E 38 TAHUN
POSTPARTUM SC DENGAN PRE EKLAMSI
BERAT DI RUANG KEBIDANAN
RSUD AROSUKA
OLEH:
KELOMPOK IV
A. Latar Belakang
Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester II kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007). Pre-
akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Pre-eklampsia berat terjadi
pada umur kehamilan 20 minggu lebih. Dikatakan pre-eklampsia berat, bila disertai tekanan
darah 160/110 mmHg atau lebih, oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam, proteinuria lebih dari
3gr/liter, adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium dan terdapat
edema paru dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Begitu banyak kasus ibu hamil yang disebabkan oleh pre-eklamsi berat tidak dapat
ditangani dengan baik yang disebabkan oleh kurangnya kepedulian ibu untuk melakukan
pemeriksaan teratur pada bidan dan juga ketidakperhatiannya bidan dalam megontrol ibu hamil
dengan baik di daerahnya. Dengan disusunya makalah inI, semoga akan leih menyadarkan
petugas utuk lebih memperhatikan ibu hamil dengan maslah pre-eklamsi berat sehingga dapat
menurunkan drajat kecacatan ibu dan janin bahkan menyebabkan kematian. Makalah ini
bermanfaat untuk masyarakat umum, secara khusus mahaiswa profesi ners guna untuk
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat menambah pengetahuan
b. Tujuan Khusus
C. Rumusan masalah
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat
ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan
jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga
terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre-eklamasi berat menurut Ilmu Kebidanan Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta (1998), diikuti dengan timbulnya hipertensi
disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pre-eklamsia berat adalah komplikasi
yang terjadi pada saat kehamilan dengan ciri yang khas yaitu disertai dengan hipertensi ≥160/110
mmHg dan atau disertai dengan adanya protein urine positif 2 dan atau 3 dan lazim disertai
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu
- Spasmus arteriola
- Retensi Na dan air
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri Patologi
: 1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan
penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat preeklampsia,
kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan, yang kedua adalah adanya
kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke
hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi plasenta yang tidak
tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan pada pembuluh darah si ibu.
Faktor makanan diduga juga bisa menyebabkan preeklamsia pada kehamilan.
Kekurangan kalsium pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
yang berujung pada preeklamsia. Kalsium dapat membantu menjaga pembuluh darah dan
menjaga tekanan darah tetap normal. Demikian pula, kekurangan protein, protein yang
berlebihan, minyak ikan, vitamin D dan faktor makanan lainnya juga berperan sebagai penyebab
preeklamsiaa.
Obesitas juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks masa tubuh yang
tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta resistensi insulin, dapat
Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-eklamsi berat
yaitu tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg, terjadi peningkatan kadar
enzim hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm3, terkadang disertai oligouria <400ml/24
jam, protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan
visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat
beberapa penyulit juga yang dapat terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal
ginjal, gagal jantung, gangguan fungsi hati, pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan dapat
terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya bila pre-eklamsi tidak segera ditangani dengan
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha
untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri,
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis
ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar
dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan eklampsia.
Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung
akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara
patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan
jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari
pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak
dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh
filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit,
kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi
kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi ablasio
retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk
melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam
retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri,
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru
(Rustam, 1998).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang
telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan
pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet
berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun
pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita
tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang
F. Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre- eklamsia
berat adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
3. Kegemukan
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit
G. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap
sebagai berikut :
1. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan pemeriksaan fetal
assesment yakni pemeriksaan nonstrees test (NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi
a) Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
b) Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation
(IUGR)/janin terhambat.
c) Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
2. Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi
dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke satu sisi. Tanda
vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1
liter diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema
3. Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
4. Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral
(tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan
5. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997).
6. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
7. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik
diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan
ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena
kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
8. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu,
yaitu :
a) Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan
b) Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment jelek.
Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop <5) atau adanya kontraindikasi
tetesan oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
H. Komplikasi
Atonia uteri
Ablasi retina
Gagal jantung
Prematuritas
Kematian janin
Solusio plasenta
II. SECTIO CAESAREA
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
C. Etiologi
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang - tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran - ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre -
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain
itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek
o Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira - kira 0,27 - 0,5 %.
o Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
o Letak Sungsang
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,
2002).
D. Jenis-jenis SC
Sectio caesar transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Insisi
o Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak
mudah dilakukan, hanya dilakukan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria
Kelebihan :
Kekurangan :
o Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitarialis
yang baik.
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
5. Terjadi takikardi.
F. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang - kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran
dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh
memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain
itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi
(Mansjoer, 2000).
G. Komplikasi
1. Infeksi puerperial : Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi
o Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
o Peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan: Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi yaitu kematian perinatal (Geri, 2009).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah - daerah
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
5. Uji laboratorium
o Panel elektrolit.
A. Definisi Nifas
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama ± 6 minggu. Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
1. Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya,
besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat
sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi
ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari
pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo
dan mekonium.
o Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari
o Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-
7 pasca persalinan
o Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta
plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya
dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan dengan pembengkakan
dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita
yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan
lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post partum hari ke- 17.
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila
pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya akan
pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot
rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari
peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
8. Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter
7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya
pulih.
9. Payudara.
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama kemungkinan terdapat kontraksi otot yang
mendadak dari diluar kemaluan spingter dan edema leher buli-buli setelah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Tanda-tanda
Stabilitas sendi lengkap pada minggu ke enam sampai minggu ke delapan setelah
melahirkan.
Ibu lapar setelah melahirkan dan buang air besar tertunda sementara selama 2 sampai 3
hari.
8. (Mitayani, 2009).
D, Manifestasi Klinis
Nadi lemah.
Pucat.
Pusing.
Gelisah.
Letih.
Syok hipovolemik.
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti sediakala sebelum hamil. Perubahan alat genetalia ini disebut dengan
involusi. Di samping involusi juga terjadi perubahan lain seperti timbulnya laktasi. Otot uterus
berkontraksi segera pada masa post partum, pembuluh darah yang ada abtara kenyamanan otot
uteri terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahi. Perubahan yang
terjadi pada serviks adalah agak menganga pada serviks hal ini disebabkan karen korpus uteri
terbentuk senacam cincin. Perubahan yang terdapat pada endometrium adalah timbulnya
trombosis , degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium setebal 2-5mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin regenerasi endometrium terjadi ari sisa sel desidua basalis dalam waktu 2-3 minggu
(Prawirohardjo, 2008).
F. Komplikasi
Ruptur uteri.
Puer perium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri, berjalan.
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Berikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang teknik menyusui, breast care, berikan
informasi pada ibu tentang makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu nifas.
J. Penatalaksanaan Medis
Berikan antibiotik.
K. Pemeriksaan Penunjang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah
penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan
(edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat preeklampsia, kita
juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan
pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital
Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti preeklamsia hingga saat
ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi plasenta yang tidak tertanam dengan baik,
Komplikasi yaitu Komplikasi pada ibu (Atonia uteri, Sindrom hellp (hemolysis,elevated liver
enzymes,low platelet count), Ablasi retina, Gagal jantung, Syok dan kematian, sedangkan Komplikasi
pada janin (Pertumbuhan janin terhambat, Prematuritas, Kematian janin, Solusio plasenta
B. Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat ditanggulangi dan tidak
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana,
Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka