Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS

PADA NY. U USIA 40 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 40+4 MINGGU


DENGAN PRE EKLAMPSI BERAT

Dosen Pengampu : Mundarti, S.SiT, M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Ainun Cahya Saputri

NIM : P1337424516012

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG

2018
BAB I
TINJAUAN TEORI MEDIS

A. Pengertian
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastro, 2007). Preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai
kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi. (Arif, 2001:270).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih . Pada
pre-eklampsia dan eklampsia terjadi spasme arteriol menyeluruh termasuk di hati,
sehingga beberapa bagian hati menjadi nekrosis yang kadang-kadang menjalar sampai
ke tengah lobulus hati (Mochtar, 1998:163). Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan
ringan dan berat.
1. Preeklampsi ringan
a. Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
b. Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
d. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1
sampai 2 urin keteter atau midstream.
2. Preeklampsi berat
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
c. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
e. Edema paru dan sianosis.
(Wiknjosastro, 2005 : 288)

B. Etiologi Preeklampsia
Etiologi Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya,
oleh karena itu disebut “penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan jawaban
yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
1) Spasmus arteriola
2) Retensi Na dan air
3) Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor
yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat
(Ilmu Kebidanan : 2005).

C. Gambaran Klinis Preeklampsia


1) Gejala Subjektif
Pada Preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah karena perdarahan subkapsuer spasme areriol. Gejala-gejala ini sering
ditemukan pada Preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi,
edema dan proteinuria bertambah meningkat.
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan
sistolik 30 mmHg dan diastolic 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih
dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada Preeklampsia berat meningkat lebih
dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita
juga akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran,
hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, perdarahan otak.

D. Faktor Resiko Preeklampsia


1) Riwayat Preeklampsia
2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat
(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya
Preeklampsia
3) Kegemukan
4) Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai
bayi kembar atau lebih.
5) Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes,
penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.

E. Patofisiologi Preeklampsia
Pada Preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunningham, 2003). Perubahannya pada organ-organ :
1) Perubahan hati perdarahan yang tidak teratur terjadi rekrosis, thrombosis pada
lobus hati rasanya nyerim epigastrium
2) Retima
3) Metabolism air dan elektrout
4) Mata
5) Otak, pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri.
6) Uterus aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta.
7) Paru-paru, kematian ibu pada preeclampsia dan eklamsia biasanya disebabkan
oleh edema paru.
E.1 Patofisiologis Preeklampsia Berat
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003). Wanita dengan hipertensi pada
kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi
endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit
syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim
(Michael,2005).

F. Perubahan pada organ akibat preeklamsi


1) Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada
preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload
jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis
hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan
onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi
kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).
2) Metablismo air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak
pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau
penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat
mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan
perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan
klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah.
Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler
dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan.
Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks
serebri atau didalam retina (Rustam,1998).
4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan
perdarahan (Trijatmo,2005).
5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad
partus prematur.
6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan
oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena
aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
G. Pencegahan Preeklamsia Berat
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita
perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor
predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada
wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan
yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan
segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif,
memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.

H. Penatalaksanaan Preeklamsia Berat


Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri/diterminasi ditambah
pengobatan medisinal
a. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a) Ibu
- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-
gejala status quo (tidak ada perbaikan)
b) Janin
- Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
- Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c) Laboratorium
Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia)
b. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a) Segera masuk rumah sakit.
b) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30
menit, refleks patella setiap jam.
c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
d) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
i. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40%
dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin
pada suntikan IM.
ii. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis
awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
iii. Syarat-syarat pemberian MgSO4
- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr
(10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
- Refleks patella positif kuat.
- Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam) 4. MgSO4 dihentikan bila :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
iv. Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara
IV dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
- MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sedah terjadi perbaikan (normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
- Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan
< 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
- Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya
- Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat
dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan
tekanan darah.
- Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral (syakib bakri,1997)
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
1) Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2) Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif.
Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana
gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3) Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal
gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu
MgSO4 20% 2 gr IV.
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

I. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a) Nama
Nama ibu, termasuk nama panggilannya, dikaji untuk mengenal klien dan
memanggil pasien agar tidak keliru dengan pasien lain. (Ibrahim, 1996).
Memanggil ibu sesuai dengan namanya, menghargai dan menjaga martabatnya
merupakan salah satu asuhan sayang ibu dalam proses persalinan ( Buku Acuan
Asuhan Persalinan Normal, 2008 : 14).
b) Umur
Dari segi usia, wanita hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun dianggap
beresiko untuk mengalami preeklamsia. Hal ini disebabkan karena seiring
peningkatan usia, akan terjadi proses degeneratif yang meningkatkan resiko
hipertensi kronis dan wanita dengan resiko hipertensi kronik ini akan memiliki
resiko yang lebih besar untuk mengalami preeklamsia.(Cunningham, 2005)
c) Agama
Agama dikaji untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan keagamaan
dalam melakukan asuhan kebidanan juga mengetahui pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan lain. Agama ini berfungsi untuk mengetahui praktek agama
yang dilakukan oleh ibu yang berkaitan dengan nifas. Dalam keadaan gawat
ketika memberi pertolongan dan perawatan dapaat diketahui dengan siapaa harus
berhubungan misalnya pada agama islam memanggil ustad, pada agama khatolik
memanggil pastur atau pendeta. (Ibrahim,1996:82)
d) Pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati, 2009 : 130).
e) Suku/ Kebangsaan
Ini perlu ditanyakan untuk mengadakan statistik kelahiran.. Wanita asia dan
afrika biasannya mempunyai panggul bundar dan normal bagi persalinan dan
biasanya wanita-wanita dari barat panggulnya ukuran melintang lebih panjang
tetapi ukuran muka belakang lebih kecil. (Ibrahim,1996 : 82)
f) Pekerjaan ibu
Menurut penelitian Nuning dan Mardiana (2014), ibu hamil yang tidak bekerja
juga beresiko mengalami preekalmsia dalam kehamilan karena sebagai IRT juga
megalami stress, karena mereka memiliki beberapa masalah rumah tangga yang
berbeda-beda, seperti masalah ekonomi, masalah dengan keluarga, dan
kecemasan akan kehamilan maupun persalinan. Sedangkan pada ibu yang
bekerja, mereka memiliki masalah tuntutan pekerjaan (terutama yang bekerja
sebagai buruh pabrik.)
g) Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan perumahan serta keadaan tempat tinggal
ibu (memenuhi persyaratan rumah sehat/tidak), untuk mempermudah dalam
kunjungan rumah, mengetahui keadaan geografis rumah klien berupa pegunungan
atau daerah terpencil dapat menurunkan keterjangkauan klien terhadap tenaga
kesehatan dan menyulitkan / menghabiskan waktu yang lama untuk merujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih baik jika terjadi kegawatdaruratan. Membedakan
beberapa pasien yang bernama sama yang tinggal dalam satu desa.
h) Data mengenai suami/ penanggung jawab.
Hal ini akan memberikan jaminan jika saat persalinan ibu mengalami
kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus dengan siapa bidan berunding.
Dan saat ibu mendapat pendampingan saat persalinan akan membuat psikologis
ibu membaik dan membuat motivasi dalam mengejan.
Anjurkan ibu untuk di temani suami dan/ atau anggota keluarga lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu
adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan
mereka terima, mereka akan mendapatan rasa aman dan hasil yang lebih baik.
Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya
persalinan dengan vaakum, cunam, dan secsio sesar, dan persaalinan berlangsung
lebih cepat merupakan asuhan sayang ibu dalam proses persalinan ( Depkes RI,
2008 : 12)
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien preeklamsi berat biasanya akan merasakan sakit
kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah-muntah karena perdarahan subkapsuer spasme
areriol, disertai dengan peningkatan tekanan darah dan protein urine.

3. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warni ng
akan adanya penyulit masa hamil ). Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada
masa hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi
organ yang mengalami gangguan.
Riwayat kesehatan meliputi penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu dan
keluarga:
1. Hipertensi
Hipertensi yaitu kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg atau > 90 mmHg dalam
2 pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolic sampai 110 mmHg
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
a. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan atau dalam 48 jam pasca
persalinan.
b. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu.
(Abdul Bari Syaifudin, 2002:208)
2. Diabetes
Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat menyebabkan resiko terjadinya
preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada janin meningkatkan terjadinya
makrosomia, hiperbilirubin, hipokalsemia, serta mortalitas atau kematian
janin. (Prawirohardjo, 2008 : 251 )
3. Asma
Terdapat komplikasi preeklampsia 11 %, IUGR 12 %, dan prematuritas 12 %
pada kehamilan dengan asma. Pada asma berat, hipoksia janin dapat terjadi
sebelum hipoksia pada ibu terjadi. (Prawirohardjo, 2008 : 811 )

4. Riwayat Kebidanan
Riwayat kebidanan meliputi riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
(Jannah, 2012 : 171 ), riwayat haid dan riwayat kehamilan sekarang. Riwayat haid
menggambarkan tentang keadaaan dasar dari organ reproduksinya.
a. Riwayat Haid
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami haid. Wanita haid
pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun.
2) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid
berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari.
3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan.
(sulistyawati, 2009 :166-167 )
4) Dismenorea
Data yang menjelaskan gangguan selama haid setelah menarche, oleh
karena siklus –siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan
permulaan haid. (Prawirohardjo, 2007 : 229 )
5) Leukorea
Nama gejala yang diberikan pada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital
yang tidak berupa darah. Waktu di sekitar menarche karena mulai ada
pengaruh esterogen. (Prawirohardjo, 2007 : 271 ).

b. Riwayat Kehamilan Sekarang


Pada masa ini perhatian bidan diarahkan pada persiapan untuk melahirkan dan
menyusui, rencana perawatan bayi, kemungkinan yang timbul. (Pusdiknakes,
2003:63)
Kunjungan ibu hamil minimal 4x: TM I: 1x, TM II: 1x, TM III: 2x,
Jadwal pemeriksaan kehamilan:
a. Perencanaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat 1 bulan.
b. Periksa ulang 1x dalam sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
c. Periksa ulang 2x dalam sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
d. Periksa khusus bila ada keluhan (Mochtar, 1998: 118)
Imunisasi: Perlu dikaji riwayat imunisasi yang pernah didapat bersama TT.
Imunisasi TT pada ibu bertujuan untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum. Adapun jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah 2x
dengan selang pemberian 4 minggu. Dosis imunisasi adalah 0,5 cc/ IM.
Apabila telah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu dengan jarak
kehamilan lebih dari 2 tahun maka hanya diberi 1x saja.

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


1) Riwayat Kehamilan
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005: 287) Pada primigravida frekuensi
preeklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida
terutama primigravida muda.
Umumnya kehamilan dengan preeklampsia terjadi pada primigravida
karena secara imunologik pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta pada kehamilan pertama tidak sempurna sehingga
timbul respon imun yang tidak menguntungkan terhadap
histoinkompabilitas placenta. Preeklampsia terdapat pada 3-8% ibu
hamil, terutama primigravida pada kehamilan trimester kedua (Sibai,
2011).
Kehamilan dengan riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau
eklampsia sebelumnya.( Aprilia, 2009)
2) Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan yang merupakan faktor resiko adalah persalinan
prematur, persalinan dengan BBLR, lahir mati, persalinan dengan
induksi persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan
perdarahan post partum, persalinan dengan tindakan (Ekstrasi forcep,
vakum, letak sungsang, ekstraksi, operasi SC) (Manuaba, 1998:37)
3) Riwayat Nifas
Adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi.

5. Riwayat Pernikahan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan. Ditanyakan menikah berapa kali,
umur/lama perkawinan, jarak perkawinan dengan kehamilan, perkawinan pada
masyarakat pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia menarche
resiko melahirkan BBLR sekitar 2 kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche
disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri
yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan. Semua ini akan menyebabkan kebanyakan wanita di
negara berkembang mempunyai TB yang pendek. (Soetyningsih, 1995:96)

6. Pola kebiasaan sehari- hari


a. Nutrisi
Kebutuhan kalori ibu meningkat 300 kalori per hari begitu juga dengan
kebutuhan cairan yang meningkat 300cc per hari setelah kehamilan.
(Widatiningsih, dkk., 2017:173-174)
Pada trimester ketiga (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik, tetapi
jangan berlebihan, ibu harus mengurangi makanan manis dan asin karena
memberikan kecenderungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya
keracunan saat kehamilan.(Marmi, 2014:118)
b. Aktivitas
Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa
dilakukan pasien di rumah. Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan
preeklampsia, abortus dan persalinan prematur.
c. Aktivitas seksual
Pada trimester III biasanya gairah seksual akan dipengaruhi oleh rasa tidak
nyaman dan body image. Tidak ada kontraindikasi kecuali ketuban pecaah dini
dan sudah ada pembukaan, disarankan untuk modifikasi posisi dan melakukan
dengan lembut dan hati-hati. (Widatiningsih, dkk. 2017)

7. Data Psikososial
Psikososial pasien preeklamsia biasanya akan terganggu seperti adanya
kecemasan dan ketakutan ibu. Sehingga perlu motivasi dari keluarga berupa:
a. Memberi dukungan dengan membesarkan hatinya dan menentramkan
perasaannya serta pendamping ibu. (suami atau keluarga)
b. Memberi tahu dan menjelaskan proses kemajuan persalinan pada ibu dan
keluarga (JPNK-KR, 2002:1-6)
c. Prosedur akan dilakukan dengan keterlibatan ibu. (Saefuddin, 2002:112)

8. Data Budaya dan Spiritual


a. Dikaji tentang agama pasien dan suami, tingkat kebutuhan dan ketakwaan
pasien serta keluarga dalam menjalankan agama atau ibadahnya.
b. Dikaji mengenai kepercayaan dan adat istiadat yang dapat mempengaruhi
proses persalinan. (Saefuddin, 2001:124)

9. Data Ekonomi
Ibu hamil yang mempunyai latar belakang sosial ekonomi yang kurang
menguntungkan bagi kehamilannya, seperti terlalu muda atau tua terutama pada
primigravida.Keadaan sosial ekonomi yang rendah, dll membutuhkan pengalaman
dan ibu hamil dengan latar belakang sosial ekonomi yang baik. (Pusdiknakes,
1993 : 65)

10. Data Pengetahuan


Perlu dikaji karena dengan berbekal pengetahuan pasien akan lebih mudah diajak
memecahkan masalah yang mungkin terjadi. Hal – hal yang dikaji adalah tentang
pengetahuan ibu mengenai preeklamsia, seperti tanda-tanda preeklamsia
diantaranya yaitu tekanan darah meningkat, pusing, nyeri epigastrium, oedema,
dan adanya protein urine.
II. DATA OBYEKTIF
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
Data ini diketahui dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan
respons yang baik terhadap lingkungan dan oang lain, dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri.
2. Kesadaran
Terjad penurunan kesadaran pada pasien dengan preeklamsia berat karena adanya
gangguan pada otak.
3. Tanda vital
a) Tekanan darah
Pre-eklampsia berat adalah pre-eklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g/24 jam. (Saifuddin,2012:544)
b) Nadi
Periksa nadi pada pasien preeklamisa biasanya, nadi cepat >80x/
menit. Menyesuaikan dengan suhu, jika naik maka frekuensi nadi juga naik
(Ibrahim, 1996:45)
c) Respirasi
Pada kala II jika ditemukan nafas cepat > 30x/menit merupakan tanda
syok. Sehingga pada keadaaan ini klien harus dilakukan tindakan rujukan (
Buku Acuan APN, 2008:91). Penderita yang bersalin pernafasan agak
pendek karena kelelahan dan kesakitan (Ibrahim, 1996: 145)
d) Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama
dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila
peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5- 1 °C yang mencerminkan
peningkatan metabolism selama persalinan (Asuhan Kebidanan
Persalinan, 2009: 29-30). Ibu bersalin biasanya panas dan berkeringat. Hal
ini bisa diatasi deengan cara : menggunakan kipas angin atau AC dalam
kamar, menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya. (Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002: N-8).
Pemantauan suhu pada kala I fase laten yaitu setiap 4 jam dan pada fase
aktif setiap 2 jam (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2002: N-9).

4. Berat Badan
Penambahan berat badan yang normal bagi ibu hamil adalah sekitar 10-15 kg.
Secara sederhana, hitungannya adalah 3kg untuk bayi, ari-ari dan air ketuban
sekitar 4-5 kg. Sedangkan sisanya adalah penambahan volume dan penambahan
lemak yang didepositkan. Wanita dengan obesitas kemungkinan menghadapi
masalah medis tertentu, misal munculnya gejala diabetes pada kehamilan dan
tekanan darah tinggi. Wanita yang menderita tekanan darah tinggi beresiko terjadi
preeklamsia disertai edema. Pada keadaan ini tekanan darah naik dengan tajam

dan dalam air kencing terdapat protein. (Faras Handayani, 2005).

5. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi adalah indicator baik untuk malnutrisi berkepanjangan
selama masa kanak-kanak.Resiko dalam persalinan dan kemungkinan melahirkan
bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada wanita berpostur sangat pendek.Walau
merupakan faktor resiko mayor, postur pendek sulit dinilai karenanya postur
pendek adalah faktor resiko atribut yang kurang kuat.(WHO, 1996 : 49).
TB <145cm, berkaitan dengan panggul sempit (Manuaba, 2002:183)
TB < 145cm, merupakan faktor risiko (Manuaba,1995:87)

B. STATUS PRESENT
1) Kepala
a) Rambut dikaji kebersihannya, warna, dan kekuatannya. Jika warna rambut
kemerahan berarti biasanya ibu menderita kekurangan darah, begitu pula jika
tidak kuat atau mudah dicabut.
b) Mata
Dikaji konjungtiva dan sclera, pada pasien preeklampsia ada yang
menunjukkan konjungtiva dan sklera yang masih normal. Pada keadaan
normal, konjungtiva berwarna merah muda dan sklera putih. Pada preeklamsia
terkadang menunjukkan konjungtiva pucat.(Manuaba, 1998:31)
Pasien preeklamsi biasanya keadaan mata tetap normal.
c) Muka, adanya oedema merupakan gejala PE, biasanya menunjukkan bahwa
PE sudah berat.(Pusdiknakes, 1993:69)
2) Leher
Dikaji pembesaran kelenjar tiroid, karena berfungsi saat kehamilan. Ada
pembesaran/ bendungan vena jugularis dan kelenjar limfe atau tidak. (Mochtar,
1998:178)
3) Mammae dan Dada
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan saat kehamilan sebagai
persiapan laktasi. (Manuaba, 1998:108)
4) Abdomen
Tidak ada massa abnormal, ada striae gravidarum.
5) Ekstremitas
a. Atas : pada pasien preeklamsia terdapat oedema pada ekstremitas
b. Bawah : pada pasien preeklamsia terdapat varices/ oedema karena pengaruh
dari esterogen dan progesteron terjadi penumpukan pembuluh darah vena di
sekitar kaki/ betis. (Manuaba, 1998:125)

C. STATUS OBSTETRI
a. Muka : oedem salah satu indikasi bahwa kemungkinan ibu mengalami
preeklampsi
b. Abdomen
1) Inspeksi
Abdomen membuncit, melintang, atau memanjang, linea nigra, linea alba,
striae gravidarum
2) Palpasi Leopold
Leopold I : teraba bagian bulat, keras, melenting yang
menunjukkan bagian kepala
Leopold II : teraba bagian yang memanjang seperti papan, datar,
ada tahanan yang menggambarkan bagian punggung, dan bagian kecil
terpisah-pisah yang menggambarkan bagian ekstremitas.
Leopold III : teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting yang
menggambarkan bagian bokong, sehingga menunjukkan presentasi
bokong.
Leopold IV : konvergen menunjukkan bagian terbawah janin belum
masuk PAP, sejajar menunjukkan sebagian bagian terbawah janin sudah
masuk PAP, dan divergen menunjukkan bagian terbawah janin sudah
memasuki PAP.
TFU : Kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran mac
donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus memakai cm dari atas
simpisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya. (Depkes RI,2001
dalam Rukiyah, 2009:7)

Tinggi Fundus
Usia kehamilan Menggunakan
Dalam cm
Penunjuk badan

28 minggu 28 cm (± 2 cm) Di tengah, antara


umbilikus dan
prosesus sifoideus

29-35 minggu Usia kehamilan


dalam minggu = cm -
(±2cm)

36 minggu 36 minggu (±2 cm) Pada prosesus


sifoideus.

(Saifuddin,2006 dalam Rukiyah,2009:33)


 TFU dalam cm (apabila usia kehamilan > 22 minggu )
 Taksiran berat janin (TBJ)
1) (TFU dalam cm = N) x 155
N = 13 jika kepala janin belum masuk PAP sama sekali
N = 12,jika kepala janin sudah masuk PAP dengan ditandai
dengan penurunan 4/5 – 2/5 bagian diatas simfisis.
N = 11 ,jika kepala janin sudah masuk PAP seluruhnya (1/5)
2) Auskultasi
Frekuensi DJJ/menit, teratur/ tidak, letak punctum maksimum dan
jumlahnya. Pengukuran pada trimester III dapat menggunakan doppler
maupun fetoskop sudah terdengar jelas.
3) Data penunjang / data laboratorium

a. Pemeriksaan hemoglobin
Penurunan hemoglobin biasanya terjadi pada pasien preeklampsia
(nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine. Pada preeklamsia berat,
proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada
pemeriksaan kualitatif. (Sulistyawati, 2009 : 174-177)
III. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidanan
Ny... usia... G... P.... A.... dengan Preeklampsia berat (Lisnawati, 2013:162)
2. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial untuk preeklamsia pada ibu yaitu eklampsia, solusio plasenta,
pendarahan subkapsula hepar, kelainan pembekuan darah ( DIC ), sindrom HELPP
( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count ), ablasio retina, gagal
jantung hingga syok dan kematian. Sedangkan pada janin yaitu terhambatnya
pertumbuhan dalam uterus, prematur, asfiksia neonatorum, kematian dalam uterus,
peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
3. Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi
Kolaborasi untuk kasus preeklamsia ini dibutuhkan kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk pemberian MgSO4.

IV. PELAKSANAAN
Penatalaksanaan pada preeklamsia berat yang sudah aterm diantaranya sebagai
berikut:
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri/diterminasi ditambah
pengobatan medisinal
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a) Ibu
- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-
gejala status quo (tidak ada perbaikan)
b) Janin
- Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
- Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c) Laboratorium
Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia)
c. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a) Masuk rumah sakit. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu
diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.
b) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
c) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
v. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40%
dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin
pada suntikan IM.
vi. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis
awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
vii.Syarat-syarat pemberian MgSO4
- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr
(10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
- Refleks patella positif kuat.
- Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam) 4. MgSO4 dihentikan bila :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
viii. Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara
IV dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
- MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sedah terjadi perbaikan (normotensi).
Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
Anti hipertensi diberikan bila :
- Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan
< 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
- Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya
- Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat
dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan
tekanan darah.
- Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral (syakib bakri,1997)

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Mahasiswa

Mundarti, S.SiT, M.Kes Ainun Cahya Saputri


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan yang telah dilakukan ibu mengatakan perutnya
kenceng-kenceng dan mengeluarkan darah dari jalan lahir disertai tekanan darah 145/98
mmHg, tidak ada oedema di sekitar wajah dan ekstremitas atas, protein urine masih
normal sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu mengalami preeklamsi ringan, bukan
preekalmsi berat.

5.2 Saran

1. Bagi ibu hamil

Ibu hamil yang merasakan ada tanda gejala yang membahayakan diharapkan segera
menuju ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan segera, supaya dapat
segera dilakukan tindakan penanganan maupun pencegahan.

ii. Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan sebaiknya dapat menentukan diagnosa pasien dengan tepat,


supaya dalam penanganan dan tindak lanjut pun tepat sesuai dengan yang dialami
oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asri, Mufdilah Hidayat. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima.
Jakarta : Penerbit Buku Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Depkes RI

Fraser, Diane M. Dan Margaret A. Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC.

Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : Andi.

Mandriwati. 2008. Asuhan Kebidanan Ibu hamil. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran, jilid I edisi ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta :
EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi Jilid 1.
Jakarta: EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info
Media.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saminea. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta : EGC.

Sindair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC.

Sulistyowati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.
Vaeney, Hellen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Yeyeh, Al, dkk. 2010. Askeb I (Kehamilan). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai