Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATERNITAS KEPERAWATAN

“PRE EKLAMPSIA”
Dosen Pengampu : Ibu Siti Handayani, S.ST., M.Kes.

Disusun oleh :
KELOMPOK 12
1. Khoirun Nisa (P27220021076)
2. Natasa Yohan Maharani (P27220021081)

2BD3
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2021/2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pra Eklamsia
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau
bisa lebih awal terjadi. Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang
bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis
preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu. Preeklampsia, didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru
terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria) (POGI, 2016).
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan).

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara teoritik
urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan terakhir
proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap
bukan preeklamsi.
Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling
penting. Namun, penderita serinhkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah
mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium,
maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Carpenito (1997:1042)
menerangkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia, yaitu:
1. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun dan usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
2. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.
3. Diabetes melitus.
4. Penyakit pembuluh darah.
5. Kehamilan kembar.
6. Mola hidatidosa.
7. Penyakit hipertensi kronik.
8. Riwayat keluarga dengan hiperetensi sebagai pengaruh kehamilan.

C. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya
akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua
organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60 %.
Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR
dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas terhadap oksitosin meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam dan air di tahan, tekanan
osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi.
Peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada
preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik
dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri
pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari
PIH, enzim enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan
penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot)
dan pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta peningkatan
iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan
kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang
berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.

D. Tanda dan Gejala


1. Menurut Trijatmo (2005), gejala subjektif pada preeklamsia yaitu :
a. Sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia.
b. Penglihatan kabur.
c. Nyeri di daerah epigastrium.
d. Mual atau muntah-muntah.
e. Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi.
f. Edema dan proteinuria bertambah meningkat.
2. Selain gejala subjektif preeklamsia di atas, tanda dan gejala preeklamsia ringan
diantaranya:
a. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
diastolik 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni).
c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
3. Sedangkan tanda dan gejala pada preeklamsia berat diantaranya :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
b. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning).
c. Trombosit < 100.000/mm3.
d. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml/24 jam).
e. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g/L).
f. Nyeri ulu hati.
g. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat.
h. Perdarahan di retina (bagian mata).
i. Edema (penimbunan cairan) pada paru.
j. Koma.

E. Klasifikasi
Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam kehamilan
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih dengan
posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria
0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat
badan > 1 Kg/per minggu.
2. Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih. Protein
Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam)
serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan
visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
F. Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,
peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan nilai
tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi,
tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada
dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4. Edema Paru.
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6. Oligohidramnion
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara kuantitas
protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin masif (lebih dari
5g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria
terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap
preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI, 2016).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji diagnostik dasar
a. Pengukuran tekanan darah.
b. Analisi protein dalam urine.
c. Pemeriksaan edema.
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemeriksaan funduskopik.
2. Uji laboratorium
a. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan darah tepi).
b. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotranferase).
c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
3. Uji untuk meramalkan hipertensi
a. Roll-over test.
b. Pemberian infus angiotensin II.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai berikut
(Marianti, 2017):
1. Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan
rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan
kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi
jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti,
paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan
karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau
sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut
terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak
akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami
perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya
penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan
oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang menyebabkan
kerusakan otak atau bahkan kematian.
2. Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
I. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai berikut:
1. Tirah Baring miring ke satu posisi.
2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan infus
Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia
kehamilan diatas 37 minggu.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PRE EKLAMPSIA
A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai dasar setelah 20minggu kehamilan.
Riwayat hipertensi kronis, nadi mungkin menurun, dapat mengalami memar spontan,
perdarahan lama, atau epistaksis (trombositopenia).
2. Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.
3. Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih dalam 1minggu, 6
1b [2,72kg] atau lebih/bulan (tergantung pada lamnya gestasi). Malnutrisi (kelebihan
atau kurang berat badan 20% atau lebih besar), masukan protein/kalori kurang. Edema
mungkin ada, dari ringan sampai berat/umum dan dapat meliputi wajah, ekstrimitas dan
sistim organ. Diabetes melitus.
4. Neurosensori
Pusing, sakit kepala frontal. Diplopia, penglihatan kabur. Hiperefleksia. Kacau mental-
tonik, kemudian fase tonik-klonik, diikuti dengan periode kehilangan kesadaran.
Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau spasme vaskuler.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan [KkaA]).
6. Penapasan
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit. Krekels mungkin ada.
7. Keamanan
Ketidaksesuaian Rh mungkin ada.
8. Seksualitas
Primmigravida, gestassi multipel, hidramnion, mola hidratidosa, hidrops fetalis
(Antigen-antibodi Rh). Gerakan bayi mungkin berkurang. Tanda-tanda abrupsi plasenta
mungkin ada.
9. Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun atau lebih)
berisiko tinggi. Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan (HKK).
B. Diagnosis
Menurut Marliana & Hani (2018) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus preeklampsi sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003)
2. Nyeri akut b.d adgen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040)
4. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)
5. Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak (D.0029)
6. Gangguan proses keluarga b.d perubahan peran keluarga (D.0120)
7. Resiko gangguan perlekatan d.d ketidakmampuan orangtua memenuhi kebutuhan bayi
(D.0127)

C. Intervensi
DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas b.d a. Observasi
ketidakseimbangan ventilasi- 1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
perfusi (D.0003). nafas.
a. Tujuan umum : 2. Identifikasi efek perubahan posisi
Setelah dilakukan intervensi terhadap status pernafasan.
keperawatan selama waktu 3. Monitor status respirasi dan oksigenisasi.
tertentu diharapkan b. Terapeutik
pertukaran gas meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
b. Kriteria hasil : 2. Berikan posisi semi fowler atau fowler.
1. Pasien melaporkan 3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman
keluhan sesak berkurang. mungkin.
2. Tidak terdenga bunyi 4. Berikan oksigenisasi sesuai kebutuhan.
nafas tambahan. c. Edukasi
3. Tanda – tanda vital dalam 1. Ajarkan melakukan tehnik relaksasi
batas normal nafas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
2. Nyeri akut b.d adgen pencedera a. Observasi
fisiologis (D.0077). 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Tujuan umum : frekuensi, intensitas nyeri.
Setelah dilakukan intervensi 2. Identifikasi skala nyeri.
keperawatan selama waktu 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
tertentu diharapkan tingkat memperingan nyeri.
nyeri berkurang. 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
b. Kriteria hasil : tentang nyeri
1. Pasien melaporkan 5. Monitor keberhasilan terapi
keluhan nyeri berkurang komplementer yang sudah diberikan.
2. Keluhan nyeri meringis b. Terapeutik
menurun 1. Berikan tehnik norfarmakologis untuk
3. Pasien menunjukkan mengurangi rasa nyeri
sikap protektif menurun. 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pasien tidak tampak c. Edukasi
gelisah. 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
4. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.
d. Kolaborasi
1. Pemberian analgetik, jika perlu
3. Gangguan eliminasi urine b.d a. Observasi
penurunan kapasitas kandung 1. Monitor eliminasi urine (Frekuensi,
kemih (D.0040). konsistensi, volume dan warna).
a. Tujuan Umum : b. Terapeutik
Setelah dilakukan intervensi 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
keperawatan selama waktu berkemih
tertentu diharapkan eliminasi 2. Ambil sampe urine tenga (Midstream).
urine pasien membaik. c. Edukasi
b. Kriteria Hasil : 1. Identifikasi tanda dan gejala infeksi
1. Pasien melaporkan saluran kemih.
sensasi berkemihnya 2. Ajarkan mengambil spesimen urine
meningkat. midstream
2. Pasien melaporkan dapat
berkemih dengan tuntas.
3. Tidak ada tandan – tanda
distensi kadnung kemih
4. Resiko infeksi d.d efek prosedur a. Observasi
invasif (D.0142). 1. Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal
a. Tujuan Umum : dan sistemik.
Setelah dilakukan intrevensi b. Terapeutik
keperawatan selama waktu 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tertentu diharapkan tingkat kontak dengan pasien dan lingkungan
infeksi menurun. pasien.
b. Kriteria Hasil : 2. Pertahankan tehnik aseptik pada psien
1. Tidak ada tandan –tanda beresiko tinggi.
infeksi (demam, nyeri, c. Edukasi
kemerahan dan bengkak) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Kadar sel darah putih 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
membaik. benar.
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
post operasi.
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
5. Menyusui tidak efektif b.d a. Observasi
payudara bengkak (D.0029). 1. Identifikasi permasalahan yang ibu
a. Tujuan Umum : alami selama proses menyusui.
Setelah dilakuan intervensi 2. Identifikasi keinginan dan tujuan
keperawatan selama waktu menyusui.
tertentu diharapkan status 3. Identifikasi keadaan emosional ibu saat
menyusui membaik. akan dilakukan konseling menyusui.
b. Kriteria Hasil : b. Terapeutik
1. Perlekatan bayi pada 1. Gunakan tehnik mendengar aktif.
payudara ibu meningkat. 2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu
yang benar.
2. Kemampuan ibu c. Edukasi
memposisikan bayi 1. Ajarkan tehnik menyusui yang tepat
dengan benar meningkat. sesuai kebutuhan ibu
3. Pancaran ASI meningkat
4. Suplai ASI adekuat
meningkat.
5. Pasien melaporkan
payudara tidak bengkak
6. Gangguan proses keluarga b.d a. Observasi
perubahan peran keluarga 1. Identifikasi respons emosional
(D.0120) terhadap kondisi pasien saat ini.
a. Tujuan Umum : 2. Identifikasi beban prognosi secara
Setelah dilakukan intervensi psikologis.
keperawatan selama waktu 3. Identifikasi pemahaman tentang
tertentu diharapkan perawatan setelah pulang.
kemampuan untuk berperan b. Terapeutik
dalm fungsi keluarga 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan
membaik. pertanyaan keluarga.
b. Kriteria Hasil 2. Terima nilai nilai keluarga dengan cara
1. Keluarga melaporkan yang tidak menghakimi.
dapat menigkatkan 3. Hargai dan dukung mekanisme koping
adaptasi terhadap situasi. adaptif yang digunakan.
2. Kemampuan keluarga c. Edukasi
berkomunikasi secara 1. Infomasikan fasilitas perawatan
terbuka di antara anggota kesehatan yang tersedia.
keluarga meningkat.
7. Resiko gangguan perlekatan b.d a. Observasi
ketidakmampuan orangtua 1. Monitor kegiatan menyusui.
memenuhi kebutuhan bayi 2. Identifikasi kemampuan bayi
(D.0127). menghisap dan menelan ASI.
a. Tujuan Umum : 3. Identifikasi payudara ibu.
Setelah dilakukan intervensi 4. Monitor perlekatan saat menyusui
keperawatan selama waktu
tertentu diharapkan b. Terapeutik
kemampuan berinteraksi ibu 1. Diskusikan dengan ibu masalah selama
dan bayi meningkat. proses menyusui.
b. Kriteria Hasil c. Edukasi
1. Pasien menunjukkan 1. Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh
peningkatan verbalisasi bayi.
perasaan positif terhadap 2. Anjurkan ibu melepas pakaian bagian
bayi. atas agar bayi dapat menyentuh
2. Pasien menunjukkan payudara ibu.
peningkatan perilaku 3. Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati
mencium bayi, kearah payudara ibu dari bagian
tersenyum pada bayi, bawah.
melakukan kontak mata 4. Anjurkan ibu untuk memegang
dengan bayi, berbicara payudara menggunakan jarinya sepertu
dengan bayi, berbicara huruf “ C”.
kepada bayi serta 5. Anjurkan ibu untuk menyusui pada
berespon dengan isyarat saat mulut bayi terbuka lebar sehingga
bayi. areola dapat masuk dengan sempurna.
3. Pasien menunjukkan 6. Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap
peningkatan dalam menyusui
menggendong bayinya
untuk menyusui.
DAFTAR PUSTAKA

Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.

Doengoes, Marilynn E 2019, Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edk 2, EGC, Jakarta.

Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3,


Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301

Mariam siti, Makalah pre-eklampsia,, diakses dari, http://sitimaryamhsb.makalah-pre-


eklamsia.html

Mochtar, Rustam 2018, Sinopsi Obstetri, EGC, Jakarta. Diakses dari


http://one.indoskripsi.com/node/9081,dilihat

Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai