Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan masalah besar, tidak hanya
di negara barat tetapi juga di Indonesia. Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi
akan mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi
kerusakan yang serius (Anonim, 2010).
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit
ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada
orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial (Armilawaty, 2007).
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty,
2007).
Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup. Sayangnya, banyak yang berhenti berobat ketika merasa tubuhnya
sedikit membaik. Sehingga diperlukan kepatuhan pasien yang menjalani
pengobatan hipertensi agar didapatkan kualitas hidup pasien yang lebih baik.
Faktor yang mempengaruhi ketekunan pasien dalam berobat antara lain tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan pasien, kemudahan menuju fasilitas kesehatan,
usia pasien, tersedianya asuransi kesehatan yang meringankan pasien dalam
membayar biaya pengobatan (Wibawa, 2008).

1
Kepatuhan minum obat pada pengobatan hipertensi sangat penting karena
dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah
penderita hipertensi. Sehingga dalam jangka panjang risiko kerusakan organ-
organ penting tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak dapat dikurangi.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diketahui tentang penyakit
hipertensi dan mengetahui pengobatannya, hal ini disebabkan hipertensi
merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat tanpa ada gejala yang
signifikan dan merupakan penyakit yang menimbulkan penyakit lain yang lebih
berbahaya bila tidak diobati secepatnya. Ketepatan dan kepatuhan penggunaan
obat yang tidak sesuai standar dan tidak teratur merupakan hal yang akan
merugikan pasien itu sendiri dan merupakan faktor yang menyebabkan kegagalan
terapi yang sedang dijalani.
Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar penyakit kardiovaskular.
Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju dari tahun 1980
hingga 2003 terus menunjukkan peningkatan (Damasceno, 2009). Sebanyak
73,6 juta orang di Amerika Serikatyang berusia 20 tahun ke atas menderita
hipertensi (Smithburger, 2010).Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika
sekitar 50.000.000 jiwa menderita tekanan darah tinggi dengan persentase
biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya (Depkes RI, 2007).
Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 15.000.000 penduduk yang
mengalami hipertensi (Bustan, 2007) . Rata-rata kasus hipertensi di Sumatera
Barat adalah 9.800,54 kasus (Depkes SUMBAR, 2014).
Keperawatan Keluarga merupakan salah satu bentuk kegiatan dibidang
kesehatan . Keperawatan keluarga merupakan bentuk pelayanan yang tepat
dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan keluarga dalam ruang
lingkup keluarga.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan
keperawatan dan proses keperawatan keluarga pada anggota keluarga dengan
hipertensi.

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada keluarga.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan keluarga dengan
hipertensi.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi perawat
Dapat menambah pengetahuan terutama mengenai asuhan keperawatan
pada keluarga dengan hipertensi.
2. Bagi keluarga
Dapat menambah wawasan mengenai hipertensi pada keluarga dan
bagaimana mengatasi masalah hipertensi di suatu keluarga.
3. Bagi puskesmas
Dapat digunakan sebagai acuan cara menyusun asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi tingkat keluarga.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Komunitas Lansia
1. Definisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas 60
tahun (Nugroho, 2006).
Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat khususnya
lansia dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin agar pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dapat terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/
keperawatan (Efendi, 2010).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

4
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat. Menurut Notoatmodjo
pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses Kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari
kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang
terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok
khusus. Perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian
masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan
masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat
yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif
diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian
perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian

5
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
peningkatan kesehatan masyarakat.
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana
sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga
membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain:
adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru.

2. Tujuan
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005). Namun, secara terperinici berikut
adalah tujuan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi:
a. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan.
b. Menjamin agar pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dapat terjangkau.
c. Melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/
keperawatan.
d. Optimalisasi kualitas hidup lansia dengan
hipertensi di suatu komunitas dengan menekan angka kesakitan
dan mengurangi gejalanya.

3. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia adalah
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat
maupun yang sakit dengan ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada
upaya preventif dan promotif.

6
B. Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di dalam pembuluh
darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh (ridwan,
2009). Tekanan darah biasanya dicatat sebagai tekanan sistol dan diastol.
Tekanan darah maksimum dalam arteri disebut tekanan sistolik yang
disebabkan sistol ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri disebut
tekanan diastolik yang disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain, 2011).
Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah
(Ridwan, 2009). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Apabila seseorang memiliki
tekanan darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90 mmHg atau
lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dapat dikategorikan memiliki
tekanan darah tinggi (Ridwan, 2009).

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Ridwan (2009) menggolongkan
hipertensi ke dalam tiga golongan yaitu hipertensi esensial, sekunder, dan
maligna.
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an yang
secara bertahap akan menetap. Hipertensi esensial secara pasti
belum diketahui penyebabnya. Gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebih, rangsang kopi yang berlebih,
rangsang konsumsi tembakau, obat-obatan, dan keturunan
berpengaruh pada proses terjadinya hipertensi esensial. Penyakit
hipertensi esensial lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria
(C. smeltzer, 2002).

7
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan
karena gangguan pembuluh darah atau organ tertentu (gray et al,
2009) mengelompokkan penyebab hipertensi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a) Penyakit parenkim ginjal
Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan
parenkim akan menyebabkan hipertensi dan kondisi hipertensi
yang ditimbulkan tersebut akan semakin memperparah kondisi
kerusakan ginjal.
b) Penyakit Renovaskular
Merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan
dalam vaskularisasi darah ke ginjal seperti arterosklerosis.
Penurunan pasokan ginjal akan menyebabkan produksi renin
ipsilateral dan meningkatkan tekanan darah, sering diatasi
secara farmakologis dengan ACE Inhibitor.
c) Endokrin
Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh
terhadap hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya
kadar renin mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga
berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

3. Faktor Risiko
Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang
lebih dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-
orang yang memiliki kepekaan untuk diturunkan. Faktor yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi :
1) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi
melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat

8
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi (Shadine, 2010).
2) Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan
darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan
tekanan darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah
didokumentasikan secara nyata.
3) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat
meningkatkan tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan
katekolamin plasma.
4) Konsumsi Garam Dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih
kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi,
asupan garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan
darah secara nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi
garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram
natrium klorida).
5) Aktivitas atau Olahraga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik
untuk mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk
menurunkan tekanan darah dengan sendirinya (Shadine, 2010).
6) Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana
berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah
jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan
tekanan darah.
7) Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai

9
meningkat ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun.
Kecenderungan seorang perempuan terkena hipertensi pada saat
menopause karena penurunan hormone seks (Ridwan, 2009).

4. Manifestasi Klinis
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak
menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam
waktu yang lama. Gejala akan terasa secara tiba-tiba saat ada kenaikan
tekanan darah (Jain, 2011).
Manifestasi klinis yang ditimbulkan hipertensi bersifat tidak
spesifik. Sakit kepala merupakan gejala umum yang sering dialami
pada pasien hipertensi. Namun, sakit kepala juga disebabkan oleh
beberapa hal sepeti camas, stres, sulit tidur malam, atau infeksi virus
minor sehingga sakit kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas
hipertensi. Sesak nafas juga terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas
pada seseorang yang menderita hipertensi biasanya terjadi karena
kegemukan. Perdarahan di beberapa bagian tubuh juga merupakan
efek hipertensi. Risiko perdarahan dari arteri ke otak atau retina mata
meningkat karena adanya hipertensi terutama pada pasien dengan usia
di atas 50 tahun. Menstruasi yang berat dan munculnya gejala
menopause sering dialami wanita dengan hipertensi. Manifestasi
hipertensi yang lebih serus adalah perdarahan ke otak yang dapat
membunuh seseorang dalam waktu yang singkat atau menyebabkan
kelumpuhan (Jain, 2011).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika
tidak terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya
dan berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal
ginjal (Anies, 2006).

10
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Klasifikasi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Pilihan < 120 < 80
Normal <130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-90
Hipertensi derajat I ( 140-159 90-99
ringan) 160-179 100-109
Hipertensi derajat II >180 >110
(sedang)
Hipertensi derajat III
(berat)
Sumber: Tierney, 2002

5. Patofisiologi
Tekanan darah dapat meningkat melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir
dengan kecepatan tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar
mengalami kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
ketika jantung berdenyut darah harus melewati pembuluh darah yang
sempit sehingga menaikkan tekanan darah. Ketiga, kelainan fungsi
ginjal untuk membuang sejumlah garam dan cairan sehingga
meningkatkan volume darah yang berdampak pada peningkatan
tekanan darah (Ridwan, 2009).
Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui
mekanisme:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih
banyak cairan setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh
darah yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah.

11
Penebalan dan kakunya dinding arteri terjadi karena adanya
arterosklerosis. Tekanan darah juga meningkat saat terjadi
vasokonstriksi yang diseabkan rangsangan saraf atau hormon.
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah. Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga
volume darah dalam tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan
darah juga meningkat.

6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mencegah
komplikasi penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas
yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah
90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi (Mansjoer,
2001).
Pengobatan utama hipertensi dengan diuretika, penyekat
reseptor beta-adrenergik, penyakit saluran kalsium, inhibitor ACE
(angiotensin-converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-
adernergik bergantung pada keadaan pasien termasuk mengenai biaya,
karakteristik demografi, penyakit yang terjadi bersamaan, dan kualitas
hidup (Pierce dan Wilson, 2005).

12
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Nagari gaung adalah salah satu wilayah kerja puskesmas tanjung
yang dahulunya adalah wilayah binaan puskesmas Selayo.Penduduknya
adalah rata rata petani.gaung mempunyai jorong 3 jorong yaitu jorong
Bansa, jorong Galanggang dan jorong Gando.Iklim nagari gaung adalah
tropis.Penduduk nagari gaung brrjumlah 45321 jiwa.
2. Data demografi
Nagari gaung berbatas dengan nagari soak laweh, Nagari
Panyakalan ,Nagari Subarang Koto Baru dan Kota Solok.Penduduk pada
umumnya adalah suku minang .
3. Pendidikan
Penduduk nagari gaung berpendidikan rata rata adalah SLTA.
4. Status kesehatan komunitas
Penyakit yang terbanyak yang sering ditemui di nagari adalah
ISPA untuk umum dan hipertensi untuk lansia.Angka mortalitas,
morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan lansia dikaji dengan
menganalisis:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat

13
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan
pada pasien hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas
dapat berpengaruh pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi
(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut
nadi yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik
yang tinggi (arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan
hipertensi telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang
disebabkan penumpukan cairan di paru dapat diketahui melalui
pemeriksaan suara dada melalui stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat
menunjukkan penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.

c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya
peningkatan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara
berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling
penting untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran
tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan
darah apakah masih dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan
sistolik yang melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang
melebihi 80 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal.

14
Selain itu yang diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan
diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang
serta komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot.
Untuk keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur
kadar lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya
penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam
mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi
darah yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu
sistem kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah
seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol
darah, gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat
natrium dan kalium dalam darah.

d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).


Jumlah kunjungan lansia dengan hipertensi adalh 234 kunjungan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Berdasarkan hasil pengkajian pada kelompok lansia Hipertensi
yang di alami oleh lansia rata rata adalah turunan.

15
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Pola pemenuhan nutrisi
Kelompok mengatakan bahwa mereka suka mengkonsumsi makanan
bersantan dan berminyak.Anggota kelompok juga ada yang
mengkonsumsi kopi.
2. Pola istirahat tidur
Kelompok mengatakan bahwa istirahat tidur mereka kurang.
Pola aktifitas gerak, olahraga : ada olah raga
3. Pola pemenuhan kebersihan diri : mandi 2 kali sehari dengan
menggunakan sabun.
4. Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan ; ada
b) Hubungan dengan orang lain : Baik
c) Peran di masyarakat : Anggota kelompok
berpartisipasi aktif dalam setiap kegitan dalam nagari gaung
d) Kesedihan yang dirasakan : ketika anak anak mereka yang
berada di rantau tidak memberi kabar.
e) Stabilitas emosi : stabil
5. Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan
kekerasan. : Tidak ada
6. Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan
perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
7. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan : Umumnya mereka
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di nagari yaitu
Puskesmas Pembantu Gaung.
8. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan :
dengan menjaga kesehatan salah satunya mengikuti kegiata senam
lansia setiap hari minggu dan posyandu lansia.
9. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang bersantan kental , lemak tinggi dan tinggi garam.

16
Data lingkungan fisik
1. Pemukim
a. Bentuk bangunan : Perumahan penduduk rata rata adalah rumah
pribadi dan perumahan sederhana.
b. Jenis bangunan :Rata rata adalah Permanen, semi permanen, dan
masih ada yang masih non permanen
c. Atap rumah :Rata rata adalah seng.
d. Dinding :Rata rata adalah tembok, kayu, bambu, atau
tadir
e. Lantai : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya sebutkan.
f. Ventilasi : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai
g. Pencahayaan : Pencahayaan umumnnya sudah baik walaupun
belum seluruhnya
h. Penerangan : Penduduk umumnya sudah memakai listrik
untuk penerangan tetapi masih ada yang belum menggunakan listrik

2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK). : Rata rata sudah mempunyai MCK
sendiri.
b. Penyediaan air minum : ada
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : Ada tetapi belum memenuhi
syarat.
e. Pengelolaan sampah : Pada umumnya sampah di bakar.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan. : Tidak ada
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry.

Fasilitas :
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain. : Peternakan pribadi
b. Pekarangan : Masing masing rumah ada pekarangan tetapi
belum dimanfaatkan dengan maksimal

17
c. Sarana olah raga : Lapangan bola
d. Taman, lapangan : Tidak ada
e. Ruang pertemuan : Tidak ada
f. Sarana hiburann : Tidak ada
g. Sarana ibadah : Ada

3. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
4. Kondisi geografis
.Gaung merupakan dataran dan mempunyai pengairan yang cukup baik.

Pelayanan kesehatan dan social


1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan : Sarana kesehatan berada dalam nagari
b. Sumber daya yang dimiliki : Memiliki Kader kesehatan dan kader
lansia.
c. Jumlah kunjungan : Jumlah kunjungan posyandu Lansia
Rata rata 20 Orang
d. Sistem rujukan : Pasien yang tidak tertangani di
Puskesmas pembantu dirujuk kepuskesmas induk dan di lanjutkan ke
Rumah Sakit Umum Solok

2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).


a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan

3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan : Penduduk Umumnya bertani
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.

18
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan :Siskamling
2) Penanggulangan kebakaran : Tidak ada
3) Penanggulangan bencana : Tidak ada
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan : Baik
2) Jenis tranportasi yang dimiliki : Umum dan Pribadi
3) Sarana transportasi yang ada : ojek
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas : Kelompok
POSBINDU Ceria
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan : Posyandu lansia
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan : bahasa minang
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi : Kelompok Lansia Gaung pergi rekreasi
bersama ke luar daerah.
b. Fasilitas tempat rekreasi :Nagari tidak memiliki tempat rekreasi

19
B. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat
berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan
dan dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain:
pengelompokan data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang
telah terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul
dapat berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk
melihat masalah kesehatan yang dialami masyarakat dan untuk
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.Analisa data
juga memberikan informasi tentang kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat,
system pendukung dan sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan kesehatan.

1. Tahap – tahap analisa data


Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat
dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau
tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan
analisa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data
Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu
kita dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam
komuntas. Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu
berdasarkan :

20
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis
kelamin, kelompok rasial dan etnik dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,
lingkungan tempat tinggal dan jalan )
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan, pendidikan,
rumah sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan ( rumah
sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya )
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya
adalah meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing
kategori yang telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan,
table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal,
apakah ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan
saat mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data –
data yang diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan
dengan data data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan,
kabupaten , atau nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang
logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan
yang mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini
dilakukan sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ;
apa maksud / arti dari data tesebut.

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan


menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

21
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan
analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

C. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu
tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis
ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi
kopi, alkohol, serta tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat
melakukan diagnosa hipertensi terutama pada wanita lanjut usia karena
penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi
dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di Nagari Gaung berhubungan
dengan pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di Nagari Gaung berhubungan dengan
tekanan vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di Di Nagari Gaung
berhubungan dengan kelemahan umum.

D. Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnose prioritas dalam proses
keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.
1. Gangguan curah jantung pada komunitas lansia di desa Gaung
berhubungan dengan pola hidup yang buruk.
No Kriteria Penapisan Skoring

22
1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 3

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Tempat 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 45

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa Gaung berhubungan dengan tekanan


vasekuler serebral
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

23
5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan


kelemahan umum.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

24
9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

E. Prioritas Masalah
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di Nagari gaung berhubungan
dengan pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa Gaung berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.

25
F. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana kegiatan Sumber kriteria hasil Standar
evaluasi

1 Gangguan Komunitas Setelah Health 1. Pendidikan Mahasiswa, - Klien mampu - Respon


hipertensi lansia dilakukan Promotion kesehatan petugas menjelaskan verbal
dengan proses mengenai puskesmas, definisi hipertensi dan
pada
hipertensi keperawatan hipertensi kader - Klien mampu psikomot
komunitas dan selama 2 x 60 - Jelaskan posyandu menjelaskan or
lansia di keluarganya menit klien definisi lansia, secara singkat
mampu hipertensi keluarga factor risiko
Nagari gaung
memahami - Jelaskan factor hipertensi
berhubungan konsep risiko - Klien mampu
dengan pola hipertensi dan hipertensi menyebutkan
upaya - Jelaskan upaya minimal 3 upaya
hidup yang
pencegahannya preventif pencegahan
buruk. hipertensi hipertensi dan
- Jelaskan cara cara mengubah
mengubah prilaku sehat
prilaku pada - Klien mampu
klien yang menjelaskan
dapat secara singkat
mencegah penanganan dini
hipertensi untuk hipertensi

26
- Jelaskan - Klien mampu
penanganan mendemonstrasik
dini untuk an terapi relaksasi
hipertensi otot progresif
- Ajarkan terapi
relaksasi otot
progresif untuk
mengatasi
hipertensi

Komunitas Setelah Group 2. Bentuk Komunitas - Terbentuk Respon


lansia dilakukan Process komunitas peduli lansia komunitas psikomotor
pembinaan hipertensi dengan peduli hipertensi dan afektif
selama 2x120 - Adakan hipertensi, dengan kader
menit, klien sosialisasi kader minimal 5 orang
mampu pembentukan posyandu dan anggota
membentuk komunitas lansia, minimal 15
komunitas peduli petugas orang
peduli hipertensi puskesmas - Tersusunnya
hipertensi - Lakukan suatu tujuan
pengkaderan yang sama
untuk menjadi dalam
perintis komunitas

27
komunitas peduli hipertensi
peduli - Minimal sudah
hipertensi berjalannya 1
- Rintis kegiatan rutin
komunitas
peduli
hipertensi
dengan
merumuskan
tujuan
berdirinya
komunitas dan
kegiatan-
kegiatan yang
akan dijalankan
oleh komunitas
peduli
hipertensi
- Pantau dan
berikan
masukan positif
pada komunitas
peduli
hipertensi

28
Komunitas Setelah Partnership 3. Lakukan inisiasi Komunitas - Terlaksananya Respon
lansia dilakukan dengan pihak lansia, pemerikanan psikomotor
dengan pertemuan puskesmas untuk petugas tekanan darah dan afektif
hipertensi, selama 1x 60 melakukan puskesmas secara rutin
petugas menit dapat kerjasama minimal 1 bulan
puskesmas terjalin pemeriksaan oleh petugas
kerjasama tekanan darah puskesmas
pemeriksaan lansia secara - Terlaksananya
tekanan darah rutin dan minimal 2 upaya
dan upaya kegiatan program
preventif preventif untuk pencegahan
penyakit penyakit hipertensi pada
hipertensi hipertensi komunitas lansia.
secara rutin
kepada
komunitas
lansia dengan
hipertensi

29
Komunitas Empowerment 4. Jelaskan pada Komunitas Respon
lansia komunitas lansia afektif dan
dengan Setelah lansia dengan dengan Komunitas saling psikomotor
hipertensi dilakukan hipertensi dan hipertensi bekerjasama
pembinaan keluarga dan denganpembagian
selama 1x60 masing-masing keluarga peran untuk
menit peranannya mencegah
diharapkan untuk saling hipertensi
komunitas bekerjasama
mampu mencagah
menjalankan hipertensi
perannya
masing-masing
dalam upaya
pencegahan
hipertensi

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengembangan asuhan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi


adalah dengan melakukan inovasi-inovasi terutama mengenai cara penurunan
tekanan darah pada lansia yang lebih efektif. Contohnya dengan pengembangan
riset terapi modalitas atau dengan pola pengasuhan lansia yang lebih inovatif.
Dalam makalah ini, terapi modalitas yang penulis rekomendasikan adalah
terapi relaksasi otot progresif. Alasannya adalah karena terapi ini tidak
memerlukan biaya dan mudah dilakukan.
Relaksasi Otot Progresif atau Progressive Muscular Relaxation (PMR)
yang diciptakan oleh Dr. Edmund Jacobson lima puluh tahun lalu di Amerika
Serikat, adalah salah satu teknik yang khusus didesain untuk membantu
meredakan ketegangan otot yang terjadi ketika sadar (National Safety Council,
2003).

a. Definisi Relaksasi Otot Progresif


Merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan
menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif
adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasikan latihan
nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Davis
et al, 1995).

b. Sasaran Relaksasi Otot Progresif


Empat kelompok otot utama yang menjadi sasaran relaksasi otot
progresif meliputi:
1) Tangan, lengan bawah, dan otot biseps.
2) Kepala, muka, tenggorokan dan bahu, termasuk pemusatan perhatian pada
dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah dan leher. Sedapat mungkin
perhatian dicurahkan pada kepala, karena dari pandangan emosional, otot
yang paling penting dalam tubuh anda berada di sekitar area ini.

31
3) Dada, lambung dan punggung bagian bawah.
4) Paha, pantat, betis dan kaki.

c. Manfaat Relaksasi Otot Progresif


Perasaan tentram dalam tubuh tidak dapat dimiliki bersamaan pada
saat mengalami stress psikologis. Relaksasi progresif dari otot akan
menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, juga mengurangi keringat dan
frekuensi pernafasan. Relaksasi otot yang dalam, jika dikuasai dengan baik
dapat digunakan sebagai obat anti-ansietas. Menurut Martha et al (2006),
relaksasi otot progresif juga dapat digunakan untuk mengurangi ketegangan
sakit kepala, insomnia, dan managemen nyeri kronis pada inflamasi arthritis.

32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah:
a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di Nagari Gaung
berhubungan dengan pola hidup yang buruk.
b. Nyeri pada komunitas lansia di Nagari Gaung berhubungan dengan
tekanan vasekuler serebral
c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di Nagari Gaung
berhubungan dengan kelemahan umum.
2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah adalah terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas yang
dapat digunakan.
2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien
menjadi subjek, bukan objek.
3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.
4. Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena sangat
membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas lansia.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media


Komputerindo

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta:
EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah


Kesejahteraannya. Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV.


SagumgSeto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta:


penerbit Buku Kedokteran EGC

Pakkenberg BD. 2003. Aging and The human neocortex Exp. Gerontology.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta :EGC

Pudjiastututi SS. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer


Hipertensi. Semarang: Pustaka Widyamara

Riyadi, sugeng. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC

Tiarney, L. M., McPhee, S. J., and Papadakis, M. A. 2002. Diagnosis dan Terapi
Kedokteran : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai