstruksi di

jalan napas/meconium di jalan

napas (pada neunatus)

3. Mengi, wheezing, dan ronchi

kering

Gejala Dan Tanda Minor

Objektif Subjektif

1. Dispneu 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosi
3. Ortopneu 3. Bunyi napas menurun

4. Frekuensi napas berubah

5. Pola napas berubah


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Bersihan Jalan Napas

Tidak Efektif

Rencana tindakan

No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Latihan batuk efektif

napas tidak tindakan keperawatan Obervasi :

efektif dengan diharapkan bersihan jalan □ Identifikasi

benda asin dalam napas efektif dengan kemampuan batuk

jalan napas, indikator dari menurun ke □ Monitor adanya

spasme di jalan meningkat ( 1-5 ) retensi sputum

napsa, Kriteria hasil: □ Monitor tanda dan

hipersekresi jalan a. Batuk efektif gejala infeksi saluan

napas, secresi b. Produksi sputum napas

yang tertahan, c. Mengi □ Monitor input dan

proses infeksi. d. Sweezing output cairan

e. Dyspnea Terapeutik:

f. Ortopnea □ Atur posisi

g. Sulit bicara semifowler

h. Gelisah □ Buang secret pada

i. Frekuensi napas tempat sputum

Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan

prosedur batuk

efektif

□ Anjurkan

mengulangi Tarik

napas dalam

hingga 3 kali

□ Anjurkan batuk

dengan kuat

langsung setelah

Tarik napas yang ke

3 kali.

Kolaborasi:

□ Kolaborasi

pemberian mukolitik

atau ekspektoran.

2. Majemen jalan napas

Observasi :

□ Monitor jalan

napas ( frekuens,

kedalaman, usaha

napas )

Anda mungkin juga menyukai